Friday, May 11, 2007

HE. Mr. Ribhi Y. Awad, Dubes Palestina

Sangat berbahagia berada di Al-Zaytun, bisa mengingatkan saya kepada Palestine dan kepada fir-man Allah : wa al-tiin wa al-Zaytun wa hadZa al-baled al-amin. Beberapa waktu yang lalu dunia telah menyaksikan pemilu yang demokratis, terbuka dan bebas di Palestine. Saya lahir dan ber¬juang lewat pergerakan Fath. Fath adalah organisasi Palestine yang pertama memulai perjuangan bersenjata sejak 50 tahun yang lalu. Hamas menclapat kemenangan secara mutlak pada pemilu yang lalu. Gerakan ini sangat unik karena kebijakannya yang kontra dengan kesepakatan Oslo, kontra terhadap pemerintah Palestine di bawah kepemimpinan Yaser Arafat clan kontra munculnya politik clan diplomasi, Berta kontra peta perjalanan damai yang diinginkan olch dunia dalam menyelesaikan permasalahan di Palestina. Saya menegaskan kcpada saudara-saudara sekalian dan kepada seluruh dunia bahwa lnsya Allah tidak akan terjadi perang saudara di Palestine. Ada tiga gerakan di Palestine yaitu Hamas, Fath dan Jihad Islam. Gerakan Fath sudah mencapai lima puluh tahun dalam perjuangan, Fath adalah yang pertama menembakkan senjata melawan Israel di Palestine. Karenanya dengan kemenangan Hamas pada pemilu lalu, make Fath akan memberikan kekuasaan kepada Hamas. Pelopor-pelopor Fath adalah para syuhada di dunia, yang terluka mencapai ribuan orang, yang mendekam dalam penjara-penjara Israel juga ribuan, Fath membekas dalam dan tertanam di dalam jiwa orang-orang Palestine. Dan sebagian besar orang yang memilih Hamas adalah mereka yang marah dan mereka yang mengambil kesempatan dari kondisi Fath yang tercabik, dan kondisi yang terkait dengan keburukan yang menimpanya.

Saudara-saudara, saya sangat bersedih karena ini merupakan perjumpaan kita yang terakhir, karena saya akan dipindahkan ke Palestine. Setelah 15 tahun saya bertugas di Indonesia, saya mempunyai pesan yang harus saya ungkapkan kepada saudara-saudara sekalian karena saya cinta Indonesia dan mencintai negeri ini, saya mempunyai pesan untuk saudara-saudara sekalian. Saya telah menjalin hubungan dengan beberapa presiden selama lima betas tahun yang lalu, dan saya sangat menghormati mereka, tapi secara khusus saya menyarankan kepada saudara-saudara sekalian untuk mendukung Susilo Bambang Yudhoyono dan membantunya, karena die telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk kemaslahatan rakyat Indonesia, dan saya di Palestine di samping Al Quds akan selalu mendo'akan kalian semua agar selalu mendapatkan kebaikan dan karunia. Saya akan sangat merindukan Syaykh Al-Zaytun dan Saudara semua. Melalui mikropon ini izinkan saya untuk mengucapkan selamat tinggal, sebelum perpisahan kita, kare¬na saya akan bertolak ke Jakarta dan selanjutnya ke Palestine setelah bulan ini, hidup persaudaraan Indonesia Palestine, semoga Allah memberikan kekuatan dan kesehatan. Berikut ini wawancara tirn Al-Zaytun dengan Mr. Ribbi Y Awad, Dubes Palestine.
Apa kesan anda terhadap Al-Zaytun?
Al-Zaytun adalah lembaga pendidikan besar, saya sudah lima kali ke sini, saya teman syaykh, sudah saya anggap ini adalah ma'had saya. Sukses selalu Al-Zaytun. Penghuni Al-Zaytun berdisiplin, dan disiplin adalah kunci sukses. Al-Zaytun pasti sukses selama Syaykh, para pimpinan, guru-guru, dan para pelaksana dalam satu pemahaman dan satu program. Saya merasakan negeriku Pelestina di sini, Saya memakan buah Tin sejak kecil dan buah Tin itu yang tertanam di sini.

Bagaimana pendapat Anda dengan peringatan 1 Muharram?
Peringatan ini sangat penting bagi muslimin, berkat acara ini kita bisa bersilaturrahim dengan seluruh penduduk dari berbagai daerah. Ada yang dari Sumatra, Kalimantan, Jawa dan daerah-daerah lainnya. Dengan peringatan 1 Muharram ini, akan terjalin Ukhuwah Islamiyah yang kuat.

Al-Zaytun memiliki ciri khusus dalam peringatan ini, yaitu fenonema penggalangan dana, bagaimana menurut Anda?
Kite semua tabu, negeriku sampai seat ini di bawah kekuasaan Yahudi, dalam keadaan seperti ini kami butch uluran tangan dari negara-negara lain. Dengan uluran tangan dari segala pi¬hak maka kekuatan akan dapat dirasakan. Begitu pula dengan acara ini, dengan penggalangan ini, terdapat satu kekuatan besar dari Umat Islam seluruh Indonesia.
Syaykh al-Zaytun mengaplikasikan sistem pendidikan 'One pipe education system', yaitu sistim pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, komentar Anda?
Menurut saya, sistim itu bagus. Saya mendukung ide tersebut. Sistem itu haruslah didukung faktor-faktor yang bagus pula, baik pada pendidik maupun peserta didik.

Bagaimana pendapat Anda dengan Universitas Al-Zaytun?
Semua yang ada di sini baik, apalagi sebuah universitas di masyarakat pendidikan. Namun yang terpenting adalah bagaimana agar alumni dari Universitas Al-Zaytun harus berpengalaman, karena orang hidup harus berpengalaman, maka di universitas ini, perlu diadakan latihan yang terns me¬nerus untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu ciri Universitas bertaraf international adalah adanya pelajar-pelajar luar negeri. Jadi, berapa jumlah pelajar yang akan Anda kirim ke Universitas Al-Zaytun?
Sudah saya bicarakan dengan Syaykh, Insya Allah akan saya kirim 100 bahkan 200 pelajar ke sini. (Sumber Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

HE Mr. Syed Mustafa Anwer Husain, Duta Besar Pakistan

Pakistan adalah negara Islam ter besar setelah Indonesia. Dua negara yang dicintai Tuhan karena Para Founding kita Soekarno dan Muhammad Ali Jinah telah membebaskannya dari segala bentuk penjajahan. Saya sangat bahagia dan senang melihat persaudaraan kedua negara ini sangat baik. Saya tinggal di Indonesia 20 tahun yang lalu semenjak sekolah di Bandung di SESKOAD. Sekarang saya datang ke Indonesia setelah 30 tahun. Dan saya melihat perubahan yang sangat banyak di negara ini, saya mendapatkan semua teman saya dan do'a saya, semga Al-Zaytun ini menja¬di tempat tinggal yang besar dan semakin besar.
Berikut ini wawancara Tim Al-Zaytun dengan Syed Mustafa, Duta Besar Pakistan

Mohon maaf sebelumnya, saya mengganggu sebentar. Senang bertemu dengan Anda. Kami dari majalah Al-Zaytun ingin berbincang-bincang sebentar dengan Bapak Syed Mustafa.
Silahkan

Apakah Anda pernah mendengar Al-Zaytun sebelum datang ke sini?
Saya mendengar tentang Al-Zaytun pada waktu undangan makan malam kemerdekaan Libya dan Syaykh AS. Panji Gumilang sendiri yang mengenalkannya.

Bagaimana kesan Anda tentang Al-Zaytun, setelah menyaksikan sendiri?
Saya sangat terkesan sekali, Al-Zaytun sangat lugs dengan sarana dan prasarana yang lengkap seperti adanya pertanian, perikanan dan peternakan.

Bagaimana pendapat Anda tentang penggalangan dana yang dilaksanakan oleh Syaykh AS Panji Gumilang di Masjid Rahmatan Lil Alamin tali?
It' ok for me. Banyak sekolah-sekolah di Pakistan melaksanakan hal yang sama untuk mendapatkan dana karena dengan demikian akan meri¬ngankan biaya pendidikan siswa.
Peringatan Muharram dan penggalangan dana semacam ini selalu diadakan setiap tahun di Al-Zaytun. Apakah Bapak ada rencana untuk menghadiri peringatan ini tahun depan?
Saya tidak tahu, karena masa tugas saya sudah habis tanggal 28 Februari nanti, dan saya butuh waktu 10 hari untuk beres-beres dan berangkat ke Pakistan, dan saya sudah tua. Tahukah Anda berapa usia saya sekarang? Coba tebak berapa usia saya?

Setelah mengetahui Al-Zaytun, kerjasama apakah yang kira kira akan Anda tawarkan?
Kita bisa bekerjasama dalam bidang percetakan (seperti majalah, Surat kabar), perdagangan, teknologi dan dalam bidang apa saja kami punya.

AI-Zaytun adalah salah satu Universitas yang bertaraf Internasional. Sebagai Duta Besar Pakistan, kira-kira berapa mahasiswa yang akan Anda kirim dari Pakistan ke Al-Zaytun?
Pertama-tama saya harus menyebarkan brosur, majalah ataupun VCD Al-Zaytun kepada mereka sehingga mereka tabu persis kualitas, sarana dan prasarananya bahwa Al-Zaytun Universitas yang diakui Internasional.

Apakah Anda yakin mereka akan percaya, bahwa di negara berkembang ini ada sebuah Universitas yang bertaraf internasional yang bisa membawa mereka menuju kesuksesan?
Kenapa tidak, untuk menjadi sukses kita tidak harus pergi ke negara¬negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman atau yang lainnya, akan tetapi di negara Indonesiapun kita bisa men¬jadi sukses. Contohnya saya sendiri 27 tahun yang lalu saya datang ke Indonesia untuk belajar di sini.

Di Al-Zaytun kita memiliki motto "One pipe Eduction System" yaitu pendidikan yang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan pendidikan yang paling tinggi kita laksanakan di Al-Zaytun ini. Apakah ada pendidikan semacam ini di negara Anda?
Tidak ada.

Bukan tidak ada, mungkin belum ada?
Saya tidak yakin ada, karena saya rasa pendidikan semacam ini akan sa¬ngat susah untuk memenejnya. Di negara Pakistan sekolah tingkat tinggi atau Universitas hanya memiliki siswa kurang lebih 600 siswa. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi-44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

HE. Eng. Abdul Rahim Sayed Jan, Duta Besar Afghanistan

Sebenarnya Muslim mempunyai satu bahasa, yakni bahasa Arab, namun di beberapa kesempatan kita tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Oleh karena itu saya yakin melalui media silaturrahim seperti ini, akan ter¬jembatani antara Al-Zaytun dan Afganistan.
Media yang tidak terlalu bersahabat dengan Islam sering menampilkan pemberitaan yang membuat kesalah-pahaman. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya akan sedikit menjelaskan tentang Afganistan. Afganistan adalah negara Islam, seratus persen penduduknya muslim, kami telah kehilangan lebih dari satu setengah juta suhada dalam mempertahankan Islam melawan komunisme. Dan sekarang kami mempunyai lebih dari sejuta janda dan yatim di Afganistan.
Usaha yang dilakukan pemerintah agar rakyat mengikuti aturan adalah dengan membentuk pusat-pusat studi Islam, mereka akan belajar dengan hati¬had dan akan merefleksikan al-Quran dan sunah. Tidak merefleksikan aturan yang berdasarkan emosi, peraturan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan H.E.Eng.Abdul Rahim Sayed Jan, Dubes Afganistan.

Setelah Anda tahu bahwa Al-Zaytun memiliki universitas de¬ngan berbagai fakultas, apakah ada keinginan untuk mengadakan hubungan kerjasama kependidikan dengan Al-Zaytun?
Saya tertarik sekali dan benar-benar kagum dengan institusi ini. Saya berharap kami dapat bekerjasama dengan mengirim siswa atau mahasiswa ke Al-Zaytun, namun ada kendala yaitu tentang bahasa, mereka harus mengikuti kursus terlebih dahulu minimal satu semester kemudian bisa mengikuti pembelajaran di sini. Semua itu tidak masalah, dan saya akan usahakan, namun masih kami pertimbangkan.

Al-Zaytun telah menerima siswa dan mahasiswa dari berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Singapura, Malaysia, Yaman bah¬kan Nigeria. Bagaimana dengan negara Anda?
Baik, namun bagaimanapun juga tetap kami pertimbangkan terlebih dahulu dengan pemerintah Afghanistan.

