Sunday, July 20, 2008

Kebangkitan Nasional itu, Kebangkitan Pendidikan


Tokoh pendidikan terpadu Syaykh AI-Zaytun Dr AS Panji Gumilang mengatakan dalam rangka memeringati Satu Abad Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908-2008) semua elemen bangsa harus memberi solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang tengah dihadapi bangsa ini.

Sudah seratus tahun, apa yang telah kita perbuat? Yang bisa menjawab, ya masing-masing," kata tokoh pendidikan bervisi demokrasi, toleransi dan perdamaian, ini dalam percakapan dengan Wartawan Berita Indonesia, 12 Mei 2008. Menurut pemangku pendidikan berbasis (semangat) pesantren tapi bersistern modern ini, sesungguhnya kebangkitan nasional itu adalah kebangkitan pendidikan. "Ayo kita tata pendidikan ini lebih baik dari hari ini. Nah, itu ciri bangkit, " kata pendiri dan pemimpin Ma'had AI-Zaytun ini.

Tokoh yang sangat enerjik ini juga mengungkapkan tentang politik bersepeda, dalam hubungannya dengan kepemimpinan dan kebangkitan nasional. "Sepeda itu harus dipegang oleh pengendaranya. Power-nya itu dari pemimpinnya (pengendara). Itu politik bersepeda. Kalau man mengendarai dan mengendalikan kekuatan dahsyat, sepeda itu dahsyat, maka dinamakan bicycle. Cycle, cycling yang terns bergerak (putaran)," katanya. Selain itu, dia juga menegaskan sikapnya: "Simbol saya demokrasi perdamaian tanpa senjata," katanya ikhlas dan berterimakasih tatkala dihadiahi rencong.

Berikut ini kami sajikan petikan wawan¬cara dengan tokoh yang sangat berkomit
men membangun Indonesia yang kuat, hidup dalam zona demokrasi dan perdamaian Berta mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.

Syaykh banyak berbicara mengenai kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional sudah seabad tapi rasanya keadaan bangsa ini masih begitu-begitu saja?
Makanya kita bertanya apa yang telah kita perbuat, itu saja. Sudah seratus tahun, apa yang telah kita perbuat? Yang bisa menjawab, ya masing-masing. Kalau masing-masing menjawab dengan perbuatan, baru kita bisa mengatakan bangsa ini bangkit.

Lalu kalau begitu masalahnya, siapa yang akan memberi solusi?
Oh, semua elemen bangsa harus memberi solusi. Kebangkitan nasional itu sesung¬guhnya kebangkitan pendidikan. Sebab, dulu tatkala kita masih menjadi bangsa Hindia Timur, ada politik etis kan? Terjadilah pendidikan. Dari situlah bangkit. Jadi kebangkitan nasional adalah kebang¬kitan pendidikan nasional. Jika ditanya siapa yang menbangkitkan ? Ya, memang pemerintah dulu.

Apa pesan Syaykh dalam rangka satu abad kebangkitan nasional?
Ayo kita tata pendidikan ini lebih baik dari hari ini. Nah, itu ciri bangkit. Mengapa sekarang kita masih mengalami "ABCD", seperti dikatakan orang belum mencapai sasaran? Pendidikannya belum sempurna. Dan berbahagialah orang yang merasa tidak bangkit-bangkit walaupun dirinya mempunyai kemajuan. Tapi celaka bagi orang yang masih belum bisa merangkak pun sudah mengatakan bangkit.

Sama seperti Indonesia sekarang?
Jangan disamakan. Siapa saja.

Kan sudah 100 tahun. Tapi nggak bangkit-bangkit tapi merasa bangkit?
Bahagia kita, artinya, masih merasa yang tidak bangkit ini. Ada kebahagiaan. Artinya, menurut orang itulah yang bangkit itu. Tapi kalau masih seperti belum bangkit namun mengatakan sudah bangkit, celaka ini. Contohnya, pintu gerbang pertama saja kebanjiran dua kali sebelum setahun. Jadi angkatan lautnya pindah ke darat. Jadi untuk memperbaiki nasib bangsa kita nanti, pendidikan harus ditata, pangan ditata, keamanan ditata.

Pemimpin sudah melakukan apa yang dilakukannya. Tapi warga juga kan harus bergerak. Syaykh melihat bagaimana pergerakan masyarakat ini untuk bangkit atas inisiatifnya sendiri?
Itulah yang harus dididikkan panjang. Seperti bangsa Belanda dulu mendidik bangsa Hindia Timur ini supaya bangkit dimodali 3 M (membaca, menulis, menghitung). Nggak banyak itu modalnya. Membaca, setelah kamu bisa membaca ABCD, bacalah Indonesiamu ini. Setelah itu, menulis. Tulislah apa yang ada ini, baru kalkulasikan (menghitung) apa yang ada ini. Tiga modal An saja bisa membangkitkan Soekarno-Hatta berproklamasi, bisa membangkitkan segala macam. Sekarang harusnya bisa membangkitkan yang lain lagi dengan 3M tadi.

Selain pendidikan tadi, supaya kita bergerak bangkit lebih baik, apa yang lainnya?
Iya itu, start-nya dari situ (pendidikan). Sehingga nanti karena membaca, menulis dan menghitung, ini koq lambat, oh kurang asupan. Asupannya diperbanyak. Tapi memang ada satu tanda yang sekonyong-konyong bisa tedadi di Indonesia belakangan ini. Sebelum ada pengu¬muman beras naik, Indonesia kan masih mengimpor. Waktu beras masih US$ 400, mengimpor kekurangan sekian. Apalagi akibat banjir, panen kurang. Tapi, begitu beras dinyatakan US$ 700 sampai US$ loon lebih, tiba-tiba kita surplus. Kok bisa secepat itu? Terns langsung man mengekspor. Nah, ini suatu bukti, bahwa tidak memiliki kesiapan. Murah mengimpor, mahal mengekspor, sambil sekonyong-konyong data itu dari minus menjadi surplus.

Jadi bagaimana kalau kita dimenej orang seperti itu?
Ya diubah. Masyarakat bangsa ini merubah.

Tapi maunya, Syaykh menjadi pemimpin nasional?
Tidak seperti begitu merubah itu. Proses masyarakat bangsa Indonesia inilah yang akan menentukan perubahan itu.

Tapi kan perlu akselerasi?
Akselarasi dan tidak akselerasi itu juga sebuah proses. Belum tentu akselerasi itu bisa mempercepat. Satu bukti, sepuluh tahun yang dinamakan reformasi. Orang¬-orang masih bertanya apa hasil reformasi. Nah ini juga begitu. Maka proses ini harus berjalan terus. Harus diubah terus. Yang merubah itu bukan seketika berproses. Nah kita sudah memiliki sarana perubahan itu yakni demokrasi. Harus disadarkan bangsa ini.

Tapi kan pemimpinnya yang memegang peranan strategis?
Ya. Nanti kalau diganti juga berubah lagi. Sama halnya tatkala UUD 1945, itu kan susahnya setengah mati untuk dirubah waktu itu. Begitu dirubah, lima kali sekaligus. Itulah proses bangsa seperti itu.

Proses konstitusional yang teler itu?
Itu kan yang terjadi di Indonesia. Satu lagi, betapa satu dekrit atau statement bahwa dwifungsi ABRI mutlak. Namun lepas begitu saja. Betapa kuatnya Pak Harto yang didukung sampai segala sesuatu adalah berdasarkan petunjuk bapak presiden. Tapi kan dia yang merubah. Itulah proses masyarakat bangsa Indonesia.

Ini susahnya, bagaimana kalau nggak ada komitmen yang dipegang?
Tidak susah. Artinya, ada perubahan itu. Segala perubahan demi perubahan tidak sekaligus menjadi yang kita harapkan. Siapa tahu dalam perubahan berikutnya.

Ya, tapi perlu juga konsistensi dalam memandang sesuatu sehingga bangsa itu dapat dibawa dalam satu tujuan yang dari awal dipersiapkan. Tapi kalau tidak konsisten dan berhenti-berhenti, bagaimana pembentukan bangsanya?
Ini tidak berhenti, proses berubah.

Walaupun lama ya?
Lama itu tidak ukuran. Dan cepat pun tidak ukuran.

Tapi itulah arti pemimpin. Pemim¬pin yang menjadi pusat, pemegang kendali strategis?
Oh ya! Bangsa Indonesia 50 Tahun, hanya dipimpin dua presiden. Tapi sepuluh tahun lima presiden. Normal-normal saja, kan.

Teler itu?.
Ya lepaskan, apa bahasanya itu. Itu kan masing-masing punya bahasa yang bisa untuk mengalamatkan.

Ada yang tanya, seorang jurnalis, dia tahu kalau kami sering ke Al Zaytun. Syaykh kabarnya man disandingkan dengan Wiranto, katanya begitu. Baru kami dengar. Benar tidak?
Oleh siapa, tanya dong. Cari dulu, tanya siapa yang akan menyandingkan.

Itulah yang dia dengar informasinya. Bagi wartawan, suatu kecenderungan adalah fakta. Ada kecenderungan ke situ kali?
Tanya kepada yang menginformasikan. Kan sudah saya katakan tadi. Kalau ada apa-apa di Al-Zaytun kan bukan siapa-siapa yang tahu duluan, wartawan Berita Indonesia yang tahu duluan. Wartawan Zaytun belum tentu tahu duluan.

Tapi, baik juga kali itu?
Menurut siapa?

Paling tidak menurut kami !.
Terserahlah. Kalau ada pandangan me¬nurut saya baik, jangan pernah ditutup pandangan orang lain.

Kami senang mendengar berita itu.
Sedih pun tidak apa-apa.

Walaupun dia hanya sekadar bertanya, niatnya untuk menyelidiki pun terserah, tapi bertanya saja menurut saya sesuatu hal yang baik. Tapi, kalau itu diusulkan oleh banyak orang, bagaimana Syaykh menyingkapi?
Itu kalau. Kalau tidak, bagaimana? Kalau saja ditanggapi.

Kembali ke kebangkitan. Tadi Syaykh bilang pendidikan sebagai motor penggerak, dan Al-Zaytun sedang memulainya, dalam delapan tahun ini sudah bergerak. Kebangkitan Indonesia seperti apa yang diimpikan di lembaga. pendidikan Al-Zaytun?
Kita punyai nilai-nilai dasar negara. Yang oleh banyak orang dikatakan Pancasila. Nilainya apa? Ya pendidikan itu sifatnya rohaniah dan jasmaniah, pembangunan fisik. Mewujudkan suatu kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ini cita-citanya kebangkitan nasional itu. Yang lain-lain sudahlah tidak menjadi masalah. Pokoknya yang penting terakhir, mewujudkan kesejahteraan sosial.

Terus langkah-langkah itu harus dikonkritkan?
Oh iya tentu. Tapi kan ide besarnya itu. Bukan lagi sekadar menghafal Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan/Perwakilan, Persatuan Indonesia, tapi lebih lagi wujudkan Kesejahteraan Social untuk Seluruh Rakyat Indonesia. Kita sudah harus bersatu untuk menata itu semua. Mulai dari pendidikan, kemudian pem¬bangunan fisik dan pembangunan non¬fisik. Dan semua melibatkan bangsa. Dan semua berbasis lokal, sehingga Bhineka Tungal Ika terwujud.
Kemudian ke depan, menggaris-bawahi negara persatuan ini, Persatuan Indonesia. Kemudian memandang kembali, sudah betulkah otonomi ini. Otonomi sama dengan merdeka. Satu sisi tidak pernah mengenal satu kebebasan daerah dengan bahasa sentralisasi. Satu sisi memberikan kebebasan seluas-luasnya dengan bahasa otonomi. Antagonistic, paradoks. Maka yang diwujudkan nanti desentralisasi seluas-luasnya. Baru terciptalah nanti perwujudan suatu kese¬jahteraan bagi seluruh masyarakat Indo¬nesia. Kalau desentralisasi, seluruhnya menerima. Tapi kalau federasi ada mung¬kin yang tidak menerima. Begitu pula serikat mungkin ada yang tidak menerima. Desentralisasi, karena itu suatu ide besar dari awal, semua bisa terima. Tapi otonomi sangat bahaya. Otomomi itu merdeka.

Desentralisasi dalam rangka persatuan ya?
Iya, dalam rangka persatuan. Persatuan saja. Dan tidak melanggar nilai-nilai dasar negara.

Kalau dikaitkan dengan proses demokratisasi yang sedang bertumbuh?
Ya bagus.

Dengan tuntutan otonomi?
Otonomi seperti apa? Desentralisasi. Mana ada boleh otonomi. Desentralisasi seluas-luasnya.

Yang Sekarang terjadi, ada tuntutan otonomi.
Itulah karena memang dibukakan keran otonomi. Bertentangan dengan ide besar. Tadi kan kita katakan, otonomi itu berbahaya.

Filosofinya persatuan?
Persatuan. Persatuan itu bisa diwujudkan desentralisasi, daerah-daerah memiliki kekuatan masing-masing, berbagai macam. Tetapi dalam persatuan Indonesia.

Kan begitu nilai-nilai dasarnya? Mengapa melenceng jauh?
Kita membela sebuah nama yang tidak pernah dicatat pada UUD. Di Preambule itu, nilai-nilai dasar itu tidak pernah disebut dengan singkatan Pancasila. Ketuhanan yang maka esa disebut. Kemanusian yang adil dan beradab. Dasar begitu saja. Sekarang dicetuskan, Pancasilanya dike¬depankan seakan-akan itulah jiwa. Tapi substansinya dilupakan banyak orang. Ayo sebutkan satu-satu, nggak tau. Sama sekali dalam Preambule itu tidak disebutkan bahasa itu. Mengapa yang itu yang jadi merakyat dan populer? Bukan lima dasar itu.

Jadi nilai-nilainya yang terpenting?
Mustinya nilai-nilai dasar. Jadi kok tidak pernah disebut. Mengapa kok jadi sebutan yang sangat sakral.

Mencari aman saja kali?
Ya, iyalah. Tapi mestinya fair dong. Kalau tidak disebut mestinya jangan marah. Undang-undang dasar saja nggak menyebut.

Kalau tidak disebut pun, tapi nilai-nilainya dijalankan?
Ya, iyalah nilai-nilainya dijalankan. Demokrasi pakai diembel-embeli Demokrasi Pancasila. Sudah dalam UUD dasarnya tidak ada, kalau mau masuk dan ubah itu preambule, kan tidak boleh diubah toh?
Sudah tidak konsekuen lagi. Dulu Indonesia itu toleransinya tinggi, kalau duduk satu meja begini, Bukan ini dari Bangladesh, Myanmar, Kamboja , Ini apa, itu apa, tidak! Itu menunjukkan bahwa Indonesia dulu itu terbuka.

Pasca itu jadi tertutup. Bencinya pada bangsa asing luar biasa, keluar nasionalisme, tidak terbuka, sementara yang nasiona¬lisme pun disuruh menghafal, juga enggak hafal. Kemarin kita ke Aceh. Saya tidak membayangkan bahwa belakangan ini rakyat Aceh yang terkesan GAM, anak umur belasan tahun setingkat SMP, dengan mudah menghapal Pancasila. Asumsi kita, ya sudahlah tidak ada yang diajarkan Pancasila. Ternyata? Luar biasa anak-anak itu. Lagu-lagu wajib kita pancing sedikit saja, wow, mereka itu langsung me¬nyanyikan dengan lancar. Ditanya, Pancasila itu. apa? Anak-anak itu jawab tangkas, dasar negara Indonesia. Apa itu Pancasila? Lima dasar. Apa itu lima dasar, anak-anak itu lancar menjawab.

Betapa hebatnya orang Aceh. Lalu, me¬ngapa sampai terjadi clash. Mengapa kita sampai curigai. Belum tentu anak-anak di Pulau Jawa itu seperti ini. Di mana salahnya. Sampai clash itu? Saya dialog dengan Gubernur dan Wakil Gubernur. Yang tadinya tinggi nadanya, kita redamkan dengan cara yang baik. Ternyata di lubuk hatinya tidak mau mi¬sah dengan Indonesia. Kita gali secara perlahan-lahan.

Jadi kalau melihat kondisi Seka¬rang. Ini kan memasuki tahun po¬litik. Politik yang kita tandai dengan mulai aktifnya para partai politik kampanye, mulai bulan Juli, sam¬pai sekian lama. Sangat lama. Tentu dalam politik yang diharapkan, pada waktunya akan tiba kekuasaan akan dipegang oleh orang tertentu yang dipilih secara demokratis dalam proses politik. Tapi tidak berhenti di situ, proses ini adalah untuk mencapai bagaimana Indo¬nesia mengisi kemerdekaannya atau membangun dirinya. Tentu ada harapan yang akan dicapai. Kalau melihat proses ini, menurut Syaykh, ada nggak harapan dan seperti apa yang bisa kita capai dalam 5 tahun ke depan?
Kita dengar dulu dong apa yang ditawarkan.

Kalau Syaykh menawarkan?
Sepeda, menggelinding terus.

Apa hubungannya dengan masa depan bangsa?
Ya, sepeda itu kan dipegang oleh pengendaranya. Power-nya itu dari pemimpinnya. Ito politik bersepeda. Ini yang mengendalikan. Saat naik, ikut naik. Saat turun, ikut turun. Maka kebangkitan nasional diisi dengan bersepeda 2000 km. Sekarang kan yang duduk di atas mobil, yang capek mobilnya. Yang merasakan turun juga mobil, bukan kita. Bagaimana rasanya turun dari yang tinggi, pakai mobil kan tak terasa. Bagaimana panas, tak terasa. Bagaimana hujan, tidak terasa. Bagaimana itu namanya BBM kaki. Menggenjot tatkala tanjakan yang 45 derajat. Bagaimana mengendalikan tatkala kita turun tanpa ada halangan. Stabil. Maka diajak bersepeda begini lo, kalau mau mengendarai dan mengendalikan kekuatan dahsyat, sepeda itu dahsyat, maka dinamakan bicycle. Cycle, cycling yang terus bergerak (putaran).

Bisa lebih diterjemahkan dalam aplikasi politik kenegaraan?
Sudah, yang tadi itu. Jangan diterjemahkan panjang-panjang. Bila menerjemahkan panjang-panjang itu namanya tajuk rencana. Ini pojok saja dulu.

Perlu diberi pemahaman, sosialisasi, filosofi bersepeda dalam rangka membangun negara?
Itu nanti. Sebelum apa-apa, dibaca orang sebagai kampanye. Cita-cita saja. Nanti bersamaan dengan filosofi bersepeda memang begitu. Terus berputar dan ada dua roda belakang dan depan.

Ada maknanya itu?
Lha iya, ada pimpinan dan ada yang dipimpin. Terus ada rem.
Pemimpin semua yang mengendalikan. Mau cepat, mau lambat. Tapi kalau pemimpin sedang teler? Teler dilarang naik sepeda. Dan nggak jalan sepeda.

Kalo gagah-gagahan?
Mana bisa gagah-gagahan, orang mengeluarkan nafas, mengeluarkan energi.

Oh iya, ia akan tumbang sendiri kali ya?
Nggak ada gagah-gagahan, gagah yang ada. Itu kan bukan gagah betulan kalau gagah-gagahan.

Tapi ada pemimpin yang bilang, mereka nggak tabu saya siang¬malam Sudah bekerja, masih begini orang ngomong?
Biasa. Harus dihormati orang bekerja itu.

Berarti dia tidak menganut filosofi naik sepeda?
Iya, dia kan naik mobil. Rodanya juga empat kan? Ini rodanya cuma dua. Harus digenjot dengan nyali dan energi (BBM kaki) agar terus berputar.

Sumber : Majalah Berita Indonesia Edisi 57 - 2008
Bacaan Selanjutnya!

Saturday, July 19, 2008

Pusat Pembibitan Sapi Nasional


Sebuah lembaga pendidikan menghibahkan 18 kepala sapi pejantan unggul kepada pemerintah (negara), suatu berita menarik yang belum pernah terjadi di negeri ini.

Biasanya pemerintahlah yang meng¬hibahkan sesuatu kepada lembaga pendidikan. Oleh karena itu, Berita Indonesia berulang kali menanyakan apa latar belakang, penyebab atau yang mendorong sehingga Al-Zaytun menghibahkan puluhan sapi pejantan unggul itu kepada pemerintah. Dalam rangkaian percakapan dengan Syaykh Panji Gumilang terungkap pula obsesi Al-Zaytun menjadi pusat bibit sapi nasional, baik perah maupun sapi pedaging.

Berikut petikan wawancara Berita Indonesia dengan Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, di Wisma Al-Islah, Senin, 12 Mei 2008.

Apakah karena Syaykh mendengar keluhan dari pemerintah atau lembaga-lembaga lain mengenai susahnya memperoleh sapi pejantan unggul?
Tidak usah mendengar keluhan barn hibah. Itu namanya manusia pelit. Ibu pertiwi ini sedang merintih sekarang ini, jangan terlalu lama merintih.

Sekarang nggak merintih lagi seharusnya?
Mestinya. Tapi kan sekarang sedang merintih. Minyak, baik itu minyak bakar, minyak goreng, maupun minyak pelumas, sudah dicari. Produk energi sudah mulai turun. Sesungguhnya, kita nggak usah lagi menggali minyak bumi.

Sapi Bangsa Baru: Sapi hasil crossing yang dilakukan oleh Al¬Zaytun terdiri dari 3 bangsa sapi yakni Limousin, PO dan Bali dinamakan LIMPOBAL, dalam usianya yang 2 tahun 9 bulan mempunyai bobot 480 kg.

Diamkan saja, bikin minyak hijau. Juga, tanam padi sebanyak-banyaknya. Toh manusia sekarang butuh beras. Dari sejak awal, food and agriculture memegang kendali kehidupan. Siapa punya pangan banyak, dia yang mampu me¬nguasai manusia banyak. Siapa yang punya energi cukup, dia akan menguasai politik dunia. Sekarang, ok, tutup semua itu penggali minyak. Sekarang kita pakai minyak hijau.

Minyak bio?
Jangan, kalau bio masih lama. Minyak goreng untuk menyalakan lampu tempel saja dulu. Itu cuma seratus hari.

Seratus hari pakai minyak goreng?
Ya, sehingga otak ini keluar semua. Yang cerdas-cerdas memikirkan seratus hari, tumbuh minyak yang hakiki. 0rang bertapa itu kan begitu.

Hanya butuh seratus hari bertapa bangsa ini sehingga bisa keluar dari krisis?

Ya, seperti makan tempe kan? Tidak usah impor, bertapa dulu seratus hari. Tanam, kedelai. Sekarang Al-Zaytun sudah surplus kedelai. Bergs, tidak usah teriak-teriak. Jangan makan beras. Makan yang mengenyangkan dan sehat saja. Lalu seratus hari nanam, panen surplus.

Tapi itu memerlukan pe¬mimpin panutan dan berani?
Bagaimana pemimpin tidak panutan dan berani? Siapa saja bisa asal mau. Siapa pun bisa. Tapi ini memang belum mau. Pemimpin Indonesia ini Siapa pun bisa. Cuma memilih programnya.

Ada juga yang tidak berani mengambil program seperti itu?
Belum tentu tidak berani, mungkin tidak terpikirkan. Padahal bangsa ini pintar-pintar. Sejak 1800-an, bangsa Indonesia telah menanam kedelai. Juga sudah menanam padi. Sejak 1818, sapi sudah didatangkan ke Indonesia. Jadi, bangsa Indonesia semua bisa asal memilih program yang tepat. Ini kan belum tepat semua. Padahal pintar-pintar kok bangsa Indonesia ini.

Kembali ke pembicaraan sapi yang dihibahkan. Walaupun tali Syaykh sudah jelaskan dalam rangka kebangkitan nasional, supaya bangsa ini bangkit. Tapi mungkin akibat kekurang-seriusan pemerintah atau instansi yang terkait untuk melahirkan sapi pejantan unggul?
Sesungguhnya, keseriusan itu bisa ditengok dari beberapa segi. Sudah dimulai dari sejak awal, tahun 2000, didanai, diatur dengan program, apakah itu tidak serius? Tapi mengapa tidak berhasil, itu yang tidak tahu.

Programnya, barangkali hanya serius di atas kertas?
Serius sesunguhnya, serius. Kalau bicara, serius. Rapatnya saj a berpuluh-puluh kali. Terhitung rapat uji progeny sudah 42 kali, tapi yang berhasil baru di Al-Zaytun. Embrio transfer sudah kemana-mana menyebar, yang ada yang tersisa dan terpelihara dengan baik hanya di Al-Zaytun. Jadi kita tidak paham itu kenapa tidak berhasil. Padahal, ciri¬ciri serius adalah diberi modal, negara ngasih modal; Ada organisasi, yaitu dings-dings; Ada ahlinya, profesor, doktor dan rapat, cukup. Nah, kenapa yang tidak didanai sama sekali, kok berhasil. Seperti Al-Zaytun, tidak mengambil dana dari anggaran belanja Negara, tapi dana sendiri dan berhasil.

Lalu, kenapa yang tidak didanai justru berhasil?
Nah, itulah yang kita tidak tahu. Kalau begitu, barangkali jangan didanai semua.

Tapi kan memerlukan biaya besar?
Butuh biaya, tapi dana sendiri.

Berbiaya besar dan didanai sendiri. Lalu kenapa dihibahkan, dikasih gratis?
Kalau mau ngasih, kasihlah yang disayangi. Itu teori ilahi begitu. Kamu tidak akan mendapat kebaikan sebelum kamu memberikan sesuatu yang sangat kamu cintai. Ini bull yang paling dicintai, hari-hari diajak bicara, disayang di Al-Zaytun. Melihat Ibu Pertiwi sedang sangat kekurangan bibit unggul. Cuma punya sepuluh persen. Dan semua akan dihibahkan, cuma belum terpilih semua, mungkin nanti bertahap.

Memang semua mau dihibahkan juga?
Semua. Kita bisa jadikan bull yang bagus lagi. Hadiahkan lagi. Kalau dijual kan cuma berapa?

Puluhan miliar?
Murah, miliar itu bisa dicari. Yang penting bangsa kita ini bangkit. Protein terpenuhi, susu terpenuhi.

Ukuran puluhan miliar terlalu kecil?
Terlalu kecil. Amat sangat kecil.

Biar pun itu tidak didanai oleh pemerintah?
Jangan ngomong tidak didanai. Kita tinggal di Indonesia ini berarti Indonesia memberikan sesuatu pads kita. Tidak harus dari pemerintah dong.

Dalam proses penghibahan ini, Al-Zaytun yang menawari atau pemerintah?
Ya sama, kita mendengar rintihan, ya kita tawarkan, dan diterima.

Tapi pasti ada forumnya?
Kita selalu ikut forum-forum itu. Menyaksikan 42 kali sidang. Itu ke itu. Maka kita teriak, ambil semuanya.

Kenapa sampai Syaykh teriak, apa kondisinya?
Kondisinya ya itu, rapat dari itu ke itu saja, tidak berhasil lagi. Sedangkan semua terdanai dengan bagus. Nah, kita tidak pernah minta. Satu sen pun tidak pernah minta. Kita sekarang hibahkan semua. Dalam mulut kami bicara, semua bull yang dianggap, baik untuk pejantan, ambil semua¬nya. Kita punya 46 itu. Sekarang baru tepilih 18.

Apa reaksi mereka, kaget atau bagaimana?
Ya, sedikit kaget. Tapi kan tidak perlu dengan kaget terus kita senang. Nggak, dia menerima gitu.

Bukan soal senang, tapi pemerintah sendiri kan tidak berhasil walaupun sudah mengeluarkan biaya banyak? Tapi Al¬Zaytun danai sendiri, lalu semua malah mau dikasih, dihibahkan. Apakah pemerintah berterima-kasih?
Kalau memberi kepada negara jangan pernah mengharapkan ucapan terimakasih. Kita ini keluarga Indonesia. Kan ekonomi diatur secara kekeluargaan.

Tapi walaupun hibah, bisa saja nanti biaya transportnya lebih besar?
Oh tidak. Semua kita antar, supaya tidak ada mark up. Nanti dipikirnya hibah koq ada apa-apanya.

Sesungguhnya apa yang ada di pikiran Syaykh sampai menghibahkan sedemikian rupa?
Supaya maju. Peternakan Indonesia supaya tidak mengeluh setiap saat. Untung saya diundang setiap rapat-rapat begitu itu, jadi saya senang mendengar hal ini. Oh, koq masih mengeluh saja. Punya sepuluh persen kasihlah sepuluh persen. Pun yang menghitung sepuluh persen bukan kami tetapi mereka. Kita pun kaget, kok cuma 18 saja bisa sepuluh persen. Berarti sedikit sekali keperluan itu. Indonesia segini besarnya koq sedikit sekali keperluan itu. Maka, tunggu lima tahun, akan kita penuhi seratus persen. Dan bukan 18, seratus persennya. Kita ingin Indonesia ini memi¬liki sapi minimal seperempat jumlah manusianya.

Kalau idealnya berapa?
Itu ideal. Seperempat dari ma¬nusianya. Terns yang seperempat itu nambah lagi seperempat, untuk ekspor. Nambah lagi seperempat, ekspor. Nambah lagi seperempat, ekspor. Begitu seterusnya. Kan enteng, Indonesia tempat rumput, tempat jagung, tempat segala-galanya. Pemeliharanya pun banyak.

Jadi sudah ada penyerahan resminya?
Sudah. Tanga disaksikan siapa-siapa. Malaikat yang menyaksikan, kanan dan kiri.

Proses formalnya sudah?
Sudah. Dan bangsa sapi yang kita hibahkan ini, bangsa sapi yang sedang diminati oleh bangsa Indonesia, yang na¬manya simental, Limousin, FH, anges, brangus, semuanya diminati. Jadi ke depan, kita harapkan, di sini (Al-Zaytun) menjadi pusat bibit sapi, baik perah maupun sapi pedaging. Kalau sapi perah pasti dapat daging, kalau sapi pedaging tidak dapat susu.

Maka Al-Zaytun prioritaskan sapi perah?
Sapi perah. Maka, anak jan¬tannya harus di-cut. Teorinya, anak jantan itu 50 persen. Kalau kita punya seribu, akan dapat lima ratus anak jantan. Itu anak jantan yang dikehendaki dagingnya. Tapi suatu saat kita membikin anak betina yang tidak dikehen¬daki, tapi anak jantan. Itulah namanya untuk pejantan unggul tadi. Kanada mena¬warkan ke kita satu, Rp 2,5 M. (US$ 250.000) satu kepala sapi pejantan. Kalau saya sebagai pemegang kendali Indonesia, kita ambil paling tidak 200. Lima tahun, kita sudah berdiri sendiri dan bisa mengekspor. Jangan diurus oleh dings-dings. Tunjuk swasta-swasta yang bertanggung jawab, diaudit. Lima tahun beres.

Itulah ya akses ke tempat berkuasa itu. Coba, kalau Syaykh yang pemegang kendali?
Iya, kan pemegang kendali di Al-Zaytun sudah. Makanya itu kita masuk.

Iya, jadi apa yang kita harap kalau yang dipilih masih seperti begini?
Jangan nunggu itu, yang sudah ada saja yang kita buat. Makanya kita buat sekarang.

Seharusnya setiap pemimpin nasional datang ke sini kalau mau series mengelola Negara?
Tidak harus ke mana-mana. Pikiran ini sesuaikan dengan kenyataan, itu saja sudah se¬lesai. Kita ingin tahu perkem¬bangan di rumah, kan tidak mesti duduk di rumah. Kan ba¬nyak malaikat, dari akhbar, dari televisi, dari cerita, dari situ kan bisa dilihat, cerna di dalam, kerjakan. Seperti kita mengimani Muhammad Rasullulah, seperti kita meng¬imani Yesus. Ketemu juga nggak. Tapi perjuangannya kan bisa dicerna di sini. Masukkan dada, kerjakan, kan gitu. Jadi tidak harus melihat. Itu namanya orang masih kurang pintar.

Ustadz Abdul Halim dari New Zealand, rupanya telah menseleksi sapi. Mau dikemanakan sapi yang seribu dua ratusan itu?
Ya sekarang sapi sedang di kapal. Sedang menari-nari di kapal. Datang, ya kita ternak. Menyambut kebangkitan na¬sional semua ini. Dimulai dari 1200 ini.

Tapi konon susah juga mendatangkannya, padahal demi kebangkitan nasional, sampai prosedurnya juga sulit?
Oh, itu prosedur sulit itu kan di Indonesia sudah biasa. Siapa yang berani menghadapi kesulitan dialah yang berhasil.

Jadi tidak perlu dikeluhkan?
Tidak perlu dikeluhkan. Keluar uang nyogok juga jangan. Jalan saja. Kalau kita harus nyogok berarti pendidikan nyogok.

Barangkali itu yang mempersulit ya. Dalam tanda kutip?
Jangan, kita tidak menduga sama sekali itu.

Iya, memang harus ditempuh?
Tempuh saja. Manusia modern kan prosedural. Ke depan, kalau kita bisa sempurnakan, ya disederhanakan, dipraktiskan.

Kembali ke hibah tadi. Tentu dihibahkan dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan demi tu¬juan yang Syaykh tadi sudah jelaskan. Tapi melihat pengalaman, pemerintah selalu gagal? Jangan-jangan nanti salah memelihara sehingga sapi-sapinya tidak bisa berproduksi?
Kalau itu enggak. Sebab nanti itu disebarkan ke peternak. Yang dimasukkan gagal tadi, mewujudkan menyediakan bibit seperti itu yang banyak gagal.

Bukan untuk diberikan kepada pihak instansi?
Nanti instansi yang punya we¬wenang menyebarkan bibit, itulah yang mengelola. Kalau mengelola bibit berjalan baik di Indonesia ini. Mengelola produksi semen, itu berjalan. Yang kita bicarakan kegagalan tadi, mempersiapkan uji zu¬riat, mempersiapkan perwu¬judan bibit unggul, itu belum berhasil baik.

Jadi sesudah berproduksi begitu, tinggal memelihara?
Tinggal memelihara dan men¬distribusikan. Jadi jangan maknai salah.

Maksud saya juga begitu, nanti di dalam pemeliharaan. Ini kan dihibahkan? Jangan jangan yang dihibahkan ini gagal?
Insya Allah baik, karena tenaga pelaksananya sudah teruji di BIB itu. Punya pengalaman baik, tinggal mendistribusikan hasil. Malah, kalau tidak kita hibahkan, di sini saja, kurang pemanfaatannya. Karena memenuhi kebutuhan kita saja kan terlalu sedikit.

Kan bisa dijual?
Jangan bicara jual. Kita itu bicara masyarakat peternak Indonesia ini harus dibantu.

Tapi tetap juga ada nilai jualnya?
Ya, kalau dihitung uang, itu sedikit sekali. Tapi kalau sudah jadi sapi, artinya besar. Bisa menghasilkan 270 ribu sapi per tahun kali 300 kg kali Rp 30 ribu. Jadi 2,5 triliun per tahun. Itulah nilai hibahnya.

Masih hanya 18 kepala sudah 10% dari kebutuhan?
Hibah ini bisa memenuhi kebutuhan 10%. Satu lembaga pendidikan, bukan lembaga perdagangan, bisa masukkan hibah, menduduki 10%. Kalau saham, itu kan 10%. Jadi sa¬hamnya 10%. Pemerintah sen¬diri hanya Sekonyong¬konyong datang pendatang baru ambil 10%. Ibarat sahamlah. Kalau dalam percaturan dunia bisnis, ini sudah menguasai, pendatang baru ini. Sekonyong-konyong sudah staf direksi. Kan, logika saham itu begitu.

Al-Zaytun kan menghibahkan kepada pemerintah. Apa ada semacam perjanjian dengan pemerintah bahwa nanti mereka tidak boleh menjualnya ke masyarakat?
Mesti dijual. Itu semen mesti dijual. Bagaimana tidak dijual, untuk memproses, mewujudkan semen itu ada biaya? Menyimpannya, ada biaya. Ya itu, ganti Rp 10 ribu tadi. Ini untuk negara. Lepaskan, mau dikasihkan cuma-cuma, mau dijual kek, Itu terserah mereka. Yang penting ada lembaga swasta, pendidikan pula, mendorong kemajuan peternakan Indonesia. Memberikan 10%-nya dari kebutuhan nasional.

Sumber : Majalah Berita Indonesia Edisi 57 - 2008
Bacaan Selanjutnya!

Sunday, June 03, 2007

Tirta Sangga Jaya, Sebuah Ide Besar

Wawancara dengan Slamet Effendi Yusuf *)

Konsep Tirta Sangga Jaya (TSJ) sampai juga ke dalam gedung DPR. Menurut pria ramah yang kini menjabat sebagai Ketua Badan Kehormatan DPR RI ini. TSJ merupakan sebuah gagasan raksasa dan solusi membuat air sebagai sumber kehidupan bukan sumber bencana.

Untuk mengetahui keekonomisan dan manfaat Tirta Sangga Jaya, berikut petikan wawancara eksklusif wartawan Berita Indonesia Maruasas Henry, Hapotsan Tampubolon, serta fotografer Wilson Edward dengan Drs. Slamet Effendi Yusuf, M.Si, politik kawakan yang terpilih menjadi anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Tengah.

Biasa disapa SEY. Slamet yang mantan Ketua GP Ansar sudah mengunjungi Al-Zaytun dan berdiskusi akrab dengan Syaykh Panji Gumilang ketika pembangunan pondok masih dalam tahap-tahap awal. “saya belum pernah melihat tuh, penyelesaian pembangunan hotel yang disebut Wisma Tamu Al-Islah,” kata SEY,.


Apa komentar Anda ten-tang mimpi Syaykh Al-Zaytun Abdussalam Panji Gumilang tentang Tirta Sangga Jaya untuk me­ny elesaikan banjir Ja­karta?
Saya harus mengatakan bahwa ini ide besar. Boleh dikatakan seperti mimpi. Tetapi ide besar semacam ini bisa dilaksanakan apabila Syaykh, dan Al-Zaytun pada umumnya bisa mengkomunikasikan de­ngan para pengambil keputus­an. Dalam hal ini perlu ketemu dengan teman-teman di PU (Departemen Pekerjaan Umum), Presiden atau Wakil Presiden berkaitan dengan ini.

Gagasan ini gagasan raksasa meliputi setidak-tidaknya tiga provinsi yaitu provinsi Banton, Jawa Barat, dan provinsi yang selama ini menjadi penerima masalah yaitu DKI Jakarta. Karena itu ide ini perlu diso­sialisasikan kepada Gubernur tiga provinsi itu.

Permasalahan banjir Jakarta cenderung sema­kin kompleks, terbukti awal Februari 2007 se­mua Jabodetabek terkena banjir?
Kita memperlakukan sungai belum optimal sebagaimana seharusnya fungsi sungai. Bah­kan kita menyalahgunakan fungsi sungai. Sungai menjadi latar belakang rumah-rumah, padahal seharusnya menjadi latar depan. Di situlah orang buang sampah tinja dan seba­gainya. Fungsinya berubah.

Sungai mengalami pendang­kalan, penyempitan dan pen­cemaran yang luar biasa, lim­bah semua tumplek blek blek di sungai. Ketika sungai ditam­bahi aliran air karena hujan dia tak memiliki daya tam­pung. Akibatnya yang jauh lebih nyata banjir. Itu bicara tentang sungai.

Kemudian hinterland (dae­rah penyanggah, red) Jakarta yaitu JABODETABEK meng­alami perkembangan luar biasa. Mestinya menjadi pe­nampung air hujan, sekarang hinterland-rya juga lewat be­gitu Baja karena penggunaan perumahan begitu luas. Mas­terplan untuk kawasan itu juga tidak diikuti secara konsisten. Daerah penyerapan air hilang jadi hutan beton. Belum lagi hilangnya berbagai waduk kecil atau situ, kering, kemu­dian dipatok menjadi pemu­kiman atau milik orang.

Sekarang banjir sudah men­jadi problem tahunan. Ke depan akan makin menjadi seper­ti itu, karena kawasan-kawasan resapan di daerah Puncak dan sebagainya sudah penuh de­ngan berbagai perumahan, sampai sekitar selatan Tange­rang menjadi pemukiman yang sangat padat. Ditambah la­pangan-lapangan golf yang luas, situ-situ yang kurang, semua membebani Jakarta.

Lalu, bagaimana mere­alisasikan Tirta Sangga Jaya di saat ego daerah se­bagai dampak otonomi daerah masih menguat?
Makanya harus diyakinkan tiga gubernur, pemerintah pusat, DPR pusat, kemudian Presiden dan Wakil Presiden dengan konsep ini.

Kalau saya melihat gambar yang sementara ini ada, itu menjadikan kawasan ini se­buah delta yang dikelilingi oleh apa yang beliau sebut sebagai Tirta Sangga Jaya, atau air yang menyangga kejayaan. Konsep ini akan baik kalau dikomunikasikan kepada me­reka yang punya wewenang tentang ini, dengan begitu akan mencairkan apa yang Anda sebut ego daerah karena otonomi daerah.

Konsep ini saya kira akan memberikan peluang perkem­bangan yang luar biasa. Misal­nya sepanjang sungai diba­ngun tol. Artinya, dia itu di Tatar depan. Menurut saya mungkin bukan jalan tol. Te­tapi, sebaiknya jalan biasa saja dimana manusia bisa bebas melewatinya. Dengan begitu pinggir sungai akan menjadi potensi wisata dan potensi bisnis yang bebas.

Tapi kalau misalnya atas dasar pertimbangan pem­biayaan akan jadi jalan lingkar tol, tidak ada masalah. Tetapi harus ada pintu-pintu tol pada titik-titik tertentu dimana rakyat sekitar punya akses kepada jaringan ini. Jangan mereka diisolasi melalui tol.

Karena banyak unsur bisnis di sini, kalau Syaykh yang menyosiali­sasikan seakan dia berke­pentingan seperti peng­usaha?
Nanti Syaykh bisa menun­jukkan bahwa ini bukan untuk kepentingan dia. Tetapi untuk kemaslahatan masyarakat, daerah, dan bangsa. Anda bayangkan kalau kanal dibangun dengan luas tertentu yang bisa dilewati kapal, maka ini adalah tempat pesiar dan di sekitarnya dibangun hotel-hotel. Kawasan ini dalam konsep adalah kawasan yang berkem­bang.

Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah jangan hanya problem yang bersifat politik. Harus diingat problem yang bersifat praktis. Misalnya tanah-tanah yang sudah men­jadi milik masyarakat, real es­tate, lapangan golf, perhitu­ngannya harus seperti itu. An­dai konsep ini berada di tanah yang kosong akan amat mudah menyelesaikannya.

Karena itu harus ada kepu­tusan yang jelas sebelum dila­kukan feasibility study yang konkrit. Pemerintah melalui Keppres atau Keputusan Presi­den harus memutuskan hal ini sebagai proyek nasional. Saya setuju dengan Syaykh, sebaiknya dibentuk sebuah badan otorita yang akan me­nangani hal ini secara khusus. Karena ini pasti akan menjadi proyek raksasa, harus dijaga jangan sampai menjadi pusat korupsi baru, spekulasi-spe­kulasi baru dan sebagainya. Sejak awal harus ditangani melalui suatu rules, peng­aturan yang jelas supaya bisa diselesaikan dengan baik.

Penanganan banjir di Jabodetabek sampai se­karang tidak memadai. Jakarta dan sekitarnya masih terancam banjir?
Banjir bukan saja akibat tidak adanya sodetan. Ling­kungan sekitar Jabodetabek memang lingkungan yang su­dah tidak memungkinkan me­nyerap air hujan. Puncak pe­nuh dengan vila, tidak ada pohon, lalu terjadi air yang terns menggerujuk dari atas langsung ke bawah.

Oleh karena itu, Tirta Sang­ga Jaya adalah salah satu jalan. Tentu saja ada jalan lain, di se­kitar Jakarta bagian selatan di­bangun tempat-tempat resap­an dalam bentuk waduk-wa­duk kecil. Dulu ada konsep pe­merintah, di setiap real estate ada yang namanya situ, di setiap rumah harus ada tempat resapan. Kalau itu dilakukan sebagian sudah menolong.

Tapi konsep Syaykh sebe­narnya bukan hanya semata­mata tentang banjir. Tetapi se­buah upaya membangun se­buah kawasan yang merupa­kan delta, yang di situ dikeli­lingi oleh sebuah kanal, dan di dalam delta masih ada 13 sungai besar yang selama ini mengairi Jakarta.

Kalau pembangunan Tirta Sangga Jaya dilakukan, ber­samaan itu sungai-sungai be­sar Jakarta juga harus dibe­nahi. Sungai harus tetap ber­fungsi sebagai sungai. Dulu Ja­karta berkembang karena ada sungai Ciliwung, sungai Cisa­dane, sungai Bekasi. Kantor Gubernurjenderaljaman dulu, yang sekarang jadi Istana Mer­deka, demikian juga Kota, itu ada di sekitar sungai Ciliwung karena sungai dulu alat trans­portasi orang dari Bogor, dari pinggiran yang masuk ke te­ngah kota.

Ada sungai Dano yang me­lewati Hongaria, melewati de­lapan negara Eropa. Dimulai dari Jerman, di sungai itu lewat kapal besar untuk meng­angkut kargo-kargo, mengang kut mobil-mobil barn dari satu kota ke kota lain lewat sungai. Di sini pun hal itu bisa terjadi. Orang dari terminal peti ke­mas mengirim barang ke Ban­dung, kapalnya bisa masuk sampai di sebelah selatan Cibi­nong. Jadi bisa dibuat pela­buhan-pelabuhan untuk mengangkut barang-barang. Akan terjadi kemudian efek lain, yaitu pengurangan ke­padatan di terminal Tanjong Priok.

Tirta Sangga Jaya bukan persoalan kecil. Bagai­mana cumber pembiaya­annya?
Konsep Syaykh adalah me­ngeluarkan obligasi, ORI, atau Surat utang negara SUN yang dijual kepada kurang lebih 10 persen penduduk Indonesia. Ito bisa salah satu bentuk.

Bisa bentuk lain. Proyek dipenggal-penggal karena ter­kait pembangunan jalan tol. Diserahkan saja sepenggal ini kepada investor siapa, sepenggal ini kepada investor siapa, sepenggal ini kepada in­vestor siapa. Ini pasti akan menjadi jalan yang sangat ramai, siapapun man itu. Yang kedua ini. kalau prinsipnya sudah disetujui pemerintah, adalah menawarkan proyek kepada investor untuk mem­bangun jalan to]. tempat-tem­pat pemberhentian dan se­bagainya.

Menurut saya yang rasional adalah yang kedua ini. diserah­kan kepada investor dengan terlebih dahulu pemerintah memberikan garansi terhadap kemudahan pembebasan ta­nah, garansi penggunaan kalau suatu hari terjadi pemanfaSatan tanah sehingga investor punya kemauan untuk itu.

Kalau pembiayaannya lewat APBN saya kira berat, karena ini proyek sangat besar sekali. Kalau proyek jadi direalisasikan harus disertai gerakan pembudayaan membangun kultur tingkah lake yang bail dalam memperlakukan air. Karena air adalah sumber ki­ hidupan. Dalam konsep Syaykh air adalah sumber kehidupan. Air bukan hanya digunakan menjadi air bersih melalui PDAM-PDAM, tetapi juga sebagai alat transportasi. Walau nanti ada tol di sekitar­nya, air harus tetap jadi alat transportasi digabungfungsi­kan sekalian dengan sungai Ci­sadane, Ciliwung, dan Cita­rum.

Dari sisi yuridis, perlu­kah dibuat Undang-Un­dang untuk memayungi proyek Tirta Sangga Jaya ini?
Keppres saja sudah cukup karena kita tidak untuk mem­bangun suatu zona yang eks­klusif. Keppres pasti berda­sarkan undang-undang juga. Kalau ada sesuatu yang prak­tis, kenapa harus cari yang ber­kelok-kelok. Keppres juga cu­kup kuat.

Untuk membuktikan kuatnya dukungan politik terhadap konsep ini?
Hal semacam ini pasti di­konsultasikan dengan DPR, misalnya dengan komisi yang berhubungan dengan infrastruktur, Komisi V. Tapi menurut saya, langkah per­tama meyakinkan tiga penguasa di tiga provinsi, eksekutif dan legislatifnya, lalu pemerintah pusat, juga DPR dan DPD.
Harus dihitung secara lebih teknis soal biaya, dampak lingkungan hidup dan se­bagainya. Mumpung kita membangun di era yang lebih terbuka, tidak add jeleknya didiskusikan sehingga faktor-­faktor lingkungan bisa ter­pelihara oleh kanal semacam ini.

Apalagi proyek besar sema­cam ini, beliau harus road-show ke berbagai pihak untuk meyakinkan bahwa proyek ini feasible dan mungkin dilaku­kan kalau ada kehendak ber­sama.

Lahan Jakarta tidak ter­kena proyek ini tetapi memperoleh keuntungan darinya?
Ada masalah lingkungan yang harus kita hitung. Pem­bangunan kanal tidak me­matikan sungai-sungai yang ada di Jakarta, karena sungai itu juga diperlukan. Belum lagi yang berkaitan dengan dampak lingkungan keke­ringan dan perubahan eko­sistem karena ada kanal. Ti­dak sesederhana membuat sodetan begitu.

Jadi persoalannya bukan semata-mata banjir. Konsep inipun saya kira bukan se­mata-mata tentang mengatasi banjir. Tapi membuat air se­bagai sumber kehidupan bu­kan sumber bencana. Konsep ini tetap harus menghidupkan sungai-sungai yang ada. Ke-13 sungai di Jakarta tidak boleh ada yang mati. Karena kalau sampai coati air laut yang ma­suk ke bawah tanah Jakarta, terjadi intrusi.

Saya kira yang harus dilaku­kan oleh Syaykh selanjutnya adalah, karena beliau mem­punyai jaringan luas, ada in­sinyurnya, panggil mereka itu, coba bikin sesuatu yang sam­pai ke tingkat feasibility stu­dy, sampai soal pembiayaan dan sebagainya. Terns, ba­gaimana model-model pem­bebasan tanah dan pemba­ngunannya. Ketika nanti Syaykh mengatakan penger­jaannya dilakukan oleh rakyat di sekitar situ, maka ini akan mengatasi berbagai persoalan pengangguran di kawasan itu. Tangerang penganggurannya cukup tinggi. Andaikata pro­yek ini jadi, dan mereka di­libatkan, hasilnya pasti luar biasa sekali.

Franklin Delano Rosevelt, ketika Amerika mengalami malaise (krisis ekonomi, red) krisis yang luar biasa, terjadi kelaparan dan pengangguran di mana-mana menawarkan konsep yang namanya new deal. Did membangun infra­struktur, yang mengerjakan rakyat yang tidak punya pe­kerjaan, atau bekas-bekas tentara yang nganggur. Ja­lannya terbangun rakyatnva dapat pekerjaan, dan kewajiban bank-bank membiayai. Pengerjaan Tirta Sangga Jaya juga harus begitu.

*) Slamet Effendi Yusuf, Anggota DPR daerah pemilihan Jawa Tengah.
(Sumber Majalah Berita Indoensia – Edisi 39/2007).
Bacaan Selanjutnya!

Pandangan Tidak Tepat pada Islam, Sikapi dengan Damai

Wawancara Syaykh Al-Zaytun dengan Tim JurnalisEWC-AS

Syaykh Al-Zaytun Dr. Abdussalam Panji Gumilang, mengatakan sesungguhnya pemandangan orang terhadap Islam atau muslim, dan pemandangan muslim terhadap orang lain terkadang ada cara pandang yang tidak tepat. Untuk itu, kata Syaykh, di AI-Zaytun kami mengajarkan toleransi dan damai. Tatkala kita memandang atau melihat orang gang mengikapi muslim dengan sikap gang tidak tepat, kita berikan sikap toleransi dan damai, namun kita akan jelaskan yang sebenarnya bukan seperti itu.

Oleh sebab itu sikap toleran dan damai akan melandasi persahabatan yang abadi. Untuk itu antara Amerika dan Indonesia, khususnya Al-Zaytun, mari kita tegakkan sikap toleran dan damai di dunia ini," kata Syaykh Al-Zaytun menjawab pertanyaan perihal adanya perbedaan ide dan persepsi antara timur dan barat dan bagaimana seharusnya pemerintah Amerika Serikat bersikap. Pertanyaan itu dilontarkan Tim Jurnalis East West Center (EWC) Hawaii, Amerika Serikat, yang berkunjung ke Al­Zaytun, Indramayu, dipimpin oleh Mr Richard Baker, 19-20 Mei 2007.

Kunjungan ini merupakan kunjungan kedua. Kunjungan kali ini mereka sebut bertema: Building Understanding Between The United States and The Asian Muslim Word. Sejumlah pertanyaan mereka ajukan dalam wawancara dengan Syaykh Al-­Zaytun Abdussalam Panji Gumilang, Minggu 20 Mei 2007, setelah sehari sebelumnya tim jurnalis EWC ikut menghadiri acara peletakan batu asas pembangunan Pusat Pendidikan Putra-Putri Bangsa Indonesia di Cibanoang, Kecamatan Gantar, Indramayu.

Tatkala Tim EWC bertanya, bagaimana pemerintah kami bisa berbuat baik? Syaykh mengatakan sesungguhnva berbuat baik memang tidak mudah, namun juga tidak sulit. Tapi berbuat baik untuk diterima baik orang lain tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itu, kita tidak boleh mengurangi kesabaran. "Pemerintah Amerika dan bangsa Indonesia mestinya mengerti tentang perbuatan baik itu harus dibuat setup saatt. Dan jangan bosan‑ bosan, walapun ditentang banyak orang. Tapi lima, 10, 20 tahun ke depan akan dipahami oleh banyak orang," kata Syaykh Al-Zaytun, tokoh pemangku pendidikan, dan pembelajar demokrasi, toleransi dan perdamaian itu.
Tim jurnalis EWC-AS itu adalah Mr Richard Baker (Special Asistant to the President), Ms Abugail Sines (Semi­nar Program Specialist), Mr Jamse Gibney (Deputy Managing Editor, Athlantic Monthly, Washington DC), Mr Eric Gorski (Religion writer, Associated Press, Denver Coolorado), Ms Cathy Grossman (Religion writer USA Today, Washington DC), Mr James O,toole, (Politics Editor, Pittsbburgh Post Gazette, Pittsburgh Pennsylvania), Ms Stephany Shapiro, (Fautures writer, Baltimore, Mary­land), Ms Janet Tu (Religion Reporter , Seatle Times Washington), K Oanh Ha (Host, Pacific Time, KQEN 26ol Mariposa Street, San Fransisco). Ms Norila Mohd Daud (Presiders National Union of Journalists Malaysia), dan Eva Danayanti (Yayasan Pantau, Indonesia).

Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan. Antara lain visi-misi Al­Zaytun, dari mana dana pembangunan Al-Zaytun, bagaimana aktifitas Syaykh ketika umur 25 tahun, apakah Al-Zaytun bisa dicontoh oleh negara lain? Juga tentang adanya ummat Islam Indone­sia menginginkan syariat Islam dijalankan di Indonesia dan apakah Syaykh ingin menjadi seorang politisi?

Syaykh menyambut kehadiran Tim EWC itu dengan sangat terbuka penuh rasa persaahabatan, serta menjawab semua pertanyaan dengan lepas apa adanya. Pada bagian awal Syaykh menjelaskan bahwa die barn tiba kembali ke Kampus Al-Zaytun jam 18.3o, namun merasa tidak pernah capai. "Bahkan, senang bisa bertemu dengan sahabat-sahabat dari Amerika, Malaysia dan lain-lain. Apa yang bisa kami informasikan untuk Anda semua?" sapa Syaykh. Tapi, kata Syaykh, berikan saya kesempatan berbicara dengan bahasa saya, dan Pak Richard menerjemahkan dengan baik, supaya tidak ada salah paham dalam mengungkapkan apa yang diinformasikan. Mr Richard Baker, pimpinan rombongan, memang sangat fasih berbahasa Indonesia. Dialog pun berlangsung akrab. Berikut ini petikannya:

Kami melihat Al-Zaytun ini adalah sebuah proyek besar. Bisa Anda jelaskan apa sebenarnya visi misi yang dijalankan oleh Al-Zaytun?
Proyek yang kita buat ini bukan proyek yang besar, ini proyek yang wajar-wajar saja. Adapun visinya adalah untuk kemanusiaan, supaya bisa tercipta ketentraman di bumf sehingga tercipta kehidupan yang baik.

Dari mana ide-idenya?
Ide-ide ini adalah ajaran besar dari Ilahi yang pernah disampaikan oleh manusia-manusia besar, yang memiliki pemikiran besar, cita-cita besar. Yang kesemuanya itu sejak dari zaman dahulu sampai kini terns berjalan, tidak pernah putus. Dan kami melanjutkan cita-cita indah dari pare pendahulu kita itu. Kite teruskan supaya kalau boleh lebih indah lagi. Sehingga tercipta kemanusiaan yang satu di dunia ini, same-same menjunjung tinggi kebahagiaan bersama. Dan ini harus dimulai dari pendidikan clan ekonomi, atau ekonomi dan pendidikan.

Dapatkah Anda sampaikan kepada kami, kapan Anda mulai memiliki cita-cita meneruskan cita-cita besar tersebut?
Cita-cita seperti ini sudah tumbuh dari sejak saya masih kecil. Tatkala masih belajar di sekolah dasar. Saya melihat guru saya selalu memberikan pelajaran, clan saya ingin seperti guru saya. Karena saya anggap guru itu adalah pelanjut dari kebudayaan kemanusiaan. Dan kami tengok kehidupan bangsa dari sejarah dan dari perjalanan kehidupan bangsa ini. Juga kehidupan bangsa–bangsa lain, bangsa­bangsa di dunia. Dari situlah kami

lanjutkan sampai hari ini, bekerja bersama-sama dengan para sahabat, baik sahabat An dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sebab kami selalu menekankan persahabatan tanpa membedakan siapa dia dan apa yang dia peluk dalam keagamaan maupun lain­lainnya. Dari situlah maka kami melanjutkan perjalanan pendidikan dan menggerakkan perekonomian bagi lingkungan kami di sini. Itu apa yang kami cita-citakan bersama sahabat­sahabat.

Sangat menarik sekali penjelasan Anda. Yang ingin saya tanyakan dari mans dana itu?
Pergerakan ekonomi dan pergerakan pendidikan selalu mendatangkan dana, sekalipun pada mulanya kita harus mendanai. Oleh sebab itu, kami selalu mendatangkan dana dan juga memprsiapkan dana. Adapun persiapan dana kami adalah dari seluruh yang ikut bersama-sama menjalankan pendidikan di sini. Dan harap dimaklumi bahwa Al­Zaytun ini dibangun dari titik yang sangat kecil sekali. Modal kami tidak satu dolar tapi seperseratus dolar, An awalnuya. Namun kami kumpulkan seluruh sahabat, maka menjadi beberapa dolar, mungkin hari ini ada juta dolar. Yang Anda semua saksikan seakan-akan besar, padahal awalnya adalah kecil. Dan kami selalu berpuasa. Kami tidak man makan nasi banyak sebelum punya nasi sendiri.

Siapa yang mengumpulkannya?
Yang mengumpulkannya adalah yang pertama dari diri sendiri, kemudian mengajak kawan-kawan. Dan hari ini pun kami akan mengajak sahabat­sahabat dari Amerika, mari kita kolektif.

Apakah dari kelompok kecil ini bisa membangun yang sebesar ini?
Amerika membangun Amerika adalah dari kemlompok keeil. Namun karena sudah lebih dari 200 tahun maka menjadi besar. Dan Al-Zaytun sudah berjalan delapan tahun. Delapan tahun memang cukup pendek, tapi dari pendek inilah kami kumpulkan. Dan kami Saban hari berpusasa, tidak makan nasi banyak-banyak, tidak makan gula banyak-banyak, tidak makan garam banyak-banyak, kami kumpulkan semua, dan nanti akan makan nasi banyak, gula banyak, dan garam banyak. Kata orang China Ipu-Ipu Lai, Ta Tau Mutiti, step by step menjadi besar.

Ada dana dari luar negeri?
Dana dari luar negeri satu di antaranya hari ini Anda akan memberi dana karena Anda menginap di hotel.

Dan tahun lalu pun Anda tinggal di sini dan membayar hotel di sini. Dan bangsa Indonesia menurut saya kaya. Karena apa? Karena jumlahnya banyak, dan kalau saya minta satu dolar dari setiap bangsa Indonesia kami mendapatkan 250 juta dolar. Itulah kami istilahkan Indonesia kaya, kalau kami man minta.

Bisa dijelaskan berapa bujet biaya yang dikeluarkan, kemudian dana yang diperoleh?
Baik! Kami punya murid di sini sebanyak lebih dari 7000 orang. Murid sekolah menengah 7000 lebih, perguruan tinggi 600, guru 600, kemudian karyawan igoo orang. Penghuni di sini lebih dari 11 sampai 12 ribu orang. Satu hari kami menyiapkan nasi 5 ton, satu kilo 6 ribu rupiah. Itu untuk nasi. Kami setiap hari memotong sapi tiga kepala, satu kilogram hidup harganya 15 ribu rupiah. Setiap hari kita potong 3 kepala, dikalikan 600 Kg, dikalikan 15 ribu. Setiap hari kami harus mempersiapkan telur paling sedikit 700 Kg. Dan setiap hari kami harus menyiapkan ikan laut dan ikan darat lebih dari 600 Kg. Kami menyiapkan gula tidak kurang dari 300 Kg. Kami tidak menghitung semua itu, namun kami harus mengadakan. Yang bisa kami tanam kami tanam, yang tidak bisa, kami beli. Karena kami mempunyai padi banyak, kami jual padi dan kami belikan gula. Begitulah hari­hari kami berjalan. Jadi terkadang kita tukar dan kadang-kadang kita menyiapkan sendiri. Itulah program, dan itulah pembiayaan setiap hari, dan berjalan sepanjang tahun. Kalau itu kami hitung dengan uang maka kami tidak man menyiapkan. Lebih baik di taruh di bank tinggal mengambil faedahnya, dan kami duduk di kursi sambil menyanyi: Bengawan Solo.

Ketika Anda masih muds apa yang ands kerjakan. Bagaimana sejarahanya sehingga bisa memiliki program seperti ini?
Saya diberi pelajaran dari orang tua dan dari guru-guru. Satu orang musuh terlalu banyak, tapi seribu orang kawan terlalu sedikit. Kemudian tentang uang seribu itu akan menjadi abu, tapi seteng itu akan menjadi genteng, maka jangan kecil hati tatkala memegang uang seteng. Begitu kata orang tua. Maka kami punya seteng, dan kami punya kawan seribu, maka menjadi seribu seteng, maka menjadi dolar dan menjadi genteng.

Bagaimana aktifitas Anda ketika umur 25 tahun?
Saya ketika umur 25 tahun menjadi guru. Tatkala itu saya baru saja menikah, dan menjadi guru, istri saya pun menjadi guru. Maka saya dari kecil sampai hari ini guru. Dan kami sangat menyukai menjadi guru.

Di Amerika guru tidak bisa mendapat penghasilan banyak?
Lain di Indonesia lain di Amerika. Di Indonesia guru seperti Panji Gumilang mampu mencetak uang, karena setiap jengkal tanah harus diukur dengan dolar.

Apakah Indonesia memiliki program seperti ini, atau apakah Al-Zaytun ini bisa dicontoh oleh negara lain?
Mestinya tidak harus mencontoh, mestinya harus berbuat. Karena kami juga berbuat dan melihat dari negara lain, dari sahabat-sahabat di dunia ini, bangsa-bangsa lainnya. Untuk itu semestinya semua berbuat seperti kita ini, sebab kalau mencontoh Al-Zaytun, Al-Zaytun belum baik. Kami sedang terns membuat yang baik. Maka kami
tengok dari mana yang terbaik itu yang kami contoh. Kami belum menilai Al­Zaytun ini sudah baik, tapi harus terns ditingkatkan dan diperbaiki. Malam ini andainya Anda semua memberikan masukan pada kami yang baik akan kami pakai.

Al-Zaytun banyak menuai kontroversi. Saya tahu Anda tidak pernah khawatir dengan apa yang Anda kerjakan. Pertanyaan saya bagaimana pendapat Anda tentang komentar-komentar orang terhadap Al-Zaytun?
Al-Zaytun adalah tempat pendidikan. Setiap tempat pendidikan itu ada saja orang yang pro dan kontra. Adapun kalau ada orang mengatakan bahwa Al­-Zaytun kontroversial sesungguhnya orang itulah yang kontroversial. Pak Richard sudah dua kali datang ke sini, dan sudah bisa menyaksikan apa yang ada di sini, saya rasa Pak Richard tidak akan mengatakan bahwa Al-Zaytun kontroversial. Karena itu saya ingin semua orang datang ke sini dan bersikap seperti Pak Richard. Karena perang mulut itu akan menjadi perang fisik, dan bila perang fisik tidak ada damai. Sedangkan kami punya motto menciptakan toleransi dan damai. Dan untuk itu kami minta semua yang pro ataupun yang kontra, supaya memahami mengapa kami diam, tidak menanggapi orang-orang itu. Karena kami akan terns berjalan menuju yang terbaik. Dan insya Allah, masa depan orang semua akan mengerti. Kami baru delapan tahun, kami yakin setelah delapan tahun akan banyak yang mengerti. Dan andainya masih ada yang tidak mengerti mengapa kita harus sedih? Mari kita jalan terns ke depan untuk kebaikan.

Ummat Islam Indonesia menginginkan syariat Islam dijalankan di Indonesia. Bagaimana pandangan Syaykh?
Bangsa Indonesia ini memiliki warga negara yang berbeda-beda. Ada yang beragama Islam, ada yang tidak beragama Islam. Ada suku bangsa yang bermacam-macam. Maka Indonesia sudah memiliki satu semboyan Bieneka Tunggal Ika (Unity in Diversity). Itu yang terjadi di Indonesia. Dan kami berjalan di atas itu. Dan supaya dipahami bahwa apa yang terjadi dalam motto bangsa Indonesia itulah Islam. Itu pengertian kami, itulah Islam. Begitulah ajaran nabi, nabi Islam. Dan itulah ajaran para nabi, tidak membeda­bedakan. Dan itulah syariat Islam.

Syaykh tadi menyampaikan tentang pendidikan di Al-Zaytun. Tetapi saya lihat Al-Zaytun telah berkembang ke arah pengembangan hal lain seperti ekonomi. Apakah sebenarnya misi Al-Zaytun ke arah global, khusus ke pendidikan ataukah ada misi lain?
Al-Zaytun adalah sebuah pendidikan, dibangun oleh Yayasan Pesantren Indonesia (YPI). Program utama YPI adalah pendidikan dan ekonomi atau di balik ekonomi dan pendidikan. Oleh sebab itu apa yang kita lakukan tidak pernah keluar dari program. Kalau tahun lalu tuan-tuan dan puan-puan berkunjung ke mari belum menemukan gerakan seperti yang hari ini ditengok, memang ketika itu kami sedang menata pendidikan. Dan setelah tujuh tahun kami berjalan kami mulai masuk ke pembangunan ekonomi.

Dalam membangun perekonomian apakah Anda juga akan masuk ke pasar global?
Apa yang kami buat di bidang ekonomi adalah untuk mensupport perjalanan pendidikan. Karena setiap orang bertanya dari mana biaya Al­-Zaytun ini. Kalau kami tidak bergerak di bidang ekonomi maka pertanyaan itu tidak terjawab. Sekarang arah ekonomi kami baru di tingkat nasional. Sedikit­sedikit kita ekspor. Namun intinya adalah untuk tingkat nasional dulu, karena kepentingannya masih memenuhi tingkat nasional. Kalau sudah tidak terpenuhi nanti baru kami bergerak ke tingkat internasional. Kalau sudah kuat di negara sendiri baru kita buka perekonomian ataupun perdagangan di negara lain.

Lalu apa target yang diinginkan dengan masuk ke pasar global?
Targetnya, semua pergerakan ekonomi ini untuk mendanai pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah kenal istirahat.

Tadi siang Syaykh menyampaikan bahwa pemerintah tidak membangun pendidikan di daerah Cibenoang. Apakah Syaykh juga ingin masuk ke dunia politik?
Kalau seorang pendidik berbicara tentang politik itu sudah wajar, tapi seorang politikus masuk ke pendidikan itu mengakhawatirkan. Oleh sebab itu di mana-mana guru bisa menjadi politisi tapi politikus belum tentu bisa menjadi guru.

Apakah Anda ingin menjadi seorang politisi?
Saya bangga dengan kedudukan saga sebagai guru.

Al-Zaytun sudah sukses hanya dalam delapan tahun. Al-Zaytun sekarang mendidik generasi muds bangsa Indonesia. Apakah Anda ingin model Al-Zaytun ini dapat dikembangkan di seluruh Indonesia?
Kesuksesan hari ini, kalau orang menganggap sukses, dalam delapan tahun kami belum menganggap sukses. Masih banyak kekurangan. Dan kalau dikatakan model Al-Zaytun ini dikembangakan untuk seluruh Indone­sia, itu barn satu Al-Zaytun saja orang sudah banyak berpendapat beda. Untuk itu jangan memaksakan model Al-­Zaytun untuk seluruh bangsa ini, karena kami menganut paham demokrasi. Kami tidak memaksakan model ini yang terbaik. Demokrasi mengajarkan pemahaman seperti itu. Untuk itu saya suka demokrasi. Dan sikap seperti itu konon adalah sikap seorang demokrat, tapi bukan partai demokrat, milik Hilary Clinton.

Kita sudah banyak berbicara tentang Al-Zaytun. Al-Zaytun berusaha untuk memenuhi sendiri pendanaannya, adakah hal-hal yang kontradiksi?
Sesungguhya tidak kontradiksi. Kalau kami self sufficient itu untuk kebutuhan harian. Tapi kalau kontak kami, relasi kami dengan para sahabat di dunia internasional itu adalah interdependensi. Jadi kehidupan ini mesti interdependen, tidak ada independen secara utuh, tapi interdependen. Itulah sikap kami.

Siapakah tokoh yang mengisnpirasi Syaykh sehingga membuat lembaga seperti Al­-Zayutn ini?
Tokoh-tokoh di dunia, karena kami selalu belajar sejarah. Sesuai dengan fak pelajaran yang kami dididik. Kami selalu membaca ide-ide besar manusia besar di dunia ini, sehingga kami berusaha mengikuti langkahnya yang paujang itu, walaupun hanya satu langkah. Jadi dari banyak orang. Kalau dari nabi banyak nabi yang kami ikuti, karena Tuhan mengajarkan kepada kami imani banyak nabi. Maka kami baca nabi-nabi yang ada di dunia ini, dan kami ingin mengikuti jejaknya walaupun hanya satu. langkah. Dan yang paling besar ide besar itu adalah menciptakan toleransi dan perdamaian.

Kita tahu bahwa ada perbedaan ide dan persepsi antara timur dan barat. Menurut pendapat Anda apa yang bisa dilakukan oleh Amerika untuk mengkorelasikan ide toleransi dan perdamaian seperti yang diusung oleh Al­-Zaytun?
Sesungguhnya pemandangan orang terhadap Islam atau muslim, dan pemandangan muslim terhadap orang lain terkadang ada cara pandang yang tidak tepat. Untuk itu kami
mengajarkan di sini toleransi dan damai. Tatkala kita memandang atau melihat orang yang menyikapi muslim dengan sikap yang tidak tepat, kita berikan sikap toleransi, namun kita akan jelaskan yang sebenarnya bukan seperti itu. Oleh sebab itu sikap toleran dan damai itu akan melandasi persahabatan yang abadi. Untuk itu antara Amerika dan Indonesia, khususnya Al-Zaytun, mari kita tegakkan sikap toleran dan damai di dunia ini. Itu harapan kami.

Terima kasih atas pengertian Anda. Tetapi karena kami bukan pegawai pemerintah, bagaimana pemerintah kami ini bisa berbuat baik?
Sesungguhnya berbuat baik memang tidak mudah, namun juga tidak sulit. Tapi berbuat baik untuk diterima baik oleh orang lain tidak semudah membalikkan telapak tangan. Oleh sebab itu, kita tidak boleh mengurangi kesabaran kita. Pemerintah Amerika dan bangsa Indonesia mestinya mengerti tentang perbuatan baik itu harus dibuat setiap saat. Dan jangan bosan-bosan, walapun ditentang banyak orang. Tapi lima, 10, 20 tahun ke depan akan dipahami oleh banyak orang.(Sumber Majalah Berita Indonesia – Edisi 39/2007)
Bacaan Selanjutnya!

Friday, May 11, 2007

HE. Mr. Ribhi Y. Awad, Dubes Palestina

Sangat berbahagia berada di Al-Zaytun, bisa mengingatkan saya kepada Palestine dan kepada fir-man Allah : wa al-tiin wa al-Zaytun wa hadZa al-baled al-amin. Beberapa waktu yang lalu dunia telah menyaksikan pemilu yang demokratis, terbuka dan bebas di Palestine. Saya lahir dan ber¬juang lewat pergerakan Fath. Fath adalah organisasi Palestine yang pertama memulai perjuangan bersenjata sejak 50 tahun yang lalu. Hamas menclapat kemenangan secara mutlak pada pemilu yang lalu. Gerakan ini sangat unik karena kebijakannya yang kontra dengan kesepakatan Oslo, kontra terhadap pemerintah Palestine di bawah kepemimpinan Yaser Arafat clan kontra munculnya politik clan diplomasi, Berta kontra peta perjalanan damai yang diinginkan olch dunia dalam menyelesaikan permasalahan di Palestina. Saya menegaskan kcpada saudara-saudara sekalian dan kepada seluruh dunia bahwa lnsya Allah tidak akan terjadi perang saudara di Palestine. Ada tiga gerakan di Palestine yaitu Hamas, Fath dan Jihad Islam. Gerakan Fath sudah mencapai lima puluh tahun dalam perjuangan, Fath adalah yang pertama menembakkan senjata melawan Israel di Palestine. Karenanya dengan kemenangan Hamas pada pemilu lalu, make Fath akan memberikan kekuasaan kepada Hamas. Pelopor-pelopor Fath adalah para syuhada di dunia, yang terluka mencapai ribuan orang, yang mendekam dalam penjara-penjara Israel juga ribuan, Fath membekas dalam dan tertanam di dalam jiwa orang-orang Palestine. Dan sebagian besar orang yang memilih Hamas adalah mereka yang marah dan mereka yang mengambil kesempatan dari kondisi Fath yang tercabik, dan kondisi yang terkait dengan keburukan yang menimpanya.

Saudara-saudara, saya sangat bersedih karena ini merupakan perjumpaan kita yang terakhir, karena saya akan dipindahkan ke Palestine. Setelah 15 tahun saya bertugas di Indonesia, saya mempunyai pesan yang harus saya ungkapkan kepada saudara-saudara sekalian karena saya cinta Indonesia dan mencintai negeri ini, saya mempunyai pesan untuk saudara-saudara sekalian. Saya telah menjalin hubungan dengan beberapa presiden selama lima betas tahun yang lalu, dan saya sangat menghormati mereka, tapi secara khusus saya menyarankan kepada saudara-saudara sekalian untuk mendukung Susilo Bambang Yudhoyono dan membantunya, karena die telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk kemaslahatan rakyat Indonesia, dan saya di Palestine di samping Al Quds akan selalu mendo'akan kalian semua agar selalu mendapatkan kebaikan dan karunia. Saya akan sangat merindukan Syaykh Al-Zaytun dan Saudara semua. Melalui mikropon ini izinkan saya untuk mengucapkan selamat tinggal, sebelum perpisahan kita, kare¬na saya akan bertolak ke Jakarta dan selanjutnya ke Palestine setelah bulan ini, hidup persaudaraan Indonesia Palestine, semoga Allah memberikan kekuatan dan kesehatan. Berikut ini wawancara tirn Al-Zaytun dengan Mr. Ribbi Y Awad, Dubes Palestine.
Apa kesan anda terhadap Al-Zaytun?
Al-Zaytun adalah lembaga pendidikan besar, saya sudah lima kali ke sini, saya teman syaykh, sudah saya anggap ini adalah ma'had saya. Sukses selalu Al-Zaytun. Penghuni Al-Zaytun berdisiplin, dan disiplin adalah kunci sukses. Al-Zaytun pasti sukses selama Syaykh, para pimpinan, guru-guru, dan para pelaksana dalam satu pemahaman dan satu program. Saya merasakan negeriku Pelestina di sini, Saya memakan buah Tin sejak kecil dan buah Tin itu yang tertanam di sini.

Bagaimana pendapat Anda dengan peringatan 1 Muharram?
Peringatan ini sangat penting bagi muslimin, berkat acara ini kita bisa bersilaturrahim dengan seluruh penduduk dari berbagai daerah. Ada yang dari Sumatra, Kalimantan, Jawa dan daerah-daerah lainnya. Dengan peringatan 1 Muharram ini, akan terjalin Ukhuwah Islamiyah yang kuat.

Al-Zaytun memiliki ciri khusus dalam peringatan ini, yaitu fenonema penggalangan dana, bagaimana menurut Anda?
Kite semua tabu, negeriku sampai seat ini di bawah kekuasaan Yahudi, dalam keadaan seperti ini kami butch uluran tangan dari negara-negara lain. Dengan uluran tangan dari segala pi¬hak maka kekuatan akan dapat dirasakan. Begitu pula dengan acara ini, dengan penggalangan ini, terdapat satu kekuatan besar dari Umat Islam seluruh Indonesia.
Syaykh al-Zaytun mengaplikasikan sistem pendidikan 'One pipe education system', yaitu sistim pendidikan dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, komentar Anda?
Menurut saya, sistim itu bagus. Saya mendukung ide tersebut. Sistem itu haruslah didukung faktor-faktor yang bagus pula, baik pada pendidik maupun peserta didik.

Bagaimana pendapat Anda dengan Universitas Al-Zaytun?
Semua yang ada di sini baik, apalagi sebuah universitas di masyarakat pendidikan. Namun yang terpenting adalah bagaimana agar alumni dari Universitas Al-Zaytun harus berpengalaman, karena orang hidup harus berpengalaman, maka di universitas ini, perlu diadakan latihan yang terns me¬nerus untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu ciri Universitas bertaraf international adalah adanya pelajar-pelajar luar negeri. Jadi, berapa jumlah pelajar yang akan Anda kirim ke Universitas Al-Zaytun?
Sudah saya bicarakan dengan Syaykh, Insya Allah akan saya kirim 100 bahkan 200 pelajar ke sini. (Sumber Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

HE Mr. Syed Mustafa Anwer Husain, Duta Besar Pakistan

Pakistan adalah negara Islam ter besar setelah Indonesia. Dua negara yang dicintai Tuhan karena Para Founding kita Soekarno dan Muhammad Ali Jinah telah membebaskannya dari segala bentuk penjajahan. Saya sangat bahagia dan senang melihat persaudaraan kedua negara ini sangat baik. Saya tinggal di Indonesia 20 tahun yang lalu semenjak sekolah di Bandung di SESKOAD. Sekarang saya datang ke Indonesia setelah 30 tahun. Dan saya melihat perubahan yang sangat banyak di negara ini, saya mendapatkan semua teman saya dan do'a saya, semga Al-Zaytun ini menja¬di tempat tinggal yang besar dan semakin besar.
Berikut ini wawancara Tim Al-Zaytun dengan Syed Mustafa, Duta Besar Pakistan

Mohon maaf sebelumnya, saya mengganggu sebentar. Senang bertemu dengan Anda. Kami dari majalah Al-Zaytun ingin berbincang-bincang sebentar dengan Bapak Syed Mustafa.
Silahkan

Apakah Anda pernah mendengar Al-Zaytun sebelum datang ke sini?
Saya mendengar tentang Al-Zaytun pada waktu undangan makan malam kemerdekaan Libya dan Syaykh AS. Panji Gumilang sendiri yang mengenalkannya.

Bagaimana kesan Anda tentang Al-Zaytun, setelah menyaksikan sendiri?
Saya sangat terkesan sekali, Al-Zaytun sangat lugs dengan sarana dan prasarana yang lengkap seperti adanya pertanian, perikanan dan peternakan.

Bagaimana pendapat Anda tentang penggalangan dana yang dilaksanakan oleh Syaykh AS Panji Gumilang di Masjid Rahmatan Lil Alamin tali?
It' ok for me. Banyak sekolah-sekolah di Pakistan melaksanakan hal yang sama untuk mendapatkan dana karena dengan demikian akan meri¬ngankan biaya pendidikan siswa.
Peringatan Muharram dan penggalangan dana semacam ini selalu diadakan setiap tahun di Al-Zaytun. Apakah Bapak ada rencana untuk menghadiri peringatan ini tahun depan?
Saya tidak tahu, karena masa tugas saya sudah habis tanggal 28 Februari nanti, dan saya butuh waktu 10 hari untuk beres-beres dan berangkat ke Pakistan, dan saya sudah tua. Tahukah Anda berapa usia saya sekarang? Coba tebak berapa usia saya?

Setelah mengetahui Al-Zaytun, kerjasama apakah yang kira kira akan Anda tawarkan?
Kita bisa bekerjasama dalam bidang percetakan (seperti majalah, Surat kabar), perdagangan, teknologi dan dalam bidang apa saja kami punya.

AI-Zaytun adalah salah satu Universitas yang bertaraf Internasional. Sebagai Duta Besar Pakistan, kira-kira berapa mahasiswa yang akan Anda kirim dari Pakistan ke Al-Zaytun?
Pertama-tama saya harus menyebarkan brosur, majalah ataupun VCD Al-Zaytun kepada mereka sehingga mereka tabu persis kualitas, sarana dan prasarananya bahwa Al-Zaytun Universitas yang diakui Internasional.

Apakah Anda yakin mereka akan percaya, bahwa di negara berkembang ini ada sebuah Universitas yang bertaraf internasional yang bisa membawa mereka menuju kesuksesan?
Kenapa tidak, untuk menjadi sukses kita tidak harus pergi ke negara¬negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman atau yang lainnya, akan tetapi di negara Indonesiapun kita bisa men¬jadi sukses. Contohnya saya sendiri 27 tahun yang lalu saya datang ke Indonesia untuk belajar di sini.

Di Al-Zaytun kita memiliki motto "One pipe Eduction System" yaitu pendidikan yang dimulai dari sekolah dasar sampai dengan pendidikan yang paling tinggi kita laksanakan di Al-Zaytun ini. Apakah ada pendidikan semacam ini di negara Anda?
Tidak ada.

Bukan tidak ada, mungkin belum ada?
Saya tidak yakin ada, karena saya rasa pendidikan semacam ini akan sa¬ngat susah untuk memenejnya. Di negara Pakistan sekolah tingkat tinggi atau Universitas hanya memiliki siswa kurang lebih 600 siswa. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi-44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

HE. Eng. Abdul Rahim Sayed Jan, Duta Besar Afghanistan

Sebenarnya Muslim mempunyai satu bahasa, yakni bahasa Arab, namun di beberapa kesempatan kita tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Oleh karena itu saya yakin melalui media silaturrahim seperti ini, akan ter¬jembatani antara Al-Zaytun dan Afganistan.
Media yang tidak terlalu bersahabat dengan Islam sering menampilkan pemberitaan yang membuat kesalah-pahaman. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya akan sedikit menjelaskan tentang Afganistan. Afganistan adalah negara Islam, seratus persen penduduknya muslim, kami telah kehilangan lebih dari satu setengah juta suhada dalam mempertahankan Islam melawan komunisme. Dan sekarang kami mempunyai lebih dari sejuta janda dan yatim di Afganistan.
Usaha yang dilakukan pemerintah agar rakyat mengikuti aturan adalah dengan membentuk pusat-pusat studi Islam, mereka akan belajar dengan hati¬had dan akan merefleksikan al-Quran dan sunah. Tidak merefleksikan aturan yang berdasarkan emosi, peraturan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan H.E.Eng.Abdul Rahim Sayed Jan, Dubes Afganistan.

Setelah Anda tahu bahwa Al-Zaytun memiliki universitas de¬ngan berbagai fakultas, apakah ada keinginan untuk mengadakan hubungan kerjasama kependidikan dengan Al-Zaytun?
Saya tertarik sekali dan benar-benar kagum dengan institusi ini. Saya berharap kami dapat bekerjasama dengan mengirim siswa atau mahasiswa ke Al-Zaytun, namun ada kendala yaitu tentang bahasa, mereka harus mengikuti kursus terlebih dahulu minimal satu semester kemudian bisa mengikuti pembelajaran di sini. Semua itu tidak masalah, dan saya akan usahakan, namun masih kami pertimbangkan.

Al-Zaytun telah menerima siswa dan mahasiswa dari berbagai negara seperti: Afrika Selatan, Singapura, Malaysia, Yaman bah¬kan Nigeria. Bagaimana dengan negara Anda?
Baik, namun bagaimanapun juga tetap kami pertimbangkan terlebih dahulu dengan pemerintah Afghanistan.

Bagaimana pendapat Anda ten-tang penggalangan dana yang di lakukan Al-Zaytun dengan me¬manfaatkan momentum tahun baru hijriyah ini?
Tentang pengumpulan dana yang dilakukan oleh Al-Zaytun saya sangat setuju, ini jarang dan mungkin baru saya temukan di Al-Zaytun. Ini sangat bagus sekali yaitu mengajak semua umat Islam untuk bersama-sama mem¬bangun Islam dan seperti saya lihat bahwa mereka sangat termotivasi. Saya sangat setuju. Dan lnsya Allabhkami atas nama pernerintah Afghanistan akan ikut berpartisipasi setelah kami menerima nomor rekening bank dari Al-Zaytun
Al-Zaytun menerapkan "One Pipe Education system" dalam meningkatkan kualitas pendidikan, Apa pendapat Anda?
Saya berpendapat ini sangat baik sekali, karena siswa dididik sejak dini untuk menemukan bakatnya yang sesuai, sehingga bakat ini tidak hilang atau tidak tersalurkan dan bahkan dilanjutkan sampai selesai atau sempurna.
Model sistim ini mungkin ada di tempat lain, namun saya tidak yakin dan yang jelas baru saya temukan penerapannya di Al-Zaytun ini. Dan sejauh saya tabu seperti di negara saya mau¬pun di tempat lain, setelah selesai dari sekolah menengah pare siswa memilih perguruan tinggi sesuai yang mereka minati jadi bebas. Jadi macam sistim ini tidak eksis di Afghanistan.

Bagaimana pendapat Anda tentang motto Al-Zaytun, yaitu pendidikan dan pengembangan bu¬daya toleransi dan perdamaia, se hingga Amerika sekalipun yang dianggap musuh oleh sebagian besar negara-negara Islam merupakan partner dalam pendidikan?
Saya sependapat dengan Al-Zaytun karena memang di dalam Islam tidak pernah menggagap siapapun musuh, bahkan yang memusuhipun dapat berbalik menjadi sahabat yang baik. Kita harus bisa mengambil manfaat dari hubungan baik kite dengan negara manapun juga di bidang pendidikan atau yang lainnya.
Adapun tentang toleransi dan damai telah dicontohkan oleh Rasulullah dalam Piagam Madinah. Ketika itu ada berbagai macam agama, suku dan adat istiadat namun hidup rukun dalam suatu tatanan yang bagus. Jadi saya sangat mendukung apa yang dilakukan oleh Al-Zaytun dengan motto toleransi dan perdamaiannya.

Bagaimana kesan Anda setelah mengikuti peringatan Muharram dan melihat seputar komplek pendidikan Al-Zaytun?
Tentang kesan-kesan saya: Saya benar-benar sangat terkesan dengan Al-Zaytun. Institusi ini benar-benar terorganisasi secara rapi, bahkan cara penggalangan dananya pun benar-benar unik, sangat unik sekali. Saya mendukung dan dengan cara seperti ini Islam cepat berkembang.
Dan saya memerlukan brosur-brosur tentang Al-Zaytun atau CD tentang pertanian, peternakan dan tentang aktifitas-aktifitas di Al-Zaytun, sehingga saya dapat segera menginformasikan atau mempublikasikan kepada masyarakat dan pemerintah Afghanistan.
Tentang partisipasi kami terhadap pembangunan Islam di Al-Zaytun, kami akan transfer setelah kami mene¬rima nomor rekening Al-Zaytun.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Muharammad Jastina, Kuasa Usaha Arab Saudi

Kami sangat berbahagia dapat mengunjungi Ma'had Al-Zaytun, sungguh yang kami lihat saat ini adalah sesuatu yang sangat besar, dan sungguh ini adalah kali pertama kami mehhat dan berdiri di hadapan pertemuan yang seperti ini, dan untuk itu kami bersyukur kepada Allah dan kepada pimpinan Al-Zaytun dan kepada seluruh semuanya, dengan rasa syukur yang sangat besar, dan saya berharap kalian mendapatkan kebaikan sepanjang tahun, dan saya berharap tahun ini menjadi tahun kemenangan dan kekuatan bagi Islam dan muslimin.
Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan Muharammad Jastina, Kuasa Usaha Saudi Arabia.
Apa kesan bapak terhadap Al-Z aytun?
Saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Ini bukan Ma'had, tapi ini adalah kota terpadu. Seluruh fasilitas, sarana dan prasana tersedia. Menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua fasilitasnya bagus. Kami akan berkunjung lagi pada masa-masa yang akan datang. Dan semoga Al-Zaytun selalu berkembang dan berkembang.
Syaykh Al-Zaytun berkata bahwa, AI-Zaytun bukan hanya milik Bangsa Indonesia, tapi milik um-mat seluruh dunia. Bagaimana pendapat Anda?
Itu merupakan ungkapan brilian, gagasan global yang menunjukkan bah¬wa Al-Zaytun milik seluruh penduduk bumi. Kami pun dukung gagasan tersebut.

Untuk menindak lanjuti hari ini, dapatkah kita melakukan kerjasama?
Kerja sama itu pasti ada. Silahkan tulis Surat resmi ke kedutaan, pasti akan kita tinclak lanjuti.

Adanya Universitas Al-Zaytun, dapatkah Anda mengutus tenaga ahli pendidikan yang dapat mengabdikan dirinya di sini?
Sebenarnya tugas kita bukan dalam pendidikan. Tapi kita punya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia – Arab (LIPIA) di Jakarta. Jadi, silahkan saja dari pihak Al-Zaytun untuk berkomunikasi langsung dengan lembaga kami tersebut. Pemerintahan kami menclukung kegiatan-kegiatan keilmuan di negara manapun.

Bagaimana dengan pertukaran pelajar?
Saya tidak tabu persis. Tapi saya yakin semua itu bisa saja dilakukan. Kenapa tidak?
Bagaiamana pendapat anda dengan pengumpulan dana pada saat perayaan 1 muharram di Masjid Rahmatan lil’ alamin?
Itu hal yang baik. Berbuat baik di depan orang akan mendorong orang lain untuk berbuat baik juga. Selama perbuatan itu untuk menolong Allah, itu pasti bagus.
(Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Azad, Kuasa Usaha Republik Islam Iran

Ada pepata yang bagus di Indonesia yang pernah say pelajari satu dasawarsa yang lalu, yaitu tak kenal maka tak cinta. Oleh karena itu, perkenalan dengan negara saya Republik Islam Iran rasanya sudah cinta, sudah berhasil, tidak perlu menjelaskan mengenai Iran.
Saya mau tanya siapakah yang tidak kenal negara saya boleh mengacungkan tangannya?, ternyata tidak ada. Jadi cinta telah berhasil. Sebenarnya hubungan dua negara atau bilateral, hubungan kami dengan Indonesia eras sekali, telah berkembang dari tahun ke tahun. Dan pada khususnya hal-hal yang terbaru pasti anda telah membaca Surat kabar di Al-Zaytun yang begitu besar dan indah ini. Ada yang mondar-mandir delegasi dari Iran ke Indonesai dan Indonesia ke Iran, dan Alhamdulillah ada kesepakatan dalam urusan bilateral dan internasional.
Saya kagum melihat Al-Zaytun ini, karena saya sudah berkunjung dari Sabang sampai ke Merauke. Saya sudah lihat dari pesantren ke pesantren di Jakarta, tapi kalau dibandingkan dengan Al-Zaytun yang indah ini, dan insya Allah, kami (kedutaan Iran) akan melaporkan keberadaan Al-Zaytun ini ke Iran, dan insya Allah bisa dijalin kerjasama di berbagai bidang.
Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan Mr. Azad, Kuasa Usaha Re¬publik Islam Iran
Bagaimana perayaan Anda setelah mengikuti perayaan 1 Mu¬haram di Al Zaytun?
Sangat berkesan, ini pertama kalin¬ya saya kesini melihat langsung Al-Zaytun, saya terkesan bagaimana orang¬orang berkumpul disini , Saya pernah melihat beberapa pesantren di Indo nesia dan kalau dibandingkan, saya rasa di sini good management', di sini banyak human resources, dan jika dilihat dari manager's point of view, kalian telah melakukan suatu karya besar, Karya dan usaha keras dalam sebuah management yang bagus itu bisa dilihat dari berbagai bangunan besar disini, berbagai level pendidikan yang ada disini dan juga jika dari segi aktifitas, ternyata tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu tentang Islam raja tetapi juga termasuk hal yang bisa dikatakan berbau `materi', maksud saya kalian juga melakukuan bisnis. Menarik sekali bahwa disini telah mmemadukan 'dunia dan akhirat' dengan baik, sehingga bisa menyediakan dan mencukupi kebutuhan sendiri. Saya sangat berkesan dan saya bisa bahwa hal ini tidak ditemukan di pesantren lain.

Bisa sedikit diceritakan bagaimana negara anda mengada¬kan perayaan 1 Muharam?
Sebetulnya kami merayakan tahun baru pada tanggal 21 maret menurut kebiasaan yang dilakukan orang Iran, kita tidak mempunyaii perayaan seperti yang kalian lakukan di sini. Biasanya dari tanggal 1- 10 muharam kita mengadakan kegiatan lain, yaitu memperingad kematian cucu. nabi. Jadi tidak ada kegiatan khusus dalam waktu itu.
Apa tanggapan anda bahwa dengan moment perayaan 1 muharam ini bisa memberikan semangat dan kekuatan dalam membangun bangsa ini?
Seperti yang disampaikan pimpinan pesantren di sini, saya rasa dengan apa yang telah kalian miliki, gedung¬gedung, semua aktifitas yang dilakukan di sini, kalian telah memiliki semangat itu, dan dengan mengundang kami para. duta besar untuk berkumpul disini, dan juga mengundang banyak orang, ini kegiatan yang bagus sekali, karena berbeda sekali kalau hanya melihat gambar dari buku atau majalah dengan lang¬sung melihatnya sendiri, kita akan mengerti kegiatan yang sedang dilakukan sehingga masing masing negara Islam bisa sating melihat tentang kemampuan masing-masing dan nantinya bisa bekerja sama. Seperti yang disampaikan pimpinan pesantren di sini, pesantren ini tidak lagi berbicara nasional tetapi juga internatsional.

Bagaimana pendapat anda tentang acara pengumpulan dana?
Sejujurnya tidak ada kebiasaan itu bagi kami di Iran, dan sedikit aneh bagi saya, karena biasanya orang dalam menyumbang tidak menyebutkan jumlahnya, bisa dikatakan , tergantung ke ikhlasan masing masing ketika mem¬berikan sedekah, sehingga misalnya bisa dilakukan secara diam-diam saja

Tapi bisa untuk memotivasi yang lain untuk menyumbangkan lebih kan?
Ya, tapi itu kebiasan di sini, anda tadi bertanya tentang kebiasaan kami, ya bisa dikatakan sedikit berbeda, tapi hal tadi menarik juga, bisa mengumpulkan dana yang banyak dalam satu hari, bisa mencapai 1 milyar rupiah ? hebat sekali

Pernah dengar tentang Univer¬sitas Al Zaytun sebelumnya?
Ya, Sebetulnya baru dengar, lalu mendapat undangan, lalu kami datang untuk melihat, yang kami dengar di Jakarta katanya pesantren ini besar karena memiliki 3000 murid, tapi setelah datang dan melihat sendiri, ternyata muridnya lebih dari 7000 kan? Ternyata kabar yang kami dapat di Jakar¬ta berbeda dengan sebenarnya.

Menurut Anda kerja sama apa yang bisa dijalin, khususnya dalam bidang pendidikan?
Sebetulnya kita punya center–center, dan bisa saja dari berbagai level atau bidang, misalnya level universitas, Islamic school, pertanian, pengajaran, atau buku-buku publikasi. Tapi menu-rut saya langkah pertama adalah mengenalkan dulu Al-Zaytun, kita biar kenal dulu Al-Zaytun, bisa juga melalui brosur sehingga bisa banyak kemungkinan diadakan kerja sama.

Apakah ada kemungkinan negara Anda mengirimkan siswa siswanya untuk sekolah di Al-Zaytun atau mungkin dengan memberikan bea siswa?
Ya, seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa yang pertama ialah kenal dulu, misalnya mengetahui bagaimana sistem pengajarannya, dan juga dalam hal ini perlu ditinjau dan diketahui oleh menteri pendidikan kami karena berkenaan dengan kebijakan. Yang penting kita tahu dulu, kenal dulu lebih lanjut.

Apakah Anda punya tanggapan lain atau masukan mengenai dari segi apa kiranya bangsa Indonesia yang mayoritas muslim agar menjadi bangsa yang lebih kuat?
Sebetulnya, sebagai mayoritas muslim terbesar, disini sudah mempunyai potensi itu. Kembali kepada diri masing-masing, dimulai dengan bekerja keras, disiplin tinggi, dan yang terpenting adalah dengan merubah pola pikir menanamkan motto pada diri bangsa Indonesia, bahwa bangsa Indonesia bisa!
Tentunya merubah pola pikir melalui pendidikan kan?
YA, dan satu lagi adalah cara memanaje. Ada istilah dalam new management yaitu. 'walking around ' yaitu dimana manager tidak hanya duduk dan berada di dalam kantor saja tapi dia harus terjun ke bawah dan berbicara dengan bawahan, mencari titik lemah dan titik kuat, dan bawahannya akan bekerja keras semaksimal mungkin karana mereka tahu manager mereka bersama-sama mereka. Menurut saya pimpinan disini, sudah melakukan itu dan ini bagus sekali. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!

Mr. Mohamud Olow Barrow, Charge d'Affaires Somalia

Ini pertama kali kami berkunjung ke Al-Zaytun, menurut pandangan saya Al-Zaytun ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang modern dan telah disetting untuk menjawab tan¬tangan zaman. Berbagai aspek telah terangkum di Al-Zaytun. Pembangunan jasmani dan rohani telah dijalankan secara terpadu di sini. Saya baru pertama kali melihat pesantren yang ditangani secara terpadu dan modern seperti ini. Ini pesantren paling baik dengan manajemen yang sehat. Berikut wawancara Tim Al-Zaytun dengan H.E. Mr.Mohamud Olow Barrow, d'Affaires Somalia.

Bagaimana pendapat Anda tentang al-Zaytun?
Besar, luas dan benar-benar modern, saya sudah sepuluh tahun tinggal di Indonesia. Saya sudah keliling Indonesia, namun baru pertama kali ini saya menjumpai lembaga pendidi¬kan semodern Al-Zaytun, sistem yang diterapkan di Al-Zaytun benar-benar modern. Saya melihat Indonesia akan lebih maju jika sistem seperti ini diterapkan di seluruh Indonesia, Al-Zaytun merupakan Islamic Modern Production-Karya Modern Islam. Saya mengetahui Al-Zaytun dari televisi dan radio. Saya melihat dengan hal seperti ini siswa-siswa Al-Zaytun bisa belajar mandiri, mereka akan lebih siap kare¬na dibekali berbagai hal, seperti pertanian, peternakan dan lain-lain. Kami mempunyai 15 orang mahasiswa yang sedang belajar di Kalimantan Barat, saya akan informasikan berita ini bila perlu mereka dipindah ke sini.

Al-Zaytun sudah mempunyai jenjang pendidikan mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah sam¬pai Universitas, disini diterapkan pendidikan satu pipa-One pipe Education System atau Nizhomu al Tarbiyyah li Unbubha wahidah, bagaimana pendapat Anda?
Oh itu bagus. Sebuah llembaga pendidikan harus mempunyai pondasi yang kuat dan bersih itu berarti pendidikan berkesinambungan dari A sampai Z. Saya yakin siswa-siswi Al-Zaytun akan lebih siap di luar, mereka tidak akan sekedar lulus, ke¬luar dan hanya mengandalkan dasi.

Tentang peringatan 1 Muharram yang diselenggarakan di Al-Zaytun, bagaimana pendapat Anda?
AI-Zaytun mempunyai menejemen yang sehat dan bagus, yang patut diterapkan di seluruh Indonesia, ibarat sebuah mobil jika mesinnya bagus, bannya juga bagus dan segala sesuatunya bagus, maka is akan sanggup membawa penumpangnya kemana saja.
Bagaimana pendapat Anda tentang pidato Syaykh al-Zaytun?
Beliau merupakan orang yang mempunyai harapan dan cita-cita yang mulia, seorang pemimpin yang harus dicontoh, pemimpin Indonesia kede¬pan harus seperti beliau.
Tentang fenomena penggalangan dana, bagaimana komentar Anda?
Pendidikan harus maju, untuk itu harus ada usaha bersama, peran serta orang tua, dan dana yang berkecukupan, seperti negara-negara di Eropa, mereka bisa maju karena mempunyai kecukupan dana.

Setelah kunjungan ini, apakah Anda melihat adanya kemungki¬nan pemerintah Somalia melaku¬kan kerjasama dengan al-Zaytun dalam bidang pendidikan?
Oh ya pasti. Setelah ini saya akan membuat laporan, bahwa Al-Zaytun merupakan sebuah 'karya modern Islam.' Lembaga pendidikan seharusnya modern seperti ini, saya akan menginformasikan ini dan berusaha membawa pelajar-pelajar Somalia untuk bisa belajar di sini.

Ada saran atau pesan yang in-gin Anda sampaikan untuk al-Zaytun?
Saran saya apa yang saat ini diterapkan di al-Zaytun harus terus ditingkatkan, ditambah dan dikembangkan. (Sumber : Majalah Al-Zaytun – Edisi 44/2006)
Bacaan Selanjutnya!