Tuesday, May 01, 2007

Menjembatani Perbedaan Melalui Jurnalisme

Wawancara denganDavid Crumm, Pengamat Hal Ikhwal Keislaman
dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.


Usaha apa saja yang dilakukan oleh East West Center selama ini. Dan bagaimana hasilnya?
Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui dan mengunjungi berbagai negara belahan dunia yang belum kami kunjungi sebelumnya. Dan kami telah mengadakan kunjungan ke Indonesia selama lima hari untuk melihat keadaan orang Islam dari berbagai organisasi massa dan institusi Islam. Ini merupakan perjalanan yang cukup sukses. Ini adalah bahan yang sangat mengesankan bagi saya terutama di Al-Zaytun, kami sangat terkesan dengan institusi ini. Di antara program yang dilaksanakan oleh East West Center adalah mengunjungi lembaga-lembaga pendidikan, museum-museum dan tempat-tempat peribadatan.

Apa saja manfaat kunjungan Anda tersebut?
Saya adalah salah satu penulis di Detroit, Michigan. Michigan adalah salah satu wilayah besar di Amerika Serikat. Maka, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menulis segala hal yang saya dapatkan di sini.

Berbicara tentang seminar internasional untuk wartawan senior yang Anda ikuti, apakah seminar internasional tersebut dilaksanakan secara reguler?
Ya,benar. Seminar tersebut dilaksanakan setiap tahun. Saya mengikuti seminar tersebut dua tahun lalu yang diadakan di Washington DC. Saya kembali mengikuti seminar untuk tahun ini yang dilaksanakan di Indonesia dan Bangladesh.

Bagaimana cara jurnalisme, khususnya East West Center merespon problematika yang timbul di masyarakat?
Kami akan berusaha keras untuk menulis dengan tepat dan akurat. Ini semua membutuhkan banyak riset dan interview serta banyak kunjungan-kunjungan. Dan semoga, kunjungan ini akan menambah akurasi pemberitaan kami terhadap Islam dan dunia Barat.

Apakah jurnalisme memilki peran penting dalam menciptakan toleransi dan perdamaian antar umat manusia?
Ya, saya yakin sekali itu. Bahwa jurnalisme memiliki peran penting dalam menciptakan toleransi, perdamaian dan kemanusiaan antar umat di dunia. Tapi, kita tidak bisa bekerja sendirian, kita butuh keterlibatan seluruh elemen masyarakat.

Bagaimana caranya?
Yang pertama kami lakukan adalah menulis sebanyaknya untuk meluruskan kesalah-pahaman antara Timur dan Barat. Termasuk di Amerika. Terutama setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001, kami menulis secara akurat dan memberikan gambaran yang sebenarnya kepada publik.

Sebagaimana kita hidup di era plural ini, adakah jurnalisme berperan dalam era tersebut?
Banyak perbedaan yang ada saat ini, kultur, budaya, agama, etnis dan lain sebagainya. Maka dengan perbedaan tersebut mesti dijadikan satu bentuk kemanusiaan yang saling menghormati satu dengan lainnya. Kami sebagai jurnalis, akan menjembatani perbedaan dan persepsi tersebut.

Berbicara tentang jurnalisme, Al-Zaytun telah mengajarkan pelajaran Jurnalistik pada santri yang dimulai dari kelas tiga sekolah menengah. Bagaimana opini Anda?
Ada beberapa sekolah jurnalistik favorit di Amerika Serikat. Menurut pendapat saya, jurnalisme itu adalah berusaha keras untuk mendapatkan fakta atau kebenaran. Menurut orang Islam kebenaran itu sebagaimana yang diwahyukan Tuhan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam mencari kebenaran bagi jurnalis.

Moto Al-Zaytun adalah mengembangkan budaya toleransi dan budaya perdamaian. Apa pendapat Anda?
Itu adalah tujuan yang sangat mengagumkan. Setelah saya memasuki kampus ini, saya merasakan moto tersebut, seluruh penghuninya menyambut kami dengan ramah dan bijaksana, itu merupakan hal yang sangat-sangat menakjubkan. Sangat tepat sekali bila moto tersebut menjadi moto Al-Zaytun. Kalian menunjukkan semua yang ada pada kami. Ini merupakan hal yang luar biasa.