Bagaimana pendapat Anda ten-tang penggalangan dana yang di lakukan Al-Zaytun dengan me¬manfaatkan momentum tahun baru hijriyah ini?
Tentang pengumpulan dana yang dilakukan oleh Al-Zaytun saya sangat setuju, ini jarang dan mungkin baru saya temukan di Al-Zaytun. Ini sangat bagus sekali yaitu mengajak semua umat Islam untuk bersama-sama mem¬bangun Islam dan seperti saya lihat bahwa mereka sangat termotivasi. Saya sangat setuju. Dan lnsya Allabhkami atas nama pernerintah Afghanistan akan ikut berpartisipasi setelah kami menerima nomor rekening bank dari Al-Zaytun
Al-Zaytun menerapkan "One Pipe Education system" dalam meningkatkan kualitas pendidikan, Apa pendapat Anda?
Saya berpendapat ini sangat baik sekali, karena siswa dididik sejak dini untuk menemukan bakatnya yang sesuai, sehingga bakat ini tidak hilang atau tidak tersalurkan dan bahkan dilanjutkan sampai selesai atau sempurna.
Model sistim ini mungkin ada di tempat lain, namun saya tidak yakin dan yang jelas baru saya temukan penerapannya di Al-Zaytun ini. Dan sejauh saya tabu seperti di negara saya mau¬pun di tempat lain, setelah selesai dari sekolah menengah pare siswa memilih perguruan tinggi sesuai yang mereka minati jadi bebas. Jadi macam sistim ini tidak eksis di Afghanistan.

Bagaimana pendapat Anda tentang motto Al-Zaytun, yaitu pendidikan dan pengembangan bu¬daya toleransi dan perdamaia, se hingga Amerika sekalipun yang dianggap musuh oleh sebagian besar negara-negara Islam merupakan partner dalam pendidikan?
Saya sependapat dengan Al-Zaytun karena memang di dalam Islam tidak pernah menggagap siapapun musuh, bahkan yang memusuhipun dapat berbalik menjadi sahabat yang baik. Kita harus bisa mengambil manfaat dari hubungan baik kite dengan negara manapun juga di bidang pendidikan atau yang lainnya.
Adapun tentang toleransi dan damai telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam Piagam Madinah. Ketika itu ada berbagai macam agama, suku dan adat istiadat namun hidup rukun dalam suatu tatanan yang bagus. Jadi saya sangat mendukung apa yang dilakukan oleh Al-Zaytun dengan motto toleransi dan perdamaiannya.

Bagaimana kesan Anda setelah mengikuti peringatan Muharram dan melihat seputar komplek pendidikan Al-Zaytun?
Tentang kesan-kesan saya: Saya benar-benar sangat terkesan dengan Al-Zaytun. Institusi ini benar-benar terorganisasi secara rapi, bahkan cara penggalangan dananya pun benar-benar unik, sangat unik sekali. Saya mendukung dan dengan cara seperti ini Islam cepat berkembang.
Dan saya memerlukan brosur-brosur tentang Al-Zaytun atau CD tentang pertanian, peternakan dan tentang aktifitas-aktifitas di Al-Zaytun, sehingga saya dapat segera menginformasikan atau mempublikasikan kepada masyarakat dan pemerintah Afghanistan.
Tentang partisipasi kami terhadap pembangunan Islam di Al-Zaytun, kami akan transfer setelah kami mene¬rima nomor rekening Al-Zaytun.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Muharammad Jastina, Kuasa Usaha Arab Saudi

Kami sangat berbahagia dapat mengunjungi Ma'had Al-Zaytun, sungguh yang kami lihat saat ini adalah sesuatu yang sangat besar, dan sungguh ini adalah kali pertama kami mehhat dan berdiri di hadapan pertemuan yang seperti ini, dan untuk itu kami bersyukur kepada Allah dan kepada pimpinan Al-Zaytun dan kepada seluruh semuanya, dengan rasa syukur yang sangat besar, dan saya berharap kalian mendapatkan kebaikan sepanjang tahun, dan saya berharap tahun ini menjadi tahun kemenangan dan kekuatan bagi Islam dan muslimin.
Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan Muharammad Jastina, Kuasa Usaha Saudi Arabia.
Apa kesan bapak terhadap Al-Z aytun?
Saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Ini bukan Ma'had, tapi ini adalah kota terpadu. Seluruh fasilitas, sarana dan prasana tersedia. Menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua fasilitasnya bagus. Kami akan berkunjung lagi pada masa-masa yang akan datang. Dan semoga Al-Zaytun selalu berkembang dan berkembang.
Syaykh Al-Zaytun berkata bahwa, AI-Zaytun bukan hanya milik Bangsa Indonesia, tapi milik um-mat seluruh dunia. Bagaimana pendapat Anda?
Itu merupakan ungkapan brilian, gagasan global yang menunjukkan bah¬wa Al-Zaytun milik seluruh penduduk bumi. Kami pun dukung gagasan tersebut.

Untuk menindak lanjuti hari ini, dapatkah kita melakukan kerjasama?
Kerja sama itu pasti ada. Silahkan tulis Surat resmi ke kedutaan, pasti akan kita tinclak lanjuti.

Adanya Universitas Al-Zaytun, dapatkah Anda mengutus tenaga ahli pendidikan yang dapat mengabdikan dirinya di sini?
Sebenarnya tugas kita bukan dalam pendidikan. Tapi kita punya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia – Arab (LIPIA) di Jakarta. Jadi, silahkan saja dari pihak Al-Zaytun untuk berkomunikasi langsung dengan lembaga kami tersebut. Pemerintahan kami menclukung kegiatan-kegiatan keilmuan di negara manapun.

Bagaimana dengan pertukaran pelajar?
Saya tidak tabu persis. Tapi saya yakin semua itu bisa saja dilakukan. Kenapa tidak?
Bagaiamana pendapat anda dengan pengumpulan dana pada saat perayaan 1 muharram di Masjid Rahmatan lil’ alamin?
Itu hal yang baik. Berbuat baik di depan orang akan mendorong orang lain untuk berbuat baik juga. Selama perbuatan itu untuk menolong Allah, itu pasti bagus.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Azad, Kuasa Usaha Republik Islam Iran

Ada pepata yang bagus di Indonesia yang pernah say pelajari satu dasawarsa yang lalu, yaitu tak kenal maka tak cinta. Oleh karena itu, perkenalan dengan negara saya Republik Islam Iran rasanya sudah cinta, sudah berhasil, tidak perlu menjelaskan mengenai Iran.
Saya mau tanya siapakah yang tidak kenal negara saya boleh mengacungkan tangannya?, ternyata tidak ada. Jadi cinta telah berhasil. Sebenarnya hubungan dua negara atau bilateral, hubungan kami dengan Indonesia eras sekali, telah berkembang dari tahun ke tahun. Dan pada khususnya hal-hal yang terbaru pasti anda telah membaca Surat kabar di Al-Zaytun yang begitu besar dan indah ini. Ada yang mondar-mandir delegasi dari Iran ke Indonesai dan Indonesia ke Iran, dan Alhamdulillah ada kesepakatan dalam urusan bilateral dan internasional.
Saya kagum melihat Al-Zaytun ini, karena saya sudah berkunjung dari Sabang sampai ke Merauke. Saya sudah lihat dari pesantren ke pesantren di Jakarta, tapi kalau dibandingkan dengan Al-Zaytun yang indah ini, dan insya Allah, kami (kedutaan Iran) akan melaporkan keberadaan Al-Zaytun ini ke Iran, dan insya Allah bisa dijalin kerjasama di berbagai bidang.
Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan Mr. Azad, Kuasa Usaha Re¬publik Islam Iran
Bagaimana perayaan Anda setelah mengikuti perayaan 1 Mu¬haram di Al Zaytun?
Sangat berkesan, ini pertama kalin¬ya saya kesini melihat langsung Al-Zaytun, saya terkesan bagaimana orang¬orang berkumpul disini , Saya pernah melihat beberapa pesantren di Indo nesia dan kalau dibandingkan, saya rasa di sini good management', di sini banyak human resources, dan jika dilihat dari manager's point of view, kalian telah melakukan suatu karya besar, Karya dan usaha keras dalam sebuah management yang bagus itu bisa dilihat dari berbagai bangunan besar disini, berbagai level pendidikan yang ada disini dan juga jika dari segi aktifitas, ternyata tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu tentang Islam raja tetapi juga termasuk hal yang bisa dikatakan berbau `materi', maksud saya kalian juga melakukuan bisnis. Menarik sekali bahwa disini telah mmemadukan 'dunia dan akhirat' dengan baik, sehingga bisa menyediakan dan mencukupi kebutuhan sendiri. Saya sangat berkesan dan saya bisa bahwa hal ini tidak ditemukan di pesantren lain.

Bisa sedikit diceritakan bagaimana negara anda mengada¬kan perayaan 1 Muharam?
Sebetulnya kami merayakan tahun baru pada tanggal 21 maret menurut kebiasaan yang dilakukan orang Iran, kita tidak mempunyaii perayaan seperti yang kalian lakukan di sini. Biasanya dari tanggal 1- 10 muharam kita mengadakan kegiatan lain, yaitu memperingad kematian cucu. nabi. Jadi tidak ada kegiatan khusus dalam waktu itu.
Apa tanggapan anda bahwa dengan moment perayaan 1 muharam ini bisa memberikan semangat dan kekuatan dalam membangun bangsa ini?
Seperti yang disampaikan pimpinan pesantren di sini, saya rasa dengan apa yang telah kalian miliki, gedung¬gedung, semua aktifitas yang dilakukan di sini, kalian telah memiliki semangat itu, dan dengan mengundang kami para. duta besar untuk berkumpul disini, dan juga mengundang banyak orang, ini kegiatan yang bagus sekali, karena berbeda sekali kalau hanya melihat gambar dari buku atau majalah dengan lang¬sung melihatnya sendiri, kita akan mengerti kegiatan yang sedang dilakukan sehingga masing masing negara Islam bisa sating melihat tentang kemampuan masing-masing dan nantinya bisa bekerja sama. Seperti yang disampaikan pimpinan pesantren di sini, pesantren ini tidak lagi berbicara nasional tetapi juga internatsional.

Bagaimana pendapat anda tentang acara pengumpulan dana?
Sejujurnya tidak ada kebiasaan itu bagi kami di Iran, dan sedikit aneh bagi saya, karena biasanya orang dalam menyumbang tidak menyebutkan jumlahnya, bisa dikatakan , tergantung ke ikhlasan masing masing ketika mem¬berikan sedekah, sehingga misalnya bisa dilakukan secara diam-diam saja

Tapi bisa untuk memotivasi yang lain untuk menyumbangkan lebih kan?
Ya, tapi itu kebiasan di sini, anda tadi bertanya tentang kebiasaan kami, ya bisa dikatakan sedikit berbeda, tapi hal tadi menarik juga, bisa mengumpulkan dana yang banyak dalam satu hari, bisa mencapai 1 milyar rupiah ? hebat sekali

Pernah dengar tentang Univer¬sitas Al Zaytun sebelumnya?
Ya, Sebetulnya baru dengar, lalu mendapat undangan, lalu kami datang untuk melihat, yang kami dengar di Jakarta katanya pesantren ini besar karena memiliki 3000 murid, tapi setelah datang dan melihat sendiri, ternyata muridnya lebih dari 7000 kan? Ternyata kabar yang kami dapat di Jakar¬ta berbeda dengan sebenarnya.

Menurut Anda kerja sama apa yang bisa dijalin, khususnya dalam bidang pendidikan?
Sebetulnya kita punya center–center, dan bisa saja dari berbagai level atau bidang, misalnya level universitas, Islamic school, pertanian, pengajaran, atau buku-buku publikasi. Tapi menu-rut saya langkah pertama adalah mengenalkan dulu Al-Zaytun, kita biar kenal dulu Al-Zaytun, bisa juga melalui brosur sehingga bisa banyak kemungkinan diadakan kerja sama.

Apakah ada kemungkinan negara Anda mengirimkan siswa siswanya untuk sekolah di Al-Zaytun atau mungkin dengan memberikan bea siswa?
Ya, seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa yang pertama ialah kenal dulu, misalnya mengetahui bagaimana sistem pengajarannya, dan juga dalam hal ini perlu ditinjau dan diketahui oleh menteri pendidikan kami karena berkenaan dengan kebijakan. Yang penting kita tahu dulu, kenal dulu lebih lanjut.

Apakah Anda punya tanggapan lain atau masukan mengenai dari segi apa kiranya bangsa Indonesia yang mayoritas muslim agar menjadi bangsa yang lebih kuat?
Sebetulnya, sebagai mayoritas muslim terbesar, disini sudah mempunyai potensi itu. Kembali kepada diri masing-masing, dimulai dengan bekerja keras, disiplin tinggi, dan yang terpenting adalah dengan merubah pola pikir menanamkan motto pada diri bangsa Indonesia, bahwa bangsa Indonesia bisa!
Tentunya merubah pola pikir melalui pendidikan kan?
YA, dan satu lagi adalah cara memanaje. Ada istilah dalam new management yaitu. 'walking around ' yaitu dimana manager tidak hanya duduk dan berada di dalam kantor saja tapi dia harus terjun ke bawah dan berbicara dengan bawahan, mencari titik lemah dan titik kuat, dan bawahannya akan bekerja keras semaksimal mungkin karana mereka tahu manager mereka bersama-sama mereka. Menurut saya pimpinan disini, sudah melakukan itu dan ini bagus sekali. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Mohamud Olow Barrow, Charge d'Affaires Somalia

Ini pertama kali kami berkunjung ke Al-Zaytun, menurut pandangan saya Al-Zaytun ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang modern dan telah disetting untuk menjawab tan¬tangan zaman. Berbagai aspek telah terangkum di Al-Zaytun. Pembangunan jasmani dan rohani telah dijalankan secara terpadu di sini. Saya baru pertama kali melihat pesantren yang ditangani secara terpadu dan modern seperti ini. Ini pesantren paling baik dengan manajemen yang sehat. Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan H.E. Mr.Mohamud Olow Barrow, d'Affaires Somalia.

Bagaimana pendapat Anda tentang al-Zaytun?
Besar, luas dan benar-benar modern, saya sudah sepuluh tahun tinggal di Indonesia. Saya sudah keliling Indonesia, namun baru pertama kali ini saya menjumpai lembaga pendidi¬kan semodern Al-Zaytun, sistem yang diterapkan di Al-Zaytun benar-benar modern. Saya melihat Indonesia akan lebih maju jika sistem seperti ini diterapkan di seluruh Indonesia, Al-Zaytun merupakan Islamic Modern Production-Karya Modern Islam. Saya mengetahui Al-Zaytun dari televisi dan radio. Saya melihat dengan hal seperti ini siswa-siswa Al-Zaytun bisa belajar mandiri, mereka akan lebih siap kare¬na dibekali berbagai hal, seperti pertanian, peternakan dan lain-lain. Kami mempunyai 15 orang mahasiswa yang sedang belajar di Kalimantan Barat, saya akan informasikan berita ini bila perlu mereka dipindah ke sini.

Al-Zaytun sudah mempunyai jenjang pendidikan mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah sam¬pai Universitas, disini diterapkan pendidikan satu pipa-One pipe Education System atau Nizhomu al Tarbiyyah li Unbubha wahidah, bagaimana pendapat Anda?
Oh itu bagus. Sebuah llembaga pendidikan harus mempunyai pondasi yang kuat dan bersih itu berarti pendidikan berkesinambungan dari A sampai Z. Saya yakin siswa-siswi Al-Zaytun akan lebih siap di luar, mereka tidak akan sekedar lulus, ke¬luar dan hanya mengandalkan dasi.

Tentang peringatan 1 Muharram yang diselenggarakan di Al-Zaytun, bagaimana pendapat Anda?
AI-Zaytun mempunyai menejemen yang sehat dan bagus, yang patut diterapkan di seluruh Indonesia, ibarat sebuah mobil jika mesinnya bagus, bannya juga bagus dan segala sesuatunya bagus, maka is akan sanggup membawa penumpangnya kemana saja.
Bagaimana pendapat Anda tentang pidato Syaykh al-Zaytun?
Beliau merupakan orang yang mempunyai harapan dan cita-cita yang mulia, seorang pemimpin yang harus dicontoh, pemimpin Indonesia kede¬pan harus seperti beliau.
Tentang fenomena penggalangan dana, bagaimana komentar Anda?
Pendidikan harus maju, untuk itu harus ada usaha bersama, peran serta orang tua, dan dana yang berkecukupan, seperti negara-negara di Eropa, mereka bisa maju karena mempunyai kecukupan dana.

Setelah kunjungan ini, apakah Anda melihat adanya kemungki¬nan pemerintah Somalia melaku¬kan kerjasama dengan al-Zaytun dalam bidang pendidikan?
Oh ya pasti. Setelah ini saya akan membuat laporan, bahwa Al-Zaytun merupakan sebuah 'karya modern Islam.' Lembaga pendidikan seharusnya modern seperti ini, saya akan menginformasikan ini dan berusaha membawa pelajar-pelajar Somalia untuk bisa belajar di sini.

Ada saran atau pesan yang in-gin Anda sampaikan untuk al-Zaytun?
Saran saya apa yang saat ini diterapkan di al-Zaytun harus terus ditingkatkan, ditambah dan dikembangkan. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Dr. Murat Muhamed Ramadanovic Duta Besar Bosnia Herzegovina

Ketika pemerintah menunjuk saya Sebagai duta besar, yang pertama saya pilih adalah Jakarta, Indonesia. Dan saya sangat puas bisa hadir di Al-Zaytun, karena di sini sangat enak dan sangat bersahabat. Sebagai duta besar target perta¬ma saya adalah menjalin hubungan baik antara Bosnia dan Indonesia.
Keduanya mempunyai kesamaan multikultur dalam kehidupan, mayoritas penduduknya sama-sama muslim. Kami ingin terjalin kerjasama di bidang pendidikan dengan Al-Zaytun ini. Saya kira Syaykh AI-Zaytun mau menerima murid-murid kami untuk belajar di sini. Indonesia adalah negara Islam terbesar, catatan saya tentang rakyat Indo¬nesia adalah sangat exelent dan saya berharap Allah memberkati saudara-saudara sekalian dan menunjuki jalan yang lurus. Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan Dr.Murat Muhamed Ramadanovic, Dubes Bosnia Herzegovina.

Sudah berapa lama Mr Murat bertugas di Indonesia?
Saya tinggal di Indonesia baru enam bulan bersama istri dan kedua putra saya. Indonesia adalah negara yang indah dan para penduduknya ramah. Sebagai duta besar, saya mulai berusaha bagaimana menjalin hubungan yang saling menghargai dengan pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Bagaimana ceritanya Mr Murat bisa tugas di Indonesia?
Bermula ketika ditawari oleh Presiden kami untuk menjadi duta negara, maka saya memilih Indonesia, karena Indonesia adalah negara yang mayori¬tas penduduknya muslim, saya sangat senang menjadi duta besa.

Kerjasama apa yang bisa dijalin antara Bosnia dan Indonesia, khususnya AI-Zayun?
Saya sangat setuju diadakannya kerjasama antara kedua negara terutama dengan institusi pendidikan seperti Universitas Al-Zaytun dengan universitas di Bosnia. Saya akan membuat program tentang pertukaran pelajar antar kedua negara yang sama–sama mayoritas penduduknya muslim. Hal ini sa¬ngat sesuai karena adanya kesempatan yang besar untuk saling tukar pengalaman, dan apapun demi kemajuan dunia Islam nantinya. Di Bosnia banyak institusi pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam begitu pula dengan di Indonesia. Bosnia terletak di Eropa Tenggara, namun mempu¬nyai penduduk mayoritas muslim, dan di sana pun diadakan perayaan hari-hari besar ke Islam-an, seperti Idul Fitri, Idul Adha dan Tahun Baru Hijriah, seperti di Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka pada tahun 1995, dan memisahkan diri adanya kerjasama pertukaran pelajar sangat bagus efeknya untuk kedua negara, walaupun Bosnia hanya berpenduduk empat juta orang, dan muslimnya satu juta orang. Semua itu memungkinkan untuk bertukar, pengalaman tentang pendidikan, khususnya pendidikan Islam dan upaya itu paling bagus bila bisa diselenggarakan bersama-sama.
Selain itu kerjasama di bidang apa lagi?
Dalam kesempatan yang akan datang kami berjanji akan memberikan segala informasi tentang Bosnia ke Al¬Zaytun dan juga sebaliknya is mem¬butuhkan informasi lebih detail tentang Al-Zaytun, dengan mengirim compac disk (CD), Pamflet, brosur-brosur tentang kedua belch pihak dengan terus melakukan komunikasi baik dengan pesawat telepon maupun surat-menyurat. Kami sangat puas dapat berkunjung ke Al-Zaytun, juga bangga dan memberikan dukungan yang setinggi-tingginya untuk kemajuan institusi pendidikan terbesar di asia tenggara ini, karena pada clasarnya Indonesia me¬miliki potensi yang hebat dan sangat bagus demi mencapai masa depan yang lebih baik karena bangsa Indonesia memiliki pemimpin yang bagus seperti pimpinan di sini.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – 44/2006)

Bacaan Selanjutnya!

Mr. Abdul Djalil Minister Economic, Nigeria

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan selamat kepada Al-Zaytun yang mengadakan acara peringatan akbar dan indah ini. Dan saya juga ingin mengucapkan se¬lamat kepada Syaykh Al-Zaytun yang telah memberikan kesempatan yang sangat bagus ini. Dan saya juga me¬manfaatkan kesempatan ini untuk ber¬terima kasih kepada Syaykh Al-Zaytun yang telah menerima anak saya men¬jadi mahasiswa di Universitas Al-Zay¬tun dan ini adalah awal mula hubun¬gan Al-Zaytun dengan Nigeria. Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan Mr.Abdul Jalil Minister Eco¬nomic, Nigeria.

Bagaimana kesan Mr Abdul Jahl. setelah hadir di Al-Zaytun?
Kami sudah empat kali berkunjung ke AI-Zaytun. Kesan kami bahwa Al¬Zaytun ini merupakan sebuah komplek pendidikan yang sangat indah, lingku ngannya sangat nyaman dan jauh dari polusi. Al¬Zaytun adalah institusi pendidikan yang sangat bagus karena memiliki lahan untuk pendidikan yang cukup luas ditata rapi, fasilitas-fasilitas yang lengkap dan modern, gedung-gedung yang besar dan indah, dan memiliki lahan-lahan pendukung pertanian yang luas. Inilah salah satu yang membuat saya terkesan dan senang dengan Al-Zaytun, di samping ciri khas keung¬gulannya yaitu dengan program-program pendidikan yang sangat comprehensive, jelas, terpadu, dan modern mulai dari elementary school hingga ke universitas yang merupakan ide-ide terobosan baru dii dalam dunia pendidikan.

Pendapat Mr Abdul jalil tentang "boarding school system" yang diterapkan di Al-Zaytun?
Kami sangat setuju, karena dengan adanya "boarding school system" maka dipastikan ada sebuah system pengontrolan yang sangat menyeluruh di dalam berbagai hal. Para pelajar akan dibiasakan untuk mentaati aturan-aturan sejak dini dan itu merupa¬kan sisi yang sangat kita harapkan, agar mereka terbiasa hidup teratur, disiplin, dengan pola hidup yang baik. Para san¬tri juga akan terhindar dari pengaruh akses-akses budaya negatif westernisasi yang tidak baik akibat globalisasi yang sekarang ini sulit dibendung pengaruhnya untuk generasi muda. Dengan adanya boarding school system yang diterapkan di Al-Zaytun menjadi sebuah solusi terutama bagi pendidikan anak saya yang saat ini sedang menuntut ilmu di Fakultas IT Universitas Al¬-Zaytun Indonesia.

Menurut Anda seperti apa figure Syaykh AI-Zaytun, A.S. Panji Gumilang?
Syaykh Panji Gumilang merupa¬kan seorang tokoh yang sangat intelligentclan brilliant. Bayangkan saja, mana ada orang di era-abad 21 inii yang dalam jangka waktu 10 tahun bisa memba¬ngun sebuah komplek pendidikan se¬perti ini. Tidak ada, bahkan sampai 20 tahun pun tidak akan dapat, hanya Syaykh Al-Zaytun yang bisa berbuat seperti ini. Syaykh Panji Gumilang te¬lah memunculkan ide-ide baru di dalam dunia pendidikan kontemporer yang bisa memberikan solusi-solusi inova¬tif menghadapi zaman ini dan masa hadapan, yang kita fahami begitu kom¬pleks dan global.

Kerjasama apa yang bisa dijalin antara Negeria dan Indonesia khususnya AI-Zaytun?
Kita akan terus menjalin kerjasama ini. Sebagai langkah awal saya akan informasikan tentang Al-Zaytun kepada seluruh warga Nigeria, kemudian saya ajak para pelajar Nigeria untuk sekolah di sini. Saya juga akan meng¬hubungi tokoh-tokoh ulama yang sa¬ngat berpengaruh di Nigeria, mengajak mereka menemui Syaykh AI-Zaytun 'dan setelah itu kembali ke sana membawa dan menginformasikan hal-hal positif tentang Al-Zaytun. Yang penting saya akan ajak dulu para pela¬jar Nigeria untuk sekolah di sini seba¬nyak-banyaknya, karena para pelajar di Nigeria itu rata-rata menguasai bidang-¬bidang olahraga. Kami di sana telah membuat kurikulum olahraga yang sangat dini mulai dari tingkat elementary school, kemudian junior high school, senior high school, dan terakhir di tingkat University. Di bidang olahraga kami juga telah menginvestasikan dana yang san¬gat besar. Kami telah menyewa banyak pelatih asing untuk meningkatkan pembinaan olah raga di sana.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Maher Lukasha, Charge d'Affaires of Jordan

Dari ibukota Yordan, Amman saya datang dengan membawa kebahagiaan pada kesem¬patan tahun barn Hijriyah hari ini. Dan saya sampaikan salam dari rakyat Yor¬dania untuk saudara rakyat Indonesia semuanya.

Kerajaan Yordania menganggap penting menjalin persaudaraan dengan Republik Indonesia. Oleh karena itu negara ini telah memiliki hubungan kenegaraan di segala bidang yang ditan¬dai oleh penandatanganan enam klausal kesepahaman clan kesepakatan dengan pemerintah Indonesia dalam bebera¬pa sektor.

Al-Zaytun adalah pohon yang me¬miliki berkah yang tertulis dalam al-Qur'an, yang minyaknya mampu un¬tuk menerangi, buahnya memberikan manfaat, ia adalah pohon yang mam¬pu memberikan kesejahteraan bagi manusia, dan kami harapkan Univer¬sitas Al-Zaytun dapat menjadi sumber keilmuan yang mampu mengeleminir pemikiran-pemikiran permusuhan bagi generasi bangsa Indonesia pada masa yang akan datang.

Kami bangga menjadi bagian dari forum ilmiah ini walau hanya sesaat, kami berharap agar kita selalu menda¬patkan karunia dan kesuksesan se¬bagaimana dijelaskan oleh seorang pe¬nyair, 'Bersababatlah kamu dengan orang pandai, karena orang pandai bampir menyerupai rasul Kamu harus mempunyai ilmu, dan harus selalu mengadakan pem¬bahasan agar kalian terus maju di negrimu sampai kepada tinkat yang paling finggi. Sebagaimana telah disampaikan oleh yang mulia duta besar Afganistan, bahwa dunia Islam pada era sekarang telah mampu menampilkan potretnya yang bagus dan indah, dan kita harus terus berusaha diberbagai bidang un¬tuk menggantikan gambaran yang bu¬ruk tentang Islam dengan potret yang indah. Insya Allah dengan usaha yang berkesinambungan potret buruk tentang Islam akan berganti dengan po¬tret yang indah. Saya berharap, sukses dan karunia selalu untuk kalian, saya juga berharap, agar dalam keadaan baik sepanjang tahun. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Othman, Atase Politik Malaysia untuk Indonesia

Saya sudah berada di Indonesia ini selama lima tahun bekerja di embassy Malaysia, namun ini perta¬ma kali saya menginjakan kakii saya ke AI-Zaytun. Saya ingin mengatakan bah¬wa saya sangat terkesan begitu saya tiba di Al-Zaytun, terpekur saya dengan ba¬gunannya yang begitu indah, besar, clan juga mahasiswa dan masyarakatnya yang begitu ramai bersemangat ini.

Kami merasa sangat berbangga dan berbahagia bisa bersama di maje¬lis ini. Kami ingin mengucapkan teri¬ma kasih yang setinggi-tingginya ke Al-¬Zaytun, apalagi setelah saya mencle¬ngarkan bahwa ini adalah memasuki tahun yang ke enam. Di mana senan¬tiasa menunjukan perkembangan dari hari ke hari, walau bagaimana pun kepahaman saya di Al-Zaytun ini ter¬dapat banyak sekali pelajar dari nega¬ra Malaysia.
Saya ingin mengambil peluang ini untuk dapat memberi amanat kepada para pelajar Malaysia, termasuk semua mahasiswa-mahasiswa yang her¬ada di sini. Yaitu agar anda da¬pat memanfaatkan segalanya, sementara anda berada disini untuk mendalami ilmu yang di¬pelajari agar dapat memanfaat¬kan bila anda balik ke negara kelak.

Kami juga menghimbau kepada anda semua agar senan¬tiasa menjaga nama baik dan tata susila. Nama baik negara kita sepanjang berada di sini, juga kami ingin mengingatkan kepada anda semua jangan meninggalkan harapan dan cita¬cita ibu bapak yang begitu mur¬ni ketika mereka pertama kali mengantar untuk belajar ke sini.
Semoga anda dapat me¬manfaatkan segala peluang ini. Semasa anda telah di sini, Se¬moga hari-hari mendatang akan mendapatkan restu dan perlin¬dungan dari Allah Swt. Amin. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Khamid Djabbarov, Charge d’Affaires Uzbekistan

Pertama, saya ingin memperkenal kan negara saya,Uzbekistan ada lah bagian dari Uni Soviet, ter¬letak di selatan Asia Tengah, kita pun¬ya sejarah besar terhadap Islam. Pada abad ke tujuh, Islam datang langsung ke Uzbekistan dari negara Arab. Mela¬lui kota Bukhara, kota Bukhara menjadi kota Islam terbesar dunia setelah kekhalifahan Arab. Imam Bukhari ber¬asal dari negara saya, ajarannya sangat terkenal di Indonesia. Dan saya tahu, ajaran Naqsabandiyah banyak pengi¬kutnya di Indonesia, dia juga dari negara saya.

Dan saya harap antara Indonesia dan negara saya, bisa menjalin hubungan di masa yang akan datang, kare¬na perusahaan pariwisata UMBRA, mengadakan kegiatan ziarah ke bebe¬rapa negara setelah pelaksanaan Haji, dari Jeddah, dilanjutkan ke Tazkin, lalu ke Bukhara di Samarkhand di sana ber¬ziarah ke setiap tempat peninggalan se¬jarah Islam.

Uzbekistan seperti Indonesia, 85 hingga 90% penduduknya memeluk agama Islam. Sekarang, setelah kekua¬saan atau peraturan komunis selama 80 tahun, kita mengembalikan Islam ke kehidupan kita, namun kami beri¬tahukan, bahwa sekarang ajaran komu¬nis sudah hilang sampai ke akar-akar¬nya, sekarang kehidupan kita sudah ber¬landaskan pada aturan Islam. Dan sekarang kita sudah membuka kembali sekolah-sekolah, mendirikan universi¬tas Islam, seperti Al-Zaytun ini. Saya kira kita bisa membuat hubungan de¬ngan universitas kami. Oleh karena itu, atas nama negara dan bangsa, saya sangat terkesan dengan Universitas Al¬Zaytun dan saya do'akan semoga menjadi yang terbaik. Dan semoga kita dapat menjalin kerja sama yang lebih dekat lagi.(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. El-Rayah Abdulrahman, Third Secretary Sudan

Pertama, pada kesempatan tahun baru hijriyah ini saya meng¬ucapkan selamat tahun baru, semoga Allah selalu memberikan kebaikan dan berkah-Nya kepada kita sepanjang tahun, selanjutnya saya akan bercerita tentang Sudan. Sudan ter¬letak di jantung Afrika dengan luas satu juta meter persegi, ba¬hasa resmi di Sudan adalah bahasa Arab.
Saya sangat berbahagia dapat mewakili rakyat, pemerintah dan kedutaan Republik Sudan untuk mengucapkan, selamat tahun baru hijriyah dan saya sangat berbahagia berada bersama saudara-saudara sekalian pada pertemuan yang sangat megah ini. Saya berharap agar perjalanan pendidikan di AI-Zaytun ini lancar sesuai dengan rencana. Dan masjid yang kita tempati ini segera selesai yang terpancar rahmat untuk dunia, seperti namanya.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – 44/2006).
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Khalil Ibrahim Abdulla, Sekretaris Tiga Kedubes Irak

Kami atas nama Kedutaan Irak di Jakarta dan rakyat Irak, mengucapkan selamat tahun baru Hijriyah, semoga Allah memberikan berkah bagi kita semua clan bagi ummat Islam. Kami juga sangat berterima kasih kepada Al-Zaytun atas undangan meng¬hadiri acara akbar ini. Acara ini menurut kami mengan¬dung sisi-sisi kebaikan berupa ukhuwah Islamiyah antar¬muslim. Kami sangat ingin shalat di Masjid Rahmatan Lil 'Alamin yang sangat besar ini, dan insya Allah kami di Irak akan selalu mengulurkan tangan untuk selalu memberikan bantuan dan pertolongan karena kita ada¬lah saudara seagama.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Al-Zaytun Perpaduan Harmonis antara Sistim Pendidikan dan Ekonomi

Wawancara dengan H. Irsyad Djuwaeli,
Ketua Umum Mathla'ul Anwar

Al-Zaytun merupakan teladan bagi gerakan pendidikan, disini sumber daya manusia dan sumber daya keuangan terpadu dengan harmonis, sehingga pendidikan dapat menghidupkan kegiatan ekonomi, dan ekonomi bisa menunjang pendidikan.

Tunggu sebentar, saya masih bersemangat, kira-kira itu wawancara tersebut. Selain merasa bangga dengan sistem arti dari kata yang di ucapkan oleh H. Irsyad Djuwaeli, pendidikan yang ditempuh oleh Al-Zaytun, Djuwaeli juga dalam bahasa Sunda khas Banten. la menolak interupsi dari salah seorang stafnya untuk mengakhiri wawancara.

Ketua umum Mathla'ul Anwar dan juga anggota DPR komisi VIII ini, memang sedang terpompa semangatnya dalam wawancara dengan salah seorang reporter AI-Zaytun, 7 Maret 2006 lalu. Banyak hal yang diungkapkan dalam wawancara tersebut. Selain merasa bangga dengan sistem pendidikan yang ditempuh oleh Al-Zaytun, Djuweli juga sangat berapi-api membahas kondisi dan peran lembaga-lembaga pendidikan Islam hari ini yang menurutnya, belum dapat mandiri dalam rangka megelola sumber keuangan dan masih menjadi beban pemerintah dan masyarakat.

Tokoh perjuangan pembentukan Provinsi Banten yang mempunyai peran signifikan dalam lahirnya provinsi baru, pada 4 oktober 2000 yang lalu ini, juga sangat antusias membahas peran pesantren sebagai benteng peradaban dan al-akhlak al-karimah yang hari ini menurutnya mulai mengendur.

la juga berbicara panjang lobar sekitar pencalonan dirinya menjadi gubernur Banten, tentang visi dan misinya bila kelak is menjadi ¬pemimpin Provinsi termuda di Indonesia ini. Berikut reportase lengkapnya.

Ini adalah kunjungan Bapak yang pertama kah ke Al-Zaytun Bagaimana perasaan Bapak?
Ya, kalau saya baru yang perta¬ma, tetapi orang-orang saya dari Matlaul 'Anwar sudah seringkali ke sini. Dalam kunjungan pertama saya ini, saya mendapat jawa¬ban dari apa yang sebelumnya hanya menjadi dugaan saya, dan jawabannya adalah bahwa Al-Zaytun merupakan te¬ladan bagi gerakan pendidikan, di sini sumber daya manusia dan sumber daya keuangan terpadu dengan harmonis, seh¬ingga pendidikan dapat menghidupkan kegiatan ekonomi, clan ekonomi bisa menunjang pendidikan. Setelah saya diba¬wa oleh Pak Abdul Halim ke areal-areal yang merupakan sumber daya ekonomi, misalnya ke peternakan, ke kultur jaringan, wartel, dan yang lainya, dihitung secara ekonomis semua sarana pendukung tersebut merupakan kekuatan yang cukup besar untuk menggerakkan pendidikan.

Di samping memang pendidikan di sini sudah termasuk cukup mahal karena saya dengar ada 3.500 dolar selama enam tahun. Kalau di bagi-bagi oleh kita, dikurskan termasuk pendidikan yang tinggi nilai ekonominya. Akan tetapi itu dibarengi dengan kualitas, di sini siswa bisa membaca dan menghafal Al-Qur'an, dapat bercakap dengan bahasa Inggris, bahasa Arab, mampu berbahasa Berman, Cina clan bahasa-bahasa asing lainnya yang merupakan bahasa-bahasa internasional, dan ini merupakan aset bagi peserta didik agar mampu bergaul secara internasional. Sistim pendidikan disini sangat terpadu, di satu sisi ada kontribusi besar dari siswa, di sisi lain untuk mengembangkan infrastruktur itu di ambil dari dunia bisnis. jadi tidak membebani masyarakat, tidak membebani pemerintah, sistim pendidikan seperti inilah yang seyogyanya dijadikan contoh oleh lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya.

Tapi umumnya, lembaga-lembaga pendidikan yang ada di lingkungan kita ini selalu menjadi beban, beban masyarakat dan juga beban pemerintah. Kalau pemerintah tidak memberikan bantuan tidak bisa membangun, tidak diberikan bantuan untuk merehab tidak bisa memperbaiki sarana yang ada. Berbeda dengan yang saya lihat di Al-Zaytun, disini sangat luar biasa, salah satu contohnya adalah hotel yang ada disini, hotel ini kan setara bintang lima?, subhanallah, biasanya orang tua murid, orang tua santri datang ke pondok tidur di pondok anaknya kan? Di sini kan tidak, wall santri bisa menginap di hotel, jadi dia lihat anaknya, juga ikut rekreasi, dan juga berwisata budaya, sehingga hotel dapat memberikan kontribusi dalam pendanaan pendidikan, ini jarang terjadi, barangkali barn pertama kali ini pendidikan yang clikaitkan dengan gerakan ekonomi, clan menghasilkan in put dan out put yang cukup seimbang. Di satu sisi, kewajiban siswa harus dipenuhi, akan tetapi disini tidak ada tunjangan untuk biaya-biaya pembangunan segala macam, bangunan disiapakan oleh yayasan. Tidak ada sum¬ber dana yayasan dari luar, sumber dananya dikelola dari potensi yang dirniliki oleh yayasan. Saya melihat contoh lain, yaitu dengan merekayasa bangunan dari konstruksi yang sumbernya dibuat sendiri, itu mengurangi biaya 30 persen, kemudian menggunakan teknologi, walaupun teknologinya sudah tinggi, tetapi direkayasa oleh internal yayasan, clan juga tidak ada kontraktor, sehingga keuntungan yang bi¬asanya dinikmati oleh pemborong dapat dinikmati sendiri oleh yayasan, begitu juga dengan kultur jaringan yang dapat memproduksi berbagai pepohonan, jati emas contohnya, jati disini tidak dipotong untuk diambil kayunya, tapi disini memproduksi pohon jad yang dijual pohonnya. Sate pohon bisa menjadi seribu bibit, berapa duit itu?, sedang kalau kayunya yang dijual, paling-paling nunggu lima sepuluh tahun lagi bare bisa dipotong lagi. Dengan demikian disini ada multiple efec, yaitu mendidik manusia secara lugs dan kom¬prehensif, di samping siswa mempunyai pengetahuan, dia juga mampu untuk mempraktikkan ilmu yang ia miliki. Misalnya, insinyur bangunan bisa langsung praktik. jadi efisiensi juga kan?.

Jadi yang saya banggakan dari Pak Panji, sekolah bisnisnya tidak kita dengar, di Matla'ul Anwar beliau menjadi kepala sekolah Aliyah Matla’ull Anwar. Tapi ternyata beliau mampu menjadi ulama yang intelek, dan intelek yang Ulama, sehingga terjadilah komunitas yang ada, yang kemudi¬an bisa bermanfaat.

Bapak katakan bahwa saat ini lembaga-lembaga pendidikan Islam termasuk pesantren-pesantren hanya menjadi beban pemerintah atau beban masyarakat dalam, segi Finansial, belum mandiri. Apa solusi agar pesantren dapat keluar dari kondisi tersebut?
Pertama kita harus mengubah kurikulum. Kurikulum yang kita anut hari ini merupakan kurikulum hafalan, satu arah. jadi hafalan itu belum tentu bisa menerjemahkan, hanya hafalan, ngerti juga tidak. Semestinya selain menghafal, siswa juga dapat memahami makna dari Al-Qur'an, lalu dia mampu untuk menterjemahkan di lapangan untuk dipresentasikan bagi kepentingan umum atau masyarakat. Ini yang belum kita miliki. Yang terjadi sekarang ini adalah, orang¬tua sudah merasa bangga apabila anaknya masuk pesantren dan mampu menghafal Al-Qur'an walau tidak mengerti maknanya, karena target menyekolahkan anak dipesantren sangat sederhana, yaitu bisa ngimam, bisa ngadoa, bisa nyolatin orang mati, itu saja. Akhirnya kan terbatas, sedangkan ngimam atau shalat itu kan memerlukan dana juga. Tidak Mungkin kita shalat tanpa busana, busana tidak mugkin ada kalau kita tidak beli, tidak bisa dibeli kalau kita tidak memiliki sumber penghasilan. Kalau Anda misalnya menjadi guru, gaji guru sekarang kan bisa dihitung, kalau mengandalkan gaji guru saja, sekarang berapa duit? Ekonominya tinggi, pendapatan rendah, akhirnya utang yang menumpuk, tiap bulan kena potong koperasi, sumber lain nggak ada, ini berdampak kepada rendahnya kualitas guru yang secara oto-matis kualitas muridpun nggak bisa terjamin, kenapa? Karena guru tidak lagi memikirkan bagaimana caranya mentransfer ilmu pengetahuan dalam masyarakat, karena dia sendiri dikejar oleh kebutuhan hidup, akhirnya ngojek dan segala macam lainnya.

Dari sistem pendidikan saja saya sudah salut dengan Al-Zaytun. Artinya tidak ada guru yang di luar, berarti hidupnya dijamin. Jadi bila ada anggapan tentang sumber dana yang tidak kita ketahui. Ternyata setelah saya pelajari, saya ini orang bisnis Pak, saya pedagang, saya mempunyai perusahaan sebelum saya menjadi anggota DPR. dari kultur jaringan saja, bisa memperbanyak bibit yang ada, dari satu pohon saja, memang kalau ditebang habis, ya cuma itu saja hasilnya, tetapi kalau tiap pohon menghasilkan seribu, ada berapa pohon? Dijual, sudah menghasilkan jutaan dolar, dari itu saja sudah cukup membangun masjid. Belem lagi peternakan yang tanpa perkawinan alami, hanya satu bibit saja tanpa lalakina, bisa ngeluarkan atau melahirkan anak, itu kan proses, teknologi, itu duit juga, ekonomis.

Kalau dilihat memang kecil, tetapi di dalamnya besar. Saya bisa katakan ini sudah tingkat konglomerasi, bukan tingkat pedagang kecil, uang berputar miliyaran. Saya belum ngobrol banyak dengan Syaykh Panji, tetapi saya lihat ini potensi besar. Orang kan heran membangun gedung bertingkat-tingkat seperti ini. Ini tentu memerlukan modal dasar untuk bisa mencapainya, ada peternakan, ada perikanan, ada siswa, tentu ada infrastruktrur yang dibuat dulu, asra¬ma, gedung sekolah. Itu semua memerlukan modal dasar, dan itu tidak perlu kita tanya dari mana. Yang penting pengembangannya, modal dasar di mana pun memang diper¬lukan. Ingin menjadi guru misalnya, harus memiliki modal dasar pengetahuan, etos kerja, kedisiplinan Berta prestasi.

Disisi lain, di sini ada kombinasi, ada keterpaduan sistem, sehingga sistem nilai moral dengan nilai agama sekaligus dengan bisnis dipadukan menjadi satu, mencapai puncak, mencapai Rahmatan lil 'almin, mencapai puncak masyarakat yang sejahtera karena ada ilmu pengetahuan, ada bisnis, ada computerize, segala macam. Saya alhamdulilah tadi bilang ke Pak Panji, kakak saya ini, beliau juga guru saya, saya sudah ke Jakarta jadi ketua KAPPI beliau jadi kepala sekolah aliyah. Saya juga nggak tahu beliau pergi dari Menes, tahu-tahu sudah begini. Wong saya nggak tahu urusannya, tahu-tahu hasilnya saja kita lihat. Itulah kira-kira pendapat kami dari MA, dan mulai kita jalin kerja sama sekarang, selain juga alumni-alumni Al-Zaytun atau pun barisan-barisan kader masa lalu, yang dari PII, GPI, yang ada terkait dengan komunitas kita itu bisa menyebarkan, mendorong MA, ber¬gabunglah, agar syariat Islam ini bukan menjadi dasar negara, tetapi syariat Islam ini menjadi dasar keimanan seseorang, harus berani kita menekannya.
Bila saya menjadi gubernur Banten akan saya perjuangkan syariat Islam, asal tidak mengubah Pancasila sebagai persatuan negara atau harus mengubah NKRI, sebab itu sudah final. Yang belum final itu adalah bagaimana syariat Islam itu diakui kebenaranya, dipahami, dikerjakan oleh umat Islam, menjadi contoh bagi agama lain. Artinya jan¬gan sampai orang Islam yang jadi panutan justru korupsi. Kalau kita tidak korupsi kan jadi contoh orang lain, oh hebat orang Islam. jadi, saya tidak ada cita-cita untuk mendirikan Negara Islam, saya punya cita-cita bagaimana syariat Islam itu bukan hanya dihormati oleh semua orang, tetapi paling tidak dilaksanakan, diamalkan oleh orang Islam. Banten kan 98 persen umat Islam.

Syaykh, dalam sambutannya mengajak untuk menata pesantren dengan sistem yang modern, atau menata modern sistem dalam kehidupan pesantren, artinya pesantren spirit but modem system?
Oh ya, itu harus kita padukan. Artinya malam ada pengajian agama, siang pengajian umum, harus ada keterpaduan antara kurikulum agama dan kurikulum umum. Kita menganut paham yang mengacu ke Diknas dan ke Departemen Agama kan. Malam harus bisa mentransformas, ilmu agama, ada nahwu sharaf, ada tajwid Al-Qur'an. Itu namanya keterpaduan antara kurikulum Depag dengan kurikulum Diknas. Itu nanti akan melahirkan ulama yang intelek, intelek yang ulama. Ini yang namanya perubahan-perubahan dari yang konvensional ke yang modern. Modernisasi yang ada adalah perubahan sistem pendidikan, adapun nilai-nilai pendidikanya sama, kalau dulu kitab kaum salaf adalah kitab gundul, sekarang kitab itu sudah ada terjemahannya semua. Bedanya cuma itu saja, kalau dulu sekolah¬nya pakai kain dan sarung, dan ngedapang, kalau sekarang duduk pakai kursi. Sekarang gurunya pakai dasi, kalau dulu guru pakai dasi itu haram, kafir, karena pemikiranya belum modern. Di Menes, dulu khotbah ngegundulan nggak pakai peci dianggap tidak syah.
Di Menes, sekarang shalat sudah boleh pakai pantalon, pakai celana panjang. Dulu Syaykh Panji di usir kalau datang nggak pakai peci ke Menes, sekarang sudah bebas. Ketua Umum saja juga karena man ke sini saja pakai peci, hari-hari mah biasa. Jadi, perpaduan, kitab-kitab salafi yang diterjemahkan, oleh kita yang paham modern ini terns digunakan, sebab yang tidak bisa dimodernkan itu. akidah. Yang namanya sifat ibadah amaliah itu dimodernkan boleh, tetapi ka¬lau akidah tidak bisa dimodernkan. Rukun iman ada enam, nggak bisa itu dikatakan rukun iman ada empat. Jadi, kalau ingin membuka pencerahan kepada masyarakat yang masyarakat sendiri bisa menerima dengan asumsi-asumsi baru, atau gaya-gaya baru, atau model-model baru, karena tidak bertentangan dengan Islam, tetapi hanya cara yang beda. Nah Al-Zaytun dan MA ini punya peranan yang cukup signifikan untuk itu. Itu yang saya bilang tadi, Al-Zaytun adalah MA clan MA adalah Al-Zaytun.

Dulu pesantren mampu menjadi benteng peradaban, kebudayaan, moralitas dan akhlak bagi bang¬sa Indonesia. Sekarang Komisi Delapan pusing-pusing membuat RUU Pornografi dan sebagainya, apakah fungsi pesantren yang hari ini mulai pudar atau bagaimana menurut pendapat Bapak?
Ya, sekarang pesantrennya juga sudah terkontaminasi dengan nilai-nilai dari luar, karena gurunya, kiainya yang biasanya menekuni pendidikan sudah menjadi orang politik, ingin menjadi anggota DPR, ingin ini, ingin itu. Ini sudah meninggalkan basis, akhirnya bukan alat budaya lagi, bukan alat pembangunan mental spiritual, tetapi hanya sekum¬pulan santri yang mentalitasnya kendor. Nah, dengan adanya hal ini mestinya kiai-kiai kembali ke barak, tidak usah main politiklah, kembali ke asal, tatalah pendidikan dengan baik, kaitkan pendidikan dengan ekonomi, seperti Pak Syaykh Panji Gumilang ini.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)

Bacaan Selanjutnya!

Tuesday, May 01, 2007

Hubungan Baik Barat dan Timur

Wawancara dengan Richard W. Baker,
Speciali Assistant to the President of East West Center (EWC).

Apa yang dimaksud dengan East West Center?
East West Center merupakan organisasi kependidikan yang tidak berorientasi pada keuntungan semata. Didirikan di USA pada tahun 1960 dengan sebuah misi “Menyatukan Persepsi antara masyarakat Asia Pasifik dan USA.“

Dalam mencapai tujuan tersebut kita melakukan research-research, training dan program-program pendidikan lainnya. Adapun program utama dari EWC adalah membentuk jalinan kerjasama antara Asia dan Amerika dalam bidang pendidikan. Hal tersebut ditempuh agar kita dapat membicarakan berbagai permasalah bersama. Satu di antara program pendidikan yang kami canangkan adalah pendidikan jurnalistik, program ini telah kami laksanakan kurang lebih selama 30 tahun. Selain jurnalistik kami juga aktif mengadakan training-training kepemimpinan, khususnya training kepemimpinan yang ditujukan bagi para pemimpin muda di Asia dan Amerika, hal ini kami lakukan demi mencari solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi. Kunjungan ke Al-Zaytun merupakan acara khusus yang diadakan dalam rangka mengenal lebih baik tentang institusi-institusi Islam di negara-negara Islam Asia pada umumnya.

Apa usaha EWC untuk menjembantani Barat dan Timur?
Saya menekankan ini karena jurnalis memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjalin komunikasi di segala lapisan masyarakat dunia, kami melakukan kerjasama dengan guru, karena guru mempunyai peran dalam mendidik masyarakat secara luas, dan kita juga bekerja-sama dengan kelompok ketiga yaitu para pemimpin politik yang mempunyai andil sebagai komunikator di kalangan konstituen mereka. Dengan begini kami berusaha membantu mereka untuk memahami kelompok masyarakat lainnya secara luas, dan kami berharap, mereka mampu menjadi pioneer yang memancarkan sinar saling pengertian dikalangan masyarakat internasional. Hal ini kami tempuh karena kami asdar bahwa kami tidak mungkin untuk berdialog secara langsung kepada orang-perorang di muka bumi ini, maka kita berusaha untuk mengadakan dialog kepada orang-orang yang kami yakin dapat meberikan pelayanan kepada publik.

Apa usaha yang dilakukan oleh EWC dalam membentuk jalinan persahabatan antara Timur dan Barat?
Mereka seluruh program EWC dirancang untuk meningkatkan persamaan persepsi dan menjalin persahabatan serta membuat jembatan antara Timur dan Barat. Kunjungan kami ke Al-Zaytun adalah merupakan usaha untuk membentuk jembatan yang mampu menjembatani gap antara Timur dan Barat, khususnya umat Islam bangsa Indonesia dengan masyarakat Amerika.

Ada persepsi dalam benak sebagain masyarakat Amerika atau setidaknya dalam benak berbbagai kalangan masyarakat, terutama setelah kejadian 911 WTC, bahwa umat Islam adalah teroris, sementara umat Islam, terutama umat Islam di Asia beranggapan bahwa Amerika adalah penyebab berkobarnya perang melawan Islam. Mereka memandang bahwa segala aktivitas Amerika di Irak dan Afganistan merupakan perang Amerika melawan Irak dan Afganistan. Maka kita berperan untuk memperkenalkan jurnalis Amerika dengan jurnalis Asia dan mengajak mereka untuk berdiskusi dengan kami tentang sikap kedua belah pihak. Ini akan membantu para jurnalis untuk bisa menjelaskan kenyataan yang sebenarnya kepada masyarakat internasional, sehingga dapat menghilangkan atau paling tidak mengurangi kesalahan persepsi, sehingga terbentuk persamaan pandangan yang lebih baik lagi. Kami yakin bahwa pengertian akan dapat dihasilkan dengan persahabatan dan tidak saling mencurigai. Sebagaimana Al-Zaytun telah berusaha membangun perdamaian, kami juga harus membangun jembatan-jembatan perdamaian, menghilangkan kesalah-pahaman, salah pandang yang dapat ditemukan dalam masyarakat yang majemuk. Dengan begitu masyarakat dunia dapat membangun hubungan yang lebih baik. Ini memang sulit dilakukan namun tahap demi tahap ini adalah satu yang sangat penting kita lakukan. Kita harus bekerja segiat mungkin dalam mewujudkan ini semua. Kami wartawan Amerika datang ke Indonesia untuk melihat pesantren, kami ingin mengenalkan kepada wartawan Amerika tentang aktivitas yang sesungguhnya dilakukan oleh pesantren, sehingga mereka mendapat gambaran yang benar tentang pesantren, bahwa pesantren bukan tempat tumbuhnya teroris. Sebagai contoh adalah Al-Zaytun yang merupakan pesantren terbesar di Indonesia.

Apa yang akan EWC lakukan setelah berkunjung ke Al-Zaytun?
Kunjungan ke Al-Zaytun merupakan kunjungan terakhir kami di Indonesia dan besok kami akan terbang ke Bangladesh. Kami berharap minggu depan kami juga dapat berdiskusi dengan para pemimpin keagamaan, politik dan yang lainnnya tentang masalah-masalah yang sedang terjadi, terutama salah-paham dan salah-pandang umat Islam di Timur terhadap dunia Barat, dan sebaliknya salah persepsi Barat terhadap dunia Islam. Kami harap kunjungan yang kami lakukan dapat membuahkan pengertian antara jurnalis Asia dan Amerika yang mempunyai karakter yang berbeda serta hidup dalam situasi yang tidak sama. Menurut kami, ini adalah cara terbaik untuk saling memberikan gambaran dan pemahaman yang sesungguhnya tentang negeri mereka, dan selanjutnya sesuai dengan kapasitas mereka sebagai jurnalis, mereka mampu mempublikasikan gambaran dan pemahaman yang sesungguhnya tentang dunia Barat dan Timur kepada masyarakat luas.

Apa usaha kongkret yang akan ditempuh EWC dalam menyamakan persepsi, setelah mendapatkan gambaran tentang dunia Islam, terutama di Indonesia?
Program ini akan berakhir di Daka pada 7 Juli yang akan datang, kemudian kita kita pulang ke rumah masing-masing di USA. Para wartawan yang ikut bersama rombongan berasal dari seluruh negara bagian, mereka datang dari Washington DC, Carla Washington, Minneaplus, Minishorter, Sinteenade Ohayo dan Dallas, mereka akan berbagi pengalaman yang mereka dapat dengan masyarakat negeri asal mereka.

Pengalaman atas kunjungan kami ke Indonesia, terutama ke Al-Zaytun kami harap menjadi pencerahan terhadap persepsi negatif dunia Barat terhadap Islam,. Dan kami berharap Al-Zaytun menjadi satu di antara banyak pesantren di Indonesia yang mampu menjadi jendela pencerahan hubungan baik antara dunia Islam dan Barat.

Apakah sebelumnya para jurnalis juga mempunyai persepsi negatif terhadap Islam?
Ya, namun terjadinya miss understanding lebih disebabkan oleh gerakan-gerakan terorisme yang mengatas-namakan Islam, sebagaimana yang terjadi di Ukraina. Ada kecenderungan untuk melihat keterkaitan Islam dengan terorisme, namun setelah kami mengunjungi berbagai tempat-tempat peribadatan umat Islam di Indonesia dan Bangladesh, serta berdialog dengan mereka, para wartawan mendapat contoh yang spesifik dari sikap muslim di Asia bahwa sebenarnya Islam tidaklah terkait dengan aksi terorisme.

Secara fakta ada blok-blok di antara para jurnalis, bagaimana menurut pendapat anda?
Saya kira tidak begitu sesungguhnya, karena hampir seluruh jurnalis itu sangat pandai. Masalahnya adalah berita yang disampaikan oleh mass media yang tidak berimbang, sebagai contoh di Amerika sering diberitakan di media Amerika tengang bom-bom bunuh diri atau tentang pertikaian, sehingga menciptakan gambaran negatif tentang Islam dalam benak para pembaca. Demikian sebaliknya media membentuk opini negatif tentang Amerika, mereka memberitakan seakan Amerika melakukan pembunuhan terhadap warga Irak, Afganistan ataupun Pelestina, sehingga masyarakat Islam menyimpulkan bahwa USA memerangi Islam. Inilah yang mendorong kita untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Media Amrika perlu memberitakan sesuatu yang lebih baik dan lebih banyak tengang Islam, bahwa Islam merupakan agama yang damai, mereka juga perlu memberitakan usaha-usaha umat Islam dalam mewujudkan perdamaian, seperti Al-Zaytun dan institusi-institusi Islam lainnya ayng sedang berusaha membangun perdamaian dan persahabatan.

Di sisi lain terkadang orang hanya memandang dari sudut pandang mereka saja. Padahal masyarakat Amerika banyak yang simpati terhadap terjadinya bencana Tsunami di Aceh. Ketika seseorang tidak melihat dari kedua sisi secara fair maka mereka hanya melihat bahwa Amerika memusuhi Islam, Amerika membunuh Islam.

Jadi dimana letak kesalahannya? Orang Islam berkata bahwa Amerika memusuhi Islam, demikian pula Amerika mengatakan bahwa Islam memerangi Amerika, terutama setelah terjadinya Aksi bom di WTC?
Letak kesalahan adalah pada suatu fakta kecil yang mengindikasikan perselisihan, dan fakta tersebut terjadi secara berulang, yang sebenarnya, bila disikapi secara cermat bukan merupakan kontroversi, namun demi memperoleh sensasi media massa menggambarkan dan menyiarkan bahwa fakta tersebut sebagai sebuah kontroversi, sehingga masyarakat mendapatkan gambaran yang negatif tentang peristiwa yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut kami ingin agar orang bisa melihat gambaran secara lengkap apa yang sesungguhnya terjadi. Bukan hanya dari satu sudut pandang yang menggambarkan bahwa Amerika membunuh masyarakat Irak secara brutal.

Menurut Anda siapa yang membuat gambaran negatif tentang Amerika maupun Islam?
Penyebabnya bahwa memang orang-orang Islam Indonesia sering mendapat gambaran dari surat kabar atau berita tentang pembunuhan Amerika terhadap Irak, Palestina atau yang lainnya. Namun saya juga tidak bisa mengatakan bahwa media membuat suatu kesalahan, karena memang media biasanya membuat sesuatu menjadi lebih sensasional dan kontroversial. Maka perlu bagi masyarakat Indonesia untuk mengetahui juga gambaran media yang berasal dari luar Indonesia sebagai penyeimbang. Kalau tidak demikian maka orang mudah terpancing untuk perang, marah atau tindakan yang lainnya.

Bagaimana pandangan Anda setelah melihat Islam Indonesia khususnya setelah ke Al-Zaytun?
Saya sudah cukup mengenal Indonesia, masyarakat Islam Indonesia begitu ramah, terbuka dan cinta damai serta menerima orang lain. Walaupun ada sebagian kelompok kecil yang mengatas-namakan Islam yang berusaha menciptakan permusuhan, seperti pengeboman di Bali atau Hotel Mariot.

Al-Zaytun merupakan contoh yang sangat baik bagi suatu gambaran umat Islam bangsa Indonesia, Al-Zaytun merupakan suatu institusi pendidikan Islam yang sedang membangun dan menciptakan perdamaian dan persahabatan.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 45/2006 – halaman 32-35)

Berita Terkait :
  • Wawancara dengan Richard W. Baker, Special Assistant to the President of East West Center (ECW).
  • Wawancara dengan Ms. Susan Kreifeis, Media Activities coordinator EWC.
  • Wawancara dengan Tim Connolly, Internasional Editor the Dallas Morning News, Dallas, Texas, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan David, Pengamat Hal Ikhwal ke Islaman dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan Mr. Larry Johnson Foreign Desk Editor Seattle Post Intelligencer.
  • Wawancara dengan Wiliam J.Dobson Managing Editor, Foreign Policy Washington DC.
  • Wawancara dengan David Hage, Editor Writer Minneapolis Star Tribune.
  • Wawancara dengan Arif Suditomo, News Production Manager, RCTI Jakarta.
  • Wawancara dengan Sunandar Ibn Nur, Executive Editor, Gontor Magazine, Indonesia.
  • Wawancara Wartawan Amerika dengan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang.
Bacaan Selanjutnya!

Ingin Menulis Tentang Al-Zaytun dan Visinya

Wawancara dengan Ms. Susan Kreifeis,
Media Activities coordinator ECW.


Apa yang melatar belakangi kunjungan Anda ke Al-Zaytun?
Kunjungan kami ini sebetulnya merupakan rangkaian dari beberapa kunjungan yang kami telah lakukan di Indonesia. Ini semua kami lakukan dengan tujuan untuk dapat menciptakan hubungan baik atau persahabatan antara masyarakat Barat dan Timur sehingga tidak terjadi kesalah-pahaman.

Kami mendengar bahwa para jurnalis/wartawan dari EWC telah mengunjungi banyak tempat seperti tempat-tempat ibadah, museum, institusi pendidikan dan yang lainnya. Apa sebenarnya tujuan utama dari kujungan tersebut?
Seperti apa yang telah saya sampaikan tadi bahwa kunjungan-kunjungan tersebut dilakukan berlatar belakang yang sama dengan kunjungan kami ke Al-Zaytun. Bahwasanya banyak orang dari berbagai negara menafsirkan lain terhadap Barat maupun USA, demikian juga orang menafsirkan lain terhadap masyarakat Asia atau Timur, sehingga terjadi kesalah-pahaman yang menimbulkan konflik seperti yang tersebar di berbagai media massa atau cetak. Jadi tujuan kami adalah agar penafsiran yang salah dari kedua belahan dunia yaitu Barat dan Timur maupun penafsiran yang salah terhadap keduanya ini mendapatkan pencerahan. Sehingga orang mampu melihat secara obyektif dan fair. Dan juga kami datang untuk menjalin hubungan baik atau persahabatan dan lebih tepatnya adalah menjembatani Barat dan Timur sehingga terciptalah perdamaian dunia seperti yang sedang dilaksanakan oleh pesantren Al-Zaytun.

Sampai detik ini kami lihat jurnalistik di TV hampir seluruh fungsinya adalah untuk infotainment, sejauh mana jurnalistik berperan dalam pendidikan?
Jurnalistik berperan cukup besar dalam pendidikan, karena informasi yang akurat yang diberikan merupakan pencerahan yang mampu membuka wawasan pendidikan dan transfer ilmu atau informasi dapat disumbangkan melalui jurnalistik sehingga diakui atau tidak jurnalistik berperan cukup besar dalam pendidikan.

Al-Zaytun telah memulakan pelajaran jurnalistik semenjak SMP, bagaimana pendapat Anda?
Saya rasa itu baik sekali, sangat baik sekali karena kemahiran menulis sejak dini mampu menunjang pengembangan keilmuannya. Di USA ada suatu sekolah yang sejak dini namun difokuskan pelajarannya hanya pada jurnalistik. Namun di sisi lain. Semua ilmu dipelajari termasuk jurnalistik. “Escellent“

Bagaimana pendapat Anda menanggapi motto Al-Zaytun (Pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi serta pengem-bangan budaya perdamaian) ?
Motto ini benar-benar bagus, saya sangat setuju, sehingga kalau kita semua bermotto seperti ini, saya yakin dunia akan damai. Dan ini bisa saya rasakan ketika saya pergi ke masjid tadi dan bertemu dengan anak-anak, mereka sangat ramah dan menghormati kepada kami walau mereka tahu kami bukan seagama. Mereka terlihat gembira di masjid menikmati hafalan kita suci, walaupun mereka jauh dari negeri asal mereka. Berbagai suku bangsa berkumpul di sini dan rukun dan damai dengan menjunjung tinggi toleransi.

Apa pesan dan kesan Anda setelah mengunjungi seluruh tempat yang ada di Al-Zaytun?
Saya benar-benar takjub, nun jauh dari kota namun nampak seperti kota bahkan lebih teratur dan bersih. Gedung-gedung megah, kultur jaringan, peternakan, workshop, baching plant dan yang lainnya merupakan karya besar. Ini semua bagaimanapun juga sulit dipercaya jika tidak menyaksikan sendiri. Inilah yang membuat semua orang selalu bertanya tentang pendanaan, walaupun Al-Zaytun punya berbagai baidang bisnis namun ini semua semua juga memerlukan biaya yang benar-benar sangat besar. Saya berharap kai bisa menulis artikel tentang pesantren Al-Zaytun dengan segala visi dan misinya yang benar-benar akan menggerakkkan umat manusia untuk hidup dalam toleransi dan damai.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 45/2006 – halaman 35-36)

Berita Terkait :
  • Wawancara dengan Richard W. Baker, Special Assistant to the President of East West Center (ECW).
  • Wawancara dengan Ms. Susan Kreifeis, Media Activities coordinator EWC.
  • Wawancara dengan Tim Connolly, Internasional Editor the Dallas Morning News, Dallas, Texas, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan David, Pengamat Hal Ikhwal ke Islaman dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan Mr. Larry Johnson Foreign Desk Editor Seattle Post Intelligencer.
  • Wawancara dengan Wiliam J.Dobson Managing Editor, Foreign Policy Washington DC.
  • Wawancara dengan David Hage, Editor Writer Minneapolis Star Tribune.
  • Wawancara dengan Arif Suditomo, News Production Manager, RCTI Jakarta.
  • Wawancara dengan Sunandar Ibn Nur, Executive Editor, Gontor Magazine, Indonesia.
  • Wawancara Wartawan Amerika dengan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang.
Bacaan Selanjutnya!

Meningkatkan Pengertian Tentang Islam

Wawancara dengan Tim Connolly, Internasional Editor
The Dallas Morning News, Dalas, Texas, Amerika Serikat.

Mengapa pilihan Anda Al-Zaytun?
Saya percaya dengan informasi orang yang telah berkujung ke Al-Zaytun dan menyarankan kami untuk mengunjugi Al-Zaytun karena Al-Zaytun merupakan sekolah yang tidak biasa bangunannya megah, lahannya luas dan modern. Bagi kami Al-Zaytun ini juga tidak terlalu jauh dari Jakarta inilah alasan kami memilih kunjungan ke Al-Zaytun.

Bisa diceritakan tentang rencana Seminar International for Senior Journalis?
Oh ya bisa. Seminar itu mempunyai dua bagian. Bagian pertama adalah sekelompok jurnalis Asia mengadakan perjalanan ke Amerika dan bagian kedua adalah para jurnalis Amerika mengadakan perjalanan ke Asia kemudian kami bertemu di tengah-tengah ketika para jurnalis Asia menyelesaikan perjalanan mereka ke Amerika dan sebelum para jurnalis Amerika pergi ke Asia, kami bertemu di Hawai dan saling kenal dan berbicara. Mereka memberitahu kami tentang orang-orang di negera mereka termasuk Indonesia dan Malaysia , Singapura dan India yang tidak percaya dengan negara Amerika dan mempunyai kecurigaan, bahwa kami akan memberantas dengan motif mengadakan perang dan teror, mereka akan menjelaskan bagaimana perasaan rakyat mereka terhadap Amerika. Kami membicarakan bagaimana negara kami tidak begitu paham tentang Islam dan persepsi dan kelakuan yang dipengaruhi oleh berberapa teroris pada kejadian 11 September 2001 yang dilakukan oleh orang –orang yang katanya mengatas-namakan Islam. Jadi, terdapat rasa ketidak-percayaan di USA dan ketakutan akan Islam. Tujuan kami dalam perjalanan ini adalah untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang Islam dan negara-negara dimana Islam merupakan agama yang penting.

Apa yang bisa diambil dari kunjungan ke Al-Zaytun?
Kunjungan ke Al-Zaytun sangat membantu kami, karena hal ini menunjukkan kepada kami beberapa hal dan bagaimana sekolah muslim merupakan suatu misi pendidikan. Dan Al-Zaytun merupakan tempat yang mempunyai pendekatan modern dan itu mendorong para pelajar untuk mengikuti hal-hal yang menarik seperti musik, seni, olahraga, sebaik mereka mempelajari Fisika, Kimia, bahasa Inggris dan bahasa lain, dan pelajaran-pelajaran tentang agama yang penting bagi kita semua. Tapi saya pikir penting juga untuk memasukkan banyak pelajaran muatan lokal di dalam kurikulum. Itulah yang saya banggakan dari Al-Zaytun.

Apa pandangan Anda tentang Islam setelah berkunjungan ke Al-Zaytun?
Saya pikir perjalanan ini membuka wawasan baru bagi kami dan membantu kami untuk meningkatkan pengertian pemahaman tentang Islam dan kami semakin mengerti bahwa orang-orang Al-Zaytun sama seperti kami di Amerika dan kami mencoba mempelajari untuk meningkatkan pengertian dan saling mengerti. Dan saya pikir itu merupakan kunci menghilangkan rasa curiga dan ketidak-percayaan.

Menurut Anda, seharusnya memposisikannya seperti apa jurnalis itu ketika mengangkat suatu masalah di masyarakat?
Kita tidak selalu bisa menyelesaikan masalah. Apa yang bisa para jurnalis lakukan adalah meberikan pengertian kepada orang-orang tentang suatu masalah. Dengan cara seperti itu. Hanya dengan memberikan kuasa kepada orang-orang dengan pengertian yang lebih baik akan situasi ini. Saya pikir hal ini akan membantu orang-orang untuk meraih penyelesaian.

Bagaimana semestinya peranan jurnalisme dalam mengangkat suatu masalah dalam masyarakat?
Pertama-tama peranan jurnalisme adalah melihat tempat-tempat yang berbeda dan pelajari tentang situasi. Itu adalah langkah pertama karena kita semua mempunyai batasan pengertian dan kita bisa mengetahui tentang banyak tempat dan segala hal. Itu penting untuk mendidik kita sendiri, jadi kita bisa memulai membantu orang lain yang membaca surat kabar dan mendengar berita dan membantu mereka untuk mengerti situasi tempat yang jauh.

Bagaimana peranan EWC untuk menyatukan berbagai bangsa di dunia ini melalui jurnalisme?
East West Center
adalah organisasi yang bertujuan menyatukan perubahan. Sudah lama menjalankan hal seperti ini secara spesifik untuk meningkatkan pengertian di antara negara0negara di daerah Asia Pasifik. Beberapa dari rombongan kami berkata bahwa suatu hal yang disayangkan karena kita tidak mempunyai jenis organisasi yang sama di USA yang menyelesaikan masalah-masalah di Timur Tengah, padahal begitu banyaknya masalah di sana East West Center benar membantu untuk meningkatkan pengertian. Jadi, benar suatu peran penting bagi media untuk mencoba memberikan informasi kepada masyarakat dengan lebih baik.

Bagaimana peranan jurnalisme dalam kehidupan pluralisme sekarang?
Saya pikir jurnalisme mempunyai peranan penting dalam kehidupan pluralisme karena kehidupan pluralisme adalah salah satu dari banyak perbedaan partai dan pandangan menyangkut jurnalisme yang merupakan sarana bagi partai dan masyarakat yang berbeda untuk bertukar pikiran dan saling kenal. Dengan cara itulah kita menyelesaikan perbedaan yang bisa menyebabkan persoalan.

Menurut Anda, sebenarnya seperti apa jurnalisme yang objektif itu?
Saya pikir tujuan jurnalisme yang objektif itu adalah tidak membiarkan pendapatan pribadi kita merubah apa yang kita bicarakan. Kita semua mempunyai perasaan tentang masalah di kemudian hari tapi kita sebagai jurnalis mencoba untuk tidak membiarkan opini kita mengubah apa yang kita jelaskan kepada masyarakat.

Seberapa besar peranan jurnalis dalam menciptakan perdamaian dunia?
Peranan jurnalis sangat penting, jurnalis bisa menciptakan perdamaian dunia karena damai bisa ditegakkan dengan memahami apa yang terjadi. Sehingga mereka bisa meraih suatu keputusan yang bijak dan tahu apa yang harus dilakukan.

Dalam pidatonya Syaykh Al-Zaytun mengatakan bahwa kedatangan para jurnalis dari Amerika ini adalah sebuah persahabatan dalam kemanusiaan. Apa pendapat Anda?
Saya pikir ketika kita mengetahui bahwa kita merupakan bagian dari kemanusian adalah kunci untuk saling mengenal dan menyelesaikan masalah tentang tentang batasan-batasan nasional atau perbedaan agama, ras yang berbeda. Karena kita merupakan bagian dari kemanusiaan dan kita mempunyai hal yang sama daripada perbedaan-perbedaan yang memisahkan kita.

Apa pendapat Anda tentang moto Univesitas Al-Zaytun bahwa ajaran Ilahi untuk semua?
Hal mengingatkan kita semua bahwa ajaran Ilahi sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Pendapat Anda tentang program pendidikan yang dilaksanakan di Al-Zaytun?
Bagi saya hal ini terlihat sangat kaya dan berkurikulum. Hal lain bahwa saya pikir sangat menarik dan sekolah yang komprehensif. Saya pikir penting bagi anak-anak untuk belajar dalam lingkungan yang baik. Begitu juga dengan para mahasiswanya. Jadi, saya sangat tertarik dengan program Al-Zaytun.

Apa yang akan Anda lakukan setelah kunjungan ini?
Kami akan berdiskusi tentang hasil temuan-temuan yang kami dapat dari Indonesia dan kami akan bicarakan peranan agama di masyarakat. Aoa yang kami temukan adalah banyak suara yang bicara tentang masalah di Indonesia sekarang yang merupakan kontroversi pornografi bagi organisasi Islam di Jakarta. Banyak hal yang akan kami diskusikan. Dan saya akan coba menulis untuk media yang ada di Amerika.

Komentar Anda tentang Indonesia?
Apa yang saya suka tentang Indonesia adalah penduduknya ramah, baik, lembut, meskipun saya tidak paham akan bahasa mereka, namun kami merasa akrab seperti di negara sendiri.

Apa pandangan Anda terhadap pelajaran jurnalistik di Al-Zaytun?
Ide pengajaran jurnalistik yang di tingkat menengah, sungguh merupakan ide yang cemerlang. Jurnalistik adalah mempelajari sesuatu dan kemudian memberitahukan kepada khalayak ramai. Saya pikir hal tersebut merupakan langkah maju. Menandakan bahwa penghuni Al-Zaytun orang yang paham globalisasi dan mempunyai pandangan terbuka tentang dunia.

Kesan Anda tentang Al-Zaytun?
Saya terteraik Al-Zaytun. Kami semua tertarik kemegahan gedung-gedungnya dan besar kampusnya. Sekolah yang baru dibangun pada 1999 perkembangannya sudah secepat ini. Dan sangat menyenangkan melihat sekolah yang memadukan segala aktivitas ekonomi sperti pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan, water treatment dengan teknologi yang cukup mumpuni. Simpulnya saya sangat terkesan.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 45/2006 – halaman 36-38)

Berita Terkait :
  • Wawancara dengan Richard W. Baker, Special Assistant to the President of East West Center (ECW).
  • Wawancara dengan Ms. Susan Kreifeis, Media Activities coordinator EWC.
  • Wawancara dengan Tim Connolly, Internasional Editor the Dallas Morning News, Dallas, Texas, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan David, Pengamat Hal Ikhwal ke Islaman dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan Mr. Larry Johnson Foreign Desk Editor Seattle Post Intelligencer.
  • Wawancara dengan Wiliam J.Dobson Managing Editor, Foreign Policy Washington DC.
  • Wawancara dengan David Hage, Editor Writer Minneapolis Star Tribune.
  • Wawancara dengan Arif Suditomo, News Production Manager, RCTI Jakarta.
  • Wawancara dengan Sunandar Ibn Nur, Executive Editor, Gontor Magazine, Indonesia.
  • Wawancara Wartawan Amerika dengan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang.
Bacaan Selanjutnya!

Menjembatani Perbedaan Melalui Jurnalisme

Wawancara denganDavid Crumm, Pengamat Hal Ikhwal Keislaman
dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.


Usaha apa saja yang dilakukan oleh East West Center selama ini. Dan bagaimana hasilnya?
Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui dan mengunjungi berbagai negara belahan dunia yang belum kami kunjungi sebelumnya. Dan kami telah mengadakan kunjungan ke Indonesia selama lima hari untuk melihat keadaan orang Islam dari berbagai organisasi massa dan institusi Islam. Ini merupakan perjalanan yang cukup sukses. Ini adalah bahan yang sangat mengesankan bagi saya terutama di Al-Zaytun, kami sangat terkesan dengan institusi ini. Di antara program yang dilaksanakan oleh East West Center adalah mengunjungi lembaga-lembaga pendidikan, museum-museum dan tempat-tempat peribadatan.

Apa saja manfaat kunjungan Anda tersebut?
Saya adalah salah satu penulis di Detroit, Michigan. Michigan adalah salah satu wilayah besar di Amerika Serikat. Maka, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menulis segala hal yang saya dapatkan di sini.

Berbicara tentang seminar internasional untuk wartawan senior yang Anda ikuti, apakah seminar internasional tersebut dilaksanakan secara reguler?
Ya,benar. Seminar tersebut dilaksanakan setiap tahun. Saya mengikuti seminar tersebut dua tahun lalu yang diadakan di Washington DC. Saya kembali mengikuti seminar untuk tahun ini yang dilaksanakan di Indonesia dan Bangladesh.

Bagaimana cara jurnalisme, khususnya East West Center merespon problematika yang timbul di masyarakat?
Kami akan berusaha keras untuk menulis dengan tepat dan akurat. Ini semua membutuhkan banyak riset dan interview serta banyak kunjungan-kunjungan. Dan semoga, kunjungan ini akan menambah akurasi pemberitaan kami terhadap Islam dan dunia Barat.

Apakah jurnalisme memilki peran penting dalam menciptakan toleransi dan perdamaian antar umat manusia?
Ya, saya yakin sekali itu. Bahwa jurnalisme memiliki peran penting dalam menciptakan toleransi, perdamaian dan kemanusiaan antar umat di dunia. Tapi, kita tidak bisa bekerja sendirian, kita butuh keterlibatan seluruh elemen masyarakat.

Bagaimana caranya?
Yang pertama kami lakukan adalah menulis sebanyaknya untuk meluruskan kesalah-pahaman antara Timur dan Barat. Termasuk di Amerika. Terutama setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001, kami menulis secara akurat dan memberikan gambaran yang sebenarnya kepada publik.

Sebagaimana kita hidup di era plural ini, adakah jurnalisme berperan dalam era tersebut?
Banyak perbedaan yang ada saat ini, kultur, budaya, agama, etnis dan lain sebagainya. Maka dengan perbedaan tersebut mesti dijadikan satu bentuk kemanusiaan yang saling menghormati satu dengan lainnya. Kami sebagai jurnalis, akan menjembatani perbedaan dan persepsi tersebut.

Berbicara tentang jurnalisme, Al-Zaytun telah mengajarkan pelajaran Jurnalistik pada santri yang dimulai dari kelas tiga sekolah menengah. Bagaimana opini Anda?
Ada beberapa sekolah jurnalistik favorit di Amerika Serikat. Menurut pendapat saya, jurnalisme itu adalah berusaha keras untuk mendapatkan fakta atau kebenaran. Menurut orang Islam kebenaran itu sebagaimana yang diwahyukan Tuhan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam mencari kebenaran bagi jurnalis.

Moto Al-Zaytun adalah mengembangkan budaya toleransi dan budaya perdamaian. Apa pendapat Anda?
Itu adalah tujuan yang sangat mengagumkan. Setelah saya memasuki kampus ini, saya merasakan moto tersebut, seluruh penghuninya menyambut kami dengan ramah dan bijaksana, itu merupakan hal yang sangat-sangat menakjubkan. Sangat tepat sekali bila moto tersebut menjadi moto Al-Zaytun. Kalian menunjukkan semua yang ada pada kami. Ini merupakan hal yang luar biasa.

Bagaimana dengan sistem pendidikan satu pipa (one pipe education system), yang diterapkan Al-Zaytun?
Sistem yang luar biasa. Satu hal penting yang patut dibanggakan oleh orang Islam. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syaykh Al-Zaytun, bahwa pendidikan sangat penting dan pendidikan itu membutuhkan waktu panjang. Penyelenggara pendidikan yang tak terputus dan dengan menggabungkan antara pria dan wanita adalah sangat bijaksana.

Syaykh mengetengahkan wacana tentang kemanusian. Bahwa tidak ada perbedaan antara Timur dan Barat. Bagaimana menurut Anda?
Al-qur’an sendiri mengatakan : “Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kalian saling kenal mengenal“. Dengan perbedaan itulah mereka mengenal satu dengan lainnya, maka tercipta satu kemanusiaan, satu persaudaraan. Apa yang dikatakan oleh Syaykh Al-Zaytun adalah sama dengan apa yang ada dalam Al-qur’an.

Apa yang akan anda lakukan setelah kunjungan ini?
Ketika saya pulang nanti, saya akan menulis semua tentang perjalanan selama di Al-Zaytun, tempat yang luar biasa ini.

Bagaimana perkembangan jurnalisme di kota Anda?
Saya adalah penulis di salah satu harian di Detroit, Michigan. Setiap hari kami mencetak kurang lebih empat ratus ribu eksemplar dan untuk hari Ahad mencetak sembilan ratus eksemplar. Kota Michigan sendiri adalah kota yang berpenduduk muslim terbesar di Amerika.

Bagaimana keadaan komunitas muslim di sana?
Pada umumnya, mereka memiliki rasa hormat yang tinggi, mereka profesional. Ada yang menjadi insinyur, dokter, guru dan lainnya. Mereka sangat dermawan. Kita berusaha semaksimal mungkin untuk membangun sikap toleran dan membangun hubungan yang baik satu dengan yang lainnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang Syaykh Al-Zaytun?
Bila seseorang memiliki kemampuan memimpin dan bervisi, serta mampu membangun sebuah institusi dengan cepat, tentunya itu adalah pemimpin yang luar biasa. Saya buktikan dengan melihat dan mengamati seluruh yang ada di Al-Zaytun ini.

Apa intisari yang dapat Anda ambil dari pidato Syaykh Al-Zaytun?
Saya sangat setuju dengan wacana “satu kemanusiaan“ yang digulirkan oleh Syaykh. Pendidik dan jurnalis mestilah bekerja bersama secara stimultan untuk membangun kemanusian. Pendidikan mendidik generasi untuk membuka jendela dunia, dan jurnalis juga demikian.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 45/2006 – halaman 39-40)

Berita Terkait :

  • Wawancara dengan Richard W. Baker, Special Assistant to the President of East West Center (ECW).
  • Wawancara dengan Ms. Susan Kreifeis, Media Activities coordinator EWC.
  • Wawancara dengan Tim Connolly, Internasional Editor the Dallas Morning News, Dallas, Texas, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan David, Pengamat Hal Ikhwal ke Islaman dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan Mr. Larry Johnson Foreign Desk Editor Seattle Post Intelligencer.
  • Wawancara dengan Wiliam J.Dobson Managing Editor, Foreign Policy Washington DC.
  • Wawancara dengan David Hage, Editor Writer Minneapolis Star Tribune.
  • Wawancara dengan Arif Suditomo, News Production Manager, RCTI Jakarta.
  • Wawancara dengan Sunandar Ibn Nur, Executive Editor, Gontor Magazine, Indonesia.
  • Wawancara Wartawan Amerika dengan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang.
Bacaan Selanjutnya!