Tuesday, December 19, 2006

Maknai Kunjungan Bush Demi Kesetaraan

Wawancara dengan Syaykh Dr. AS Panji Gumilang *)

Tokoh pendidikan dan perdamaian, pimpinan tertinggi Lembaga Pendidikan Al-Zaytun Syaykh Dr. AS Panji Gumilang memaknai kunjungan Presiden Bush ke Indonesia demi peningkatan hubungan bilateral dalam kesetaraan. Ketua Ikatan Alumni UIN (Universitas Islam Negeri) Jakarta itu, tidak melihat ada yang salah dengan keputusan pemerintah menerima kunjungan Presiden AS George W Bush. Sebab Syaykh berasumsi bahwa kedatangan Presiden Bush ke Indonesia merupakan representasi kunjungan bangsa Amerika Serikat. Dalam diplomasi antar bangsa itu, adalah hal biasa dan wajar antara yang berkunjung dan yang dikunjungi saling mempunyai kepentingan-kepentingan, yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi. Syaykh juga menilai, bahwa bukan hanya AS, Rusia dan China yang menaruh perhatian terhadap Indonesia, negara-negara besar lainnya pun memilki kecenderungan yang sama. Syaykh melihat, negara-negara yang telah mapan masih menganggap Indonesia adalah sebuah negara yang harus diperhitungkan di Asia Tenggara ini.

Dalam wawancara khusus dengan Ch Robin Simanullang danSyahbuddin Hamzah dari Majalah Berita Indonesia, Syaykh menilai kunjungan seorang Kepala Negara, dalam hal ini, ke Indonesia pasti bermanfaat, paling tidak hubungan yang selama ini telah terjalin dengan baik dapat semakin terpupuk, dan subur, tentunya termasuk di dalamnya kunjungan Kepala Negara AS. Mestinya kita tidak perlu sinis, pesimis dan meragukan kunjungan Presiden Bush ke negara kita Indonesia, apatah lagi dasarnya hanya karena perhitungan dan asas manfaat yang sepihak. Adapun demo-demo yang mengekspresikan penolakan kedatangan beliau, Presiden Bush sendiri mengaggap hal tersebut sebagai hal yang wajar, bahkan disikapi bahwa semua itu menunjukkan adanya kehidupan demokrasi di Indonesia.

Kata Syaykh, ternyata Presiden AS itu sangat siap menghadapi unjuk rasa seperti itu, kita semua menyaksikan, bagaimana body language beliau turun dari kendaraan jumping tepat di hadapan Presiden Indonesia dengan gagahnya, banyak makna yang dapat diartikan dari bahasa bdan Presiden Bush. Berikut ini kutipan wawancara tersebut.

Penyambutan kunjungan Bush ke Indonesia dinilai berbagai pihak terlalu berlebihan, terutama mengenai pengamanannya, hingga menelan biaya Rp 6 milyar. Apa komentar Syay tentang hal ini?
Tentang besaran biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk pengamanan kunjungan Presiden Bush mungkin pertimbangan pemerintah adalah lebih baik mengambil resiko biaya “besar” daripada harus terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang karenanya akan beriko lebih besar lagi. Toh Presiden Bush sendiri merasa lebih aman untuk tidak turun di helipad yang menelan biaya besar dan terletak di lokasi Kebun Raya Bogor itu. Mungkin tamu kita itu telah mempelajari berbagai protes dari Rakyat Indonesia peduli lingkungan, sehingga dengan bijak heli beliau turun di tempat lain yang tidak menggangu Kebun Raya Bogor dan lingkungan lainnya.

Beberapa tokoh sering mengutip pernyataan Bung Karno yang menyatakan, go to hell with your aid, ketika ditanya perlu tidaknya Indonesia menjalin hubungan kerja sama dengan AS. Bantuan dari AS dinilai akan dijadikan alat oleh AS untuk mewujudkan beberapa kepentingannya. Bagaimana Syay melihat hal ini?
Mengutip sikap dan pendapat masa lalu tentang hubungan kerjasama Indonesia – AS, yang menyatakan Go to hell with your aid, itu boleh-boleh saja. Memang sering terjadi sesuatu yang dianggap baik dimasa lalu, diharapkan dapat diulang kembali bahkan diteruskan untuk kebijakan masa kini, sambil bertindak tanpa memerhatikan berbagai perubahan yang terjadi. Akan lebih bijak sekiranya yang kita kedepankan adalah strategi masa kini untuk meniti masa depan yang lebih baik tentunya, selayaknya dalam zaman yang telah berubah total dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah kita alami ini, yang kita kedepankan dalam berdiplomasi antara bangsa bukanlah strategi untuk mendapat bantuan apa. Mengapa kita tidak memulai menampilkan strategi bantuan apa yang dapat kita berikan. Semestinya perjalanan panjang bangsa dan bernegara ini sudah harus dapat menjadi bangsa besar yang hidupnya tidak menunggu bantuan bangsa dan negara lain.

Bush menyatakan sangat mengagumi pluralisme dan kebersamaan yang terpelihara dengan baik di Indonesia. Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia mampu membuktikan kepada dunia internasional suatu keharmonisan hidup bersama dalam perbedaan. Apa komentar Syaykh dan bagaimana seharusnya Indonesia menjadikan hal ini sebagai nilai tambah yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lain?
Kalau Presiden AS, seperti Pak Bush mengagumi Pluralisme dan kebersamaan yang terpelihara dengan baik di Indonesia, tentunya kita harus sampaikan kepada beliau; terima kasih semoga kita semua dapat lebih meningkatkan hal-hal yang dianggap baik oleh umat manusia dan kemanusiaan. Untuk menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia, hidup dalam harmoni dan kebersamaan dalam keperbedaan, tidak dapat hanya bertumpu kepada keberadaan besaran jumlah penduduk yang beragama tertentu. Menjadi tidak rasional kalau hidup bersama dalam sebuah negara yang keberadaannya disepakati bersama namun dalam usaha menciptakan keharmonisan dan kebersamaan ditumpukan hanya kepada golongan tertentu, hanyan disebabkan karena keberadaan jumlah mereka dominan dari yang lain. Untuk menuju Indonesia yang harmoni, damai dan menjunjung tinggi kebersamaan, tentunya menjadi tugas kita bersama sebagai warga bangsa yang bermartabat.

Indonesia adalah negara dengan pasar terbesar nomor empat di dunia dengan lokasi yang strategis dalam peta dunia. Sedangkan Amerika adalah negara superpower yang memiliki banyak kelebihan baik di bidang iptek, ekonomi, pengaruh politik, kekuasaan dan lain-lain. Dalam kaitan ini, dalam pandangan Syaykh, sejauh mana urgensinya bagi Indonesia membina hubungan dengan AS ?
Kita bangsa Indonesia memahami posisi kita dalam percaturan antar bangsa, selanjutnya kita juga memahami tentang keberadaan AS. Sesungguhnya dalam kondisi abad ini, Indonesia tidak semestinya menitik beratkan penekanan jalinan hubungan hanya kepada AS. Negara-negara yang mapan ekonominya telah menciptakan strategi antisipasi menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di abad ini. Negara-negara Eropa kecuali Inggris, telah mengikatkan diri dalam bentuk konfederasi Uni Eropa, mereka membentuk antisipasi Ekonomi bersama, Cina dan India yang kemajuannya cukup mengejutkan bangsa-bangsa di dunia, juga sedang membentuk kesepakatan antisipasi ekonomi, begitu juga Jepang yang terus bergerak maju dan berpikir meluaskan pasar produknya.

Negara-negara yang memiliki kekuatan itu, satu sama lain telah menciptakan diplomasi saling keterikatan (interdepensi), mereka saling mengkondisikan diri menciptakan secara bersama zona damai dan demokrasi, yang arahnya kepada diplomasi geoecomonics dan tidak saling menyerang dengan kekuatan militer mereka.

Peta perkembangan dunia seperti ini mengharuskan bangsa Indonesia berakselerasi dalam membangun diri untuk dapat bergabung dalam kebersamaan dengan bangsa-bangsa dan negara-negara yang telah berusaha dan berupaya masuk dalam zona damai dan demokrasi tersebut (melalui diplomasi geoeconomics). Sekali lagi kita tidak boleh terlena memusatkan perhatian hanya kepada satu negara yang dianggap adidaya.

Bush lebih memilih jalur hard power dibandingkan soft power dalam hal perang melawan terorisme pasca tragedi WTC 11/9, antara lain dengan menyerang Afganistan dan Irak, membuat beberapa kalangan kurang menyenangi Bush dan AS. Bahkan dinegerinya sendiri rakyat Amerika menyatakan kekecewaannya, terbukti dengan menangnya Partai Demoktrat yang menguasai kongres dan senat. Menurut Syaykh, bagaimana Indonesia seharusnya bersikap terhadap sikap dan kebijakan Bush ini?
Sesungguhnya kebijakan Presiden Bush menyerang/ menghancurkan Afganistan dan Irak bukan semata-mata kebijakan perang melawan terorisme pasca tragedi WTC 11/9. Penghancuran terhadap Afganistan dan Irak, tersimpan berbagai kepentingan yang jelas maupun yang tidak nampak, perang terhadap terorisme adalah bendera yang diharapkan dapat melegalisir aksi/kebijakan yangditempuh itu. Kebijakan yang menuai pro-kontra itu, menimbulkan kekecewaan bahkan beberapa kalangan tidak menyukai Presiden Bush. Kekecewaan dan ketidak-sukaan kepada Presiden Bush tidak dapat diukur dengan menangnya partai Demokrat yang menguasai kongres dan Senat. Sesungguhnya di AS ada sesuatu tradisi yang kuat, Partai apapun yang berkuasa, kebijakan mereka tidak jauh bergeser, mungkin hanya gaya penampilannya saja yang berbeda, ada yang berpenampilan “urakan” dan lainnya berpenampilan “sopan” intinya nasionalisme dan patriotisme bangsa Amerika Serikat jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan bangsa Indonesia.

Aksi terorisme bukannya makin surut tapi malah semakin menjadi jadi. Menurut Syaykh, hubungan seperti apa yang perlu dijalin antara Indonesia dan AS untuk memerangi aksi terorisme yang masih terus berlangsung di dunia khususnya Indonesia?
Maraknya aksi terorisme, boleh jadi dikarenakan tindakan balasan dari sikap tidak terkendalinya negara super power dalam menetapkan pilihannya secara sepihak dengan alasan anti atau membasmi terorisme secara sepihak membombardir dan memporak-porandakan negara-negara berdaulat, tanpa menghiraukan pendapat umum negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia yang menolaknya.

Karenanya untuk menjawab hubungan seperti apa yang harus dijalin antara Indonesia dan AS untuk memerangi aksi terorisme yang mungkin masih terus berlangsung di dunia khususnya di Indonesia, sekali lagi kita tidak seyogyanya menjalin kerjasama hanya dengan satu negara, sekalipun negara itu tergolong adidaya maupun adikuasa. Kita harus bekerja sama dengan berbagai negara dan bangsa di dunia ini. Khusus dengan AS kita harus dapat meyakinkan kepada negara adidaya tersebut, bahwa dunia hari ini memerlukan kekuatan yang santun dalam menyelesaikan berbagai problem, bukankah jiwa demokrasi itu adalah kesantunan bersama. Tatkala negara-negara super power memiliki kesantunan, maka kebesaran jiwanya itu akan dapat merubah segala keangkara-murkaan yang tumbuh, termasuk didalamnya terorisme.

Ketika Presiden Bush ditanya soal masalah Irak, Bush mengatakan, belum memutuskan untuk menambah atau menarik pasukan dari Irak. Untuk mengambil keputusan itu, Bush mengaku masih menunggu rekomendasi dari pihak militer dan sejumlah pihak lain. Apa saran Syaykh kepada Presiden Bush menyelesaikan masalah Irak ini?
Jawaban Presiden Bush itu sesungguhnya memberikan lampu hijau yang selama ini belum pernah dinyalakan. Itu sesungguhnya bahasa panglima tertinggi yang sedang terjebak perangkap dalam kancah maju kabotan mundur kewirangan. Presiden Bush memerlukan pendamping penasihat agar terlepas dari perangkap yang menjebaknya, tentunya dengan muka tang tidak kewirangan. Indonesia mempunyai hubungan baik dengan AS maupun Presiden Bush, gunakan hubungan baik ini untuk kepentingan kemanusiaan, membebaskan Irak dari lilitan kekuatan adidaya AS, yang kini porak poranda, dan meletakkan Presiden Bush sebagai seorang panglima tertinggi militer yang telah selamat menyelesaikan peperangan pada babak selanjutnya dapat membantu membangun kembali Irak dan Afganistan dalam bentuk yang lebih manusiawi menurut pandangan umat manusia dan bangsa-bangsa di dunia.

Sikap dan kebijakan Bush (AS) mengenai masalah Palestina, dinilai cenderung pro Israel. Menurut Syaykh mengapa AS bersikap demikian? Dan apa saran Syaykh kepada Bush (Presiden AS) agar masalah Palestina dapat lebih segera diselesaikan secara damai?
Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel itulah sesungguhnya pangkal terjadi keberpihakan berbagai negara kepada masing-masing pihak. Bagi yang tidak menghendaki keberpihakan AS terhadap Israel akan bertanya mengapa AS berpihak kepada Israel? Sebaliknya mungkin bagi yang lainnya juga akan bertanya mengapa Cina berpihak kepda Palestina juga mungkin Indonesia? Tumbuhnya keberpihakan, aliansi salah satu pihak yang sedang konflik dengan pihak-pihak lain itu suatu aksioma. Jika satu pihak-pihak yang sedang konflik dengan itu dapat mengurangi intensitas konfliknya, makan keperbihakan pihak-pihak lain kepada salah satu akan mengecfil atau mengurang. Maka semestinya pihak-pihak yang sedang konflik harus dapat mencari dan menemukan berbagai jalan dan solusi-solusi rasional melalui perundingan–perundingan diskusi-diskusi yang dilakukan oleh kedua-dua rakyat dan pemerintah yang sedang konflik itu. Masing-masing menghentikan tindak kekerasan dan bersungguh-sungguh mencari perdamaian. Namun dalam situasi konflik seperti ini, ada pihak-pihak yang tidak ingin konflik itu segera usai, karena dalam kondisi konflik ada kepentingan riil yang dapat dicapai. Karena konflik semakin tinggi, harga minyak semakin melonjak, negara-negara penghasil minyak menenggak keuntungan yang tiada tara. Maka negara semacam ini mungkin berkepentingan untuk tidak serius mendorong redanya konflik di Timur Tengah tersebut. Maka pembelaan mereka sangat double standard. Jadi yang double standar di dunia ini dapat terjadi dimana-mana. Walau biasanya alamat itu bagi AS.

Ada pihak yang menyatakan bahwa kunjungan Bush ke Indonesia terutama setelah melihat acara bercakap-cakap dengan siswa SD di kelas simulasi SD Papandayan Bogor, hanyalah “basa-basi” belaka. Sebuah sandiwara “politik” basi untuk memikat hati rakyat Indonesia. Bagaimana Syaykh melihat kunjungan Bush ke sekolah tersebut? Apakah itu suatu simbol komitmen Pemerintah AS membantu Indonesia dalam dunia pendidikan?
Kunjungan Presiden Bush ke Indonesia hanya 6 jam itupun di malam hari, saya sebagai pelaku didik sangat hormat atas kesempatan yang beliau luangkan melakukan tatap muka bercakap-cakap dengan siswa SD di Bogor. Andainya itu sebuah basa-basi, saya tetap hormat, sebab di dunia ini memang penuh basa-basi, namun hanya personalitas yang terhormat sajalah yang dapat melakukan basa-basi yang penuh arti dan bergengsi. Basa-basinya Pak Bush ternyata dapat mengangkat negaranya sebagai adidaya melalui pendidikan. Dan andainya langkah itu dianggap sandiwara politik, maka sesungguhnya sandiwara semacam itulah yang mesti ditonton dan dinikmati, karena dunia ini merupakan panggung sandiwara. Mungkin lebih dianggap merakyat, andainya pak Bush jalan-jalan di pasar Bogor sambil belanja talas Bogor, seperti yang diakukan orang Indonesia yang mengiringi perjalanan orang-orang penting. Mereka merasa malu kalau datang karena pendidikan, lebih bergengsi jika mereka shoping berbagai macam souvenir, dan mereka pulang dengan bangga menceriterakan negara orang dan mencaci negara sendiri.

Apa saran Syaykh kepada Bush (pemerintah AS) dalam hal kerja-sama pembangunan di Indonesia. Bidang apa yang paling utama memerlukan bantuan AS?
Seorang yang hari-harinya menghabiskan waktu dalam arena pendidikan kok diminta saran untuk Pak Bush, seorang pemimpin pemerintah AS, lagi pula tentang pembangunan Indonesia. Baiklah, karena kehidupan ini kegiatannya adalah interaksi dengan sesama, jika ditanya tentang bantua apa yang semestinya diberikan oleh AS untuk membangun Indonesia?

Saya akan sampaikan yang dikedepankan, semestinya bukan bantuan apa yang harus diterima dari AS. Namun, apa yang dapat kita lakukan secara imbal-balik demi kejayaan kedua negara. Dalam diplomasi kita semestinya tidak boleh bersikap rendah diri sehingga tampil selalu sebagai tangan di bawah, penerima, peminta-minta. Juga jangan sombong, sambil kemampuan kita belum layak disombongkan.

AS sangat memerlukan bantuan Indonesia untuk dapat keluar dari Irak secara selamat dan terhormat, karenanya peran Presiden dan pemerintah serta rakyat Indonesia sesungguhnya sangat diperlukan oleh Pak Bush maupun pemerintah AS, hal ini Indonesia sangat dipertimbangkan dengan berbagai modal yang dimiliki khususnya Sosial Capital. Mengapa tidak kita ambil peran ini? Mengapa hanya kucuran bantuan dolar saja yang dipikirkan? Sesungguhnya pembangunan yang harus kita tampilkan adalah pembangunan menuju kepada terwujudnya zona damai dan demokrasi secara bersama-sama dengan negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini, dengan itu apapun dan bagaimanapun keberadaan kita tetap dihitung dan cemerlang di tataran antar bangsa, dan itu adalah pekerjaan yang sangat tidak mustahil bagi bangsa Indonesia kini dan mendatang.

Pemerintah AS berkomitmen memberikan bantuan sebesar US$ 157 juta untuk 1000 sekolah di delapan provinsi di Indonesia. Apa saran Syaykh perihal bantuan bidang pendidikan ini?
Lagi-lagi saya harus memberikan jawaban tentang bantuan AS, apatah lagi sudah menjurus kepada jumlah dolarnya, jumlah 157 juta dolar, bisa menjadi Rp 1,5 triliun. Jumlah ini sangat besar jika itu merupakan pemberian 1 dolarpun bila itu pemberian jumlahnya sangat besar, kita tidak boleh merendahkan pemberian orang.

Kita sering mengaku sebagai bangsa besar, untuk mendapatkan berlipat-lipatdari jumlah itu mestinya dan harus kita akui kita bisa mendapatkannya ratusan kali lebih besar dari apa yang mungkin akan diberikan kepada Indonesia oleh AS.

Mengapa kita harus merencanakan pemberian orang yang belum pasti, andainya pasti uang itu datang, dapat dipastikan akan terjadi salah urus lagi, ebab yang sering berjalan hal seperti itu. Karenanya, sekali lagi fokuskan pemikiran kita kepada peningkatan kemampuan kita membangun bangsa ini, dan jangan berhitung berapa besar bantuan bangsa/negara lain untuk bangsa ini.

Bush menyatakan bahwa kebebasan dan demokrasi adalah nilai universal. Bagaiman Syaykh melihat demokrasi dari sudut pandang agama Islam? Dan bagaimana implementasinya di Indonesia?
Demokrasi jangan dipandang dengan kacamata agama apapun, sebab agama adalah anugerah Tuhan untuk menghantarkan kehidupan manusia menjadi sejahtera damai lahir batin di dunia maupun kelak dalam kehidupan setelah kehidupan dunia.

Sedangkan demokrasi, adalah kultur yang diciptakan oleh umat manusia, untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama dalam berbagai hal yang telah menjadi kesepakatan bersama, demokrasi bersifat progresif, dapat dianut oleh umat beragama maupun yang tidak beragama. Demokrasi mentolelir perubahan sikap orang perorang, setiap saat perubahan itu mereka kehendaki. Karenanya demoktrasi adalah suatu cara untuk mencapai kebersamaan hidup berbangsa dan bernegara meletakkan sikap toleransi sebagai dasar dalam mewujudkannya.

Demokrasi sebagai suatu cara, pelaksanaannya di Indonesia adalah suatu keniscayaan, dan tidak harus berkiblat pada pelaksanaan di negara-negara tertentu, meskipun mungkin dalam banyak hal dapat saja terjadi adanya persamaan. Karenanya Indonesia dapat juga menjadi negara demokratis yang menjunjung tinggi hak-hak warga bangsanya dan meletakkan bangsa besar ini berdaulat penuh di dalam negaranya. Dan bila cara itu (demokrasi) yang ditempuh, bukan suatu hal yang mustahil Indonesia dapat tampil dengan cepat sejajar dengan negara-negara lain yang telah menciptakan zona damai dan demokrasi dan saling meningkatkan kerja sama dalam segala bidang yang saling menguntungkan.

AS sebagai negara super power dan dijuluki sebagai polisi dunia yang bisa melakukanperang dengan negara-negara yang dianggap mengancam negaranya (kepentingannya). Apakah tindakan AS ini bisa diterima?
Tidak siapappun dan negara manapun yang dapat menerima sikap seperti itu. Karena kehidupan dunia yang berbasis kultur, sosial, dan kepribadian ini tidak ada yang mendukung sikap egois dan arogan, siapapun dan negara manapun yang melakukannya.

Mungkinkah Indonesia melepaskan diri dari AS baik secara ekonomi, politik dan sosial?
Jawabannya tidak cukup dengan mungkin atau tidak mungkin. Bukankah kita hidup berbangsa dan bernegara ini memiliki tujuan ikut menciptakan perdamaian dan kesejahteraan umat manusia di tataran antar bangsa? Karenanya hidup berbangsa dan bernegara ini lazimnya adalah bersikap interdependensi, saling keterkaitan, saling memerlukan antar satu negara dengan negara lainnya, tentunya termasuk AS.

Bagaimana pendapat Syaykh atas pendapat yang menyatakan bahwa masa depan Indonesia juga dipengaruhi oleh AS lewat kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh presidennya?
Masa depan Indonesia mestinya harus ditentukan oleh bangsanya sendiri, dengan tidak meninggalkan sikap interdependensi dengan negara-negara lain di dunia ini.

Menurut Syaykh apa yang seharusnya dilakukan pemerintah Indonesia untuk memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan politik dan ekonomi dunia?
Indonesia mesti dapat menghentikan pemborosan yang berjalan melalui berbagai cara termasuk korupsi, dari tingkat atas sampai yang paling bawah , yang dilakukan oleh pejabat negara maupun rakyat biasa.

Memperkokoh pendidikan nasional sebagai basis pelaku politik dan ekonomi masa kini dan mendatang, sehingga tercipta bangsa yang cerdas bertanggung-jawab memilki patriotisme dan nasionalisme yang rasional yang dapat menghantarkan negara dan bangsa ini menjadi bangsa yang mengerti effisiensi dalam segala hal dan tidak korup. Pada saatnya generasi Indondeisa yang terdidik seperti itu akan mampu masuk dalam percaturan politik dan ekonomi dunia yang mencabar ini.

Di dalam waktu yang sesingkat itu, apakah Syaykh percaya bahwa Bush dan rakyat AS mau dan bisa mengubah persepinya tentang muslim Indonesia yang dipandang selama ini sebagai sarang teroris? Apakah pengamanan yang berlebihan yang diberikan atau diminta Bush sebagai ketakutan yang berlebihan terhadap ancaman teroris yang dipersepsikan Bush?
Mengubah persepsi seorang Presiden dan rakyat AS dengan mengandalkan suatu kunjungan singkat, sesungguhnya tidak rasional. Bangsa Indonesia mestinya tidak tunjuk dan menyerah terhadap labeling (cap) yang dibuat oleh Presiden dan rakyat negara tertentu, termasuk AS. Bangsa Indonesia tanpa harus membuktikan di hadapan Presiden dan rakyat AS bukanlah bangsa teroris, kejadian demi kejadian berbentuk kejahatan kemanusiaan (sering disebut terorisme) di Indonesia, merupakan tindakan kejahatan yang dilakukan perorangan, yang dapat diselesaikan dan dihadapi oleh bangsa Indonesia dengan terhormat, pelakunya dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman yang “setimpal” berdasar hukum yang berlaku di Indonesia sebagai negara yang bermartabat.

Apakah Syaykh melihat kemungkinan perubahan sikap Bush terhadap muslim di Timur Tengah, khususnya terhadap muslim di Irak, Palestina, Libanon?
Kita taik terlalu berharap terjadinya perubahan sikap dan pandangan dari seorang Presiden yang telah memporak-porandakan tatanan kehidupan kemanusiaan, sebab yang dapat mengubah sikap itu adalah dirinya sendiri dan sikap politiknya sendiri. Tekanan demi tekanan yang dilancarkan umat manusia sejagat termasuk harapan Sri Paus terhadap Presiden AS belum dapat merubah sikapnya. Sebaiknya kita semua memandang berbagai persoalan Timur Tengah yang berkaitan dengan AS tidak hanya tertumpu kepda seorang Presiden AS yang berkuasa saja. Kita dapat memperhatikan angin perubahan yang sedang terjadi di AS, berbagai hal dapat berubah dan tentunya akan berdampak pada kebijakan AS di Timur Tengah.

Menurut Syaykh, ke depan ini bagaimanakah Indonesia membangun pola hubungan dengan AS, China dan Rusia?
Pola hubungan kesetaraan. AS negara besar Rusia juga masih memilki kebesaran dan kekuatan, sedangkan China merupakan negara besar yang kemampuan ekonominya akan dapat menjadi penyeimbang kekuatan-kekuatan negara besar lainnya. Karenanya hubungan yang saling menguntungkanlah yang harus diciptakan oleh Indonesia, interdependensi.

Apakah Syaykh melihat adanya tarik menarik pengaruh di antara AS, China dan Rusia di Asia Tenggara, khususnya Indonesia?
Pasti ada, sebab Indonesia adalah negara yang cukup strategis, dipandang dari segala sudut. Indonesia memiliki potensi sumber daya yang cukup beraneka macam, yang kesemuanya diperlukan oleh negara-negara maju, Indonesia memilki potensi pasar dengan jumlah penduduk yang besar. Karenanya bukan hanya AS, Rusia, dan China yang menaruh perhatian terhadap Indonesia, negara-negara besar lainnyapun memiliki kecenderungan yang sama. Bagi negara-negara yang telah mapan masih menganggap Indonesia adalah sebuah negara yang harus diperhitungkan di Asia Tenggara ini.

*) Syaykh Dr. AS Panji Gumilang adalah Pimpinan Pondok Pesantren Modern Mahad Al-Zaytun, Rektor Universitas Al-Zaytun dan Ketua Ikatan Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
(Sumber Berita Indonesia – Edisi 27/2006)

Bacaan Selanjutnya!