Bagaimana dengan sistem pendidikan satu pipa (one pipe education system), yang diterapkan Al-Zaytun?
Sistem yang luar biasa. Satu hal penting yang patut dibanggakan oleh orang Islam. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Syaykh Al-Zaytun, bahwa pendidikan sangat penting dan pendidikan itu membutuhkan waktu panjang. Penyelenggara pendidikan yang tak terputus dan dengan menggabungkan antara pria dan wanita adalah sangat bijaksana.

Syaykh mengetengahkan wacana tentang kemanusian. Bahwa tidak ada perbedaan antara Timur dan Barat. Bagaimana menurut Anda?
Al-qur’an sendiri mengatakan : “Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kalian saling kenal mengenal“. Dengan perbedaan itulah mereka mengenal satu dengan lainnya, maka tercipta satu kemanusiaan, satu persaudaraan. Apa yang dikatakan oleh Syaykh Al-Zaytun adalah sama dengan apa yang ada dalam Al-qur’an.

Apa yang akan anda lakukan setelah kunjungan ini?
Ketika saya pulang nanti, saya akan menulis semua tentang perjalanan selama di Al-Zaytun, tempat yang luar biasa ini.

Bagaimana perkembangan jurnalisme di kota Anda?
Saya adalah penulis di salah satu harian di Detroit, Michigan. Setiap hari kami mencetak kurang lebih empat ratus ribu eksemplar dan untuk hari Ahad mencetak sembilan ratus eksemplar. Kota Michigan sendiri adalah kota yang berpenduduk muslim terbesar di Amerika.

Bagaimana keadaan komunitas muslim di sana?
Pada umumnya, mereka memiliki rasa hormat yang tinggi, mereka profesional. Ada yang menjadi insinyur, dokter, guru dan lainnya. Mereka sangat dermawan. Kita berusaha semaksimal mungkin untuk membangun sikap toleran dan membangun hubungan yang baik satu dengan yang lainnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang Syaykh Al-Zaytun?
Bila seseorang memiliki kemampuan memimpin dan bervisi, serta mampu membangun sebuah institusi dengan cepat, tentunya itu adalah pemimpin yang luar biasa. Saya buktikan dengan melihat dan mengamati seluruh yang ada di Al-Zaytun ini.

Apa intisari yang dapat Anda ambil dari pidato Syaykh Al-Zaytun?
Saya sangat setuju dengan wacana “satu kemanusiaan“ yang digulirkan oleh Syaykh. Pendidik dan jurnalis mestilah bekerja bersama secara stimultan untuk membangun kemanusian. Pendidikan mendidik generasi untuk membuka jendela dunia, dan jurnalis juga demikian.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 45/2006 – halaman 39-40)

Berita Terkait :

  • Wawancara dengan Richard W. Baker, Special Assistant to the President of East West Center (ECW).
  • Wawancara dengan Ms. Susan Kreifeis, Media Activities coordinator EWC.
  • Wawancara dengan Tim Connolly, Internasional Editor the Dallas Morning News, Dallas, Texas, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan David, Pengamat Hal Ikhwal ke Islaman dan Editor Harian Detroit, Michigan, Amerika Serikat.
  • Wawancara dengan Mr. Larry Johnson Foreign Desk Editor Seattle Post Intelligencer.
  • Wawancara dengan Wiliam J.Dobson Managing Editor, Foreign Policy Washington DC.
  • Wawancara dengan David Hage, Editor Writer Minneapolis Star Tribune.
  • Wawancara dengan Arif Suditomo, News Production Manager, RCTI Jakarta.
  • Wawancara dengan Sunandar Ibn Nur, Executive Editor, Gontor Magazine, Indonesia.
  • Wawancara Wartawan Amerika dengan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